Selama menunggu kak Risma datang, narita membeli satu kartu perdana baru, dia sudah nekad dan dia akan mengganti nomor ponselnya dengan yang baru.
"nari" teriak kak Risma yang baru memasuki rumah makan itu.
kakkkkk" narita juga langsung menghambur ke pelukan kak Risma.
"kenapa kamu bar, kok nangis" tanya Risma sambil mengurai pelukan mereka.
"Panjang ceritanya kak, yang pasti sekarang aku lagi hamil muda, ngga boleh stress dan aku pergi dari rumah. itu aja dulu ya kak" ucap narita memang terlihat malas untuk cerita.
"ya sudah, ya sudah, kalau begitu sekarang kita ke rumahku dulu"
"iya kak"
"ini pakaianmu"
"iya kak"
"kok pake tas begini"
"namanya juga kabur"
"ya sudah, ayo, sini kakak yang angkat, kamu lagi hamil"
"makasih kak"
Risma mengangkat baju narita yang persis buntalan itu ke mobilnya.
"Kakak sudah punya mobil"?
"kredit nar"
"Yang penting sudah punya kak"
"iya sih"
"Kak boleh ngga aku tidur, aku cape banget, ngantuk lagi"
"boleh tidur aja, ntar aku bangunin" saran Risma yang yakin Narita sedang banyak beban dan cape.
"makasih kak" narita langsung menutup mata di samping Risma.
Dan Narita akhirnya bisa memejamkan matanya di mobil Risma sepanjang menuju rumah Risma.
Dia ingin melupakan semuannya sejenak. Dia terlalu lelah dengan semua hal yang terjadi. Ada sukacita karena hamil dan kebanyakan kesedihan karena pertengkaran kemarin.
Kira-kira hampir dua jam narita tiba di rumah kak Risma.
"ini kontrakan kakak"?
"iya nar"
"bagus ya kak"
"kecil sih, tapi cukuplah"
" Apa saya boleh nompang untuk sementara kak, nanti aku pindah cari kontrakan"
Risma mendekati nari dan memeluknya penuh sayang.
"nari, kamu itu sudah seperti adikku, kalau memang tekadmu sudah bulat pisah kenapa harus ngontrak, kita tinggal bareng aja di sini"
"sudah kak, sudah bulat"
"Coba kamu pikirkan lagi, apalagi kamu sedang hamil" ucap narita
"Apakah karena aku hamil kakak takut di omomng orang."
"ya ampun, tidak nar, sama sekali bukan begitu. saya hanya takut kamu dan anakmu nanti menderita" ucap Risma sabar karena dia tahu narita sedang kacau pikirannya.
"Justru kalau aku bertahan disana aku akan menderita bersama anakku kak, karena ibu mertuaku tidak menginginkan kami, dia ingin menjodohkan bang bari dengan seorang bidan"
"Sebenarnya gimana ceritanya nar, kamu bisa minggat"
"aku mendorong mertuaku"
"kenapa"
"Karena aku sudah tidak tahan"
"tidak tahan kenapa"?
"Kemarin aku sedang tidak enak badan,, bla BLA BLA " Narita akhirnya cerita semua dari awal kemarin dari tidak enak badan sampai dia pulang dan mendengar pembicaraan mertuanya.
Juga tentang pertemuan bari dengan bidan itu. Serta bari yang sampai menamparnya sambil berurai air mata.
"ya ampun nar, maafkan kakak ya, "
"iya kak, kakak nggada salah."
"Kakak tidak akan memaksamu apapun, kamu cukup bijaksana menurut kakak. kamu boleh tinggal disini selama yang kamu Mau. kita ma kan bareng dan tinggal bareng. Mengenai anakmu tidak usah khawatir, kita akan cari dokter terdekat untuk kamu periksa" tutur Risma setelah mendengar cerita dari narita.
Narita sedikit tenang mendapat perhatian dari Risma.
"Ya sudah kamu istirahat dulu, biar kakak masak dulu. nanti kakak bilangin kalau sudah masak"
"Tidak usah kak, kita masak bareng aja"
"kamu tidak cape"
"Justru kalau sendiri aku ingin nangis terus" ucap narita bangkit.
Healing terbaik buat aku sekarang adalah diam , kerja, tidur tepat waktu dan menerima semuanya dengan ikhlas, maka hatiku pasti tenang.
"Jangan terlalu terbawa perasaan, semua pasti ada hikmah di baliknya. mungkin Tuhan sedang menyiapkan sesuatu untuk kamu"?
"iya kak".
"Hari ini kita nikmati dulu, aku juga libur dulu, aku ingin dengar banyak tentang kamu lagi"
"kakak ngga apa-apa libur"
"Ngga, aku ingin ajak kamu ntar ke rumah pak RT" ucap narita
"terserah kakak aja"
Jadilah mereka berdua masak makan sore untuk mereka di rumah Risma.
Dan sore harinya setelah mandi narita diajak untuk ketemu pak RT.
Mereka menjelaskan semuannya tanpa ada yang ditutupi.
"Dia adik sepupu saya pak, sedang ada masalah dengan suaminya karena suaminya selingkuh. Dan sekarang dia sedang hamil, jadi dia ingin menenangkan diri dulu disini"
"Tapi apa suaminya tidak bikin keributan nanti mbak Risma"
"Tidak pak, kalau dia menyebabkan keributan saya yang akan tanggung jawab"
"Baiklah mba Risma, karena saya lihat dokumen dia juga cukup lengkap, hanya sedang ada masalah, dan mbak Risma aku sudah kenal lama maka aku tidak keberatan. Tapi jangan nantinya sampai ada keributan yang mengganggu warga lain"
"baik pak" Mereka pulang dari rumah pak RT dengan hati yang sedikit tenang karena sudah melapor.
"Dek, sekarang kamu istirahat dan tidur, besok kita cari dokter untuk kamu periksa kandungan, oke"
"Iya kak, terimakasih ya kak. Syukur ada kakak kalau tidak aku pasti sudah kewalahan"
"iya dek, sama-sama" ucap Risma sambil mengusap punggungnya Narita.
**
Sementara di tempat lain, persisnya di rumah barita sejak tadi sore.
Bari yang baru pulang kerja melihat rumah masih sepi, tidak ada nari yang menyambutnya. Tapi dia cukup faham itu, bari akhirnya membuka sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu.
Bari melangkah masuk menuju kamar mereka. Dia berjalan perlahan supaya tidak mengganggu Narita.
ceklek
Kamar mereka sangat gelap.
"dek" panggil bari sambil berjalan ke arah saklar lampu.
ceklek
Lampu kamar menyala, tapi tunggu tidak ada istrinya di sana. Bentuk kamar itu seperti biasa, tidak ada yang berubah.
'kemana dia, apa ke dokter sendiri' batin bari
Bari langsung mencari kontak istrinya dan langsung telepon. Tapi ternyata ngga bisa, teleponnya tetap memanggil menandakan istrinya sedang tidak online.
Karena penasaran bari keluar kamar mencari mamanya.
"ma, nari kemana"?
"mana ibu tahu, paling kelayapan lagi"
"dia ngga bisa di hubungi ma"
"biarin aja ntar juga pulang sendiri"
"ngga ma, nari pasti sedang sedih"
"ahh bodo amat ah" ucap ibu Martina ingin berlalu.
"ada apa bar" tanya papanya yang baru datang
"dek nari nggada pa, ngga tahu kemana"?
"kok bisa"
"ngga tahu pa"
"kamu ngga jadi minta maaf"
"Belum pa, karena dia hanya diam dan terus menangis. saya ngga tega lihatnya"
"Jangan-jangan dia pergi bar"
"apahhh" bari seperti baru tersadar ada kemungkinan itu.
"Iya, siapa tahu dengan kejadian tadi malam dia menyerah dan memilih pergi"
"ya ampun dek" ucap bari lemas sambil nyender ke dinding. Bari merasa dadanya tiba-tiba sesak dan dunianya kacau balau.
"Tapi coba tunggu dulu, apa dia ngga ninggalin pesan"?
"ngga tahu pa" ucap bari lemas ingin masuk ke kamarnya.
Bari segera membuka lemari baju narita.
'Bajunya tinggal sediki, tapi travel bagnya ada kok, terus dia pakai tas apa'? batin bari
Tapi melihat isi lemarinya bari yakinlah sudah istrinya meninggalkannya.
'Kenapa harus begini dek, kenapa kamu tinggalin Abang' tangis bari sedih bersamaan dengan papanya yang masuk ke kamar itu.
"gimana bar, dimana nari"
"Ngga tahu pa, dia pergi, bajunya sudah tinggal sedikit" ucap bari menangis dan menarik rambutnya yang tidak gatal.
'Kasian kamu bar, batin pak rudi'
Hai semua
Dukung terus ya
Like, coment dan vote
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Rahmayani Aprimanova
kasian juga liat kamu baru, tapi pelajaran itu
2023-05-03
0
Debrel Jusuf
kamu carilah bar
2023-01-18
0
Syakhira Dwi Rahmania
kamu sih bar ngga tegas
2023-01-10
0