Pagi harinya narita enggan bergerak dari tempat tidur. Kepalanya pusing dan perutnya sedikit merasa mual.
'Tahan tahan perut, jangan jadi pertanyaan' batin narita
Melihat istrinya masih tidur atau tiduran bari mendekat.
"dek, kamu masih sakit"? tanya bari sambil meraba dahi istrinya.
Tapi tidak ada sahutan dari narita, entah dia masih tidur atau masih sakit, barita tidak tahu pasti.
Tidak panas biasa aja, berarti dia tidak sakit lagi' batin bari
Bari akhirnya langsung masuk ke kamar mandi dan berharap begitu keluar dari kamar mandi narita sudah bangun dan mau bicara dengannya.
Tapi sampai bari keluar dari kamar mandi istrinya masih saja pura-pura tidur. sejujurnya memang narita juga sangat lemas dan malas untuk bangun, dia belum siap bertatap muka dengan suaminya apalagi ibu mertuannya.
Bari akhirnya menyiapkan semuanya sendiri, sampai dia berangkat ke kantor. Kalaupun istrinya marah sekarang dan mendiam kainnya bari juga faham kok.
Sebelum berangkat, kembali bari mendekati istrinya kali ini sambil mengelus pipinya.
"Dek, Abang berangkat kerja dulu ya, kamu istirahat aja, ngga usah ngerjain apa-apa, nanti kamu tambah sakit" ucap bari karena dia sangat yakin kalau istrinya itu sudah bangun dan mendengar semua ucapannya.
"Abang tahu Abang salah dek, dan kamu pasti sangat kecewa banget sama Abang. Tapi Abang mohon dek, jangan hukum Abang dengan cara begini, mendingan kamu pukul Abang, bahkan pake alat sampai Abang kesakitan ngga apa-apa, asal kamu mau bicara sama Abang ya"
"Ya sudah, Abang tunggu kamu mau bicara, Abang kerja dulu ya dek, nanti kita bicara" ucapnya sambil mengecup lembut kening istrinya.
Hampir saja airmata narita jatuh mendengar semua ucapan bari, tapi dia tahan, jangan sampai bari melihatnya dan tahu bahwa dia mendengar ucapannya.
Bari berangkat ke kantor dengan hati yang sangat kacau. Tapi hari ini banyak kerjaan yang harus dia follow up, tidak boleh di tunda lagi.
Setelah yakin barita sudah berangkat barulah narita berpikir apa yang akan dia lakukan.
Kembali dia duduk di pinggir kasurnya dan memikirkan kembali apa yang harus dia lakukan.
' Kalau aku tetap disini, ibu mertuaku tidak akan berhenti menekanku karena dia sangat membenciku dan menganggap aku penghalang bang bari untuk maju'
'Dan kata dokter aku ngga bisa tertekan, bisa mempengaruhi pertumbuhan janinku'
'Tapi kalau aku pergi, gimana, apa bang bari tidak akan mencariku' batinnya lagi
'Itu hanya sebentar narita, lama-lama juga barita akan lupa, apa lagi kalau dia nanti punya anak dengan bidan irma' sisi hati narita yang lain.
"Iya, memang yang terbaik aku harus pergi, walaupun berat mungkin kedepannya demi kebaikan semua orang. Aku akan mulai hidup baru dengan anakku sementara bang bari akan bahagia dengan bidan irma, dan yang paling bahagia adalah ibu mertuaku, dia akan memiliki menantu yang kaya dan cocok sesuai hatinya" ucap narita untuk diri sendiri.
Narita mulai bangkit dari tempat tidurnya, dan berjalan menuju meja rias di kamar itu.
'Aku pamit dengan bang bari lewat surat aja, karena aku pasti ngga kuat untuk pamit langsung' batin narita.
Dia mencari secarik kertas folio di laci kerja barita dan mulai menuliskan sepucuk surat.
'Buat bang bari'
Bang, mungkin saat Abang menemukan surat ini, aku sudah jauh dari Abang. Aku pergi demi kebahagiaan kita semua.
Maafkan nari ya bang, sudah mendorong ibu kemarin. Nari tidak perlu menjelaskan apapun, karena bang bari sudah melihat semuanya, mungkin termasuk alasan di baliknya.
Bang bari, terimakasih untuk semua nya selama ini, sudah pernah hadir dalam hidupku, membuatku merasa dibutuhkan dan berguna serta berharga. Walaupun sekarang aku harus sadari bahwa kita harus siap kehilangan ketika kita diberi kesempatan memiliki.
Terima kasih untuk semua cintamu, perhatianmu dan kasih sayangmu dan juga untuk tamparan bang bari kemarin, karena dengan tamparan itulah aku sadar dari keterlenaanku bahwa bang bari memang bukan untukku.
Abang pernah bilang kan, bertahanlah walau apa yang dilakukan orang lain untuk menyakitimu, kecuali yang melakukan nya adalah aku, mungkin kamu bisa berpikir. sekarang rasa sakit itu telah diberikan oleh suamiku, jadi apa yang harus aku pertahankan? sakit yang Abang berikan ternyata meyakinkan hatiku kalau cinta kita tidak cukup kuat dalam rumah tangga ini.
Pernikahan kita membuat ngga nyaman banyak orang, ibu jadi sering marah - marah karena tidak menyukaiku, aku juga kurang nyaman dan Abang sendiri jadi pemarah. Terlalu kita paksakan kali ya bang? Tapi apapun itu aku bersyukur pernah jadi bagian hidup Abang.
Mulai sekarang kita hiduplah masing-masing. Aku akan memulai hidupku dari awal bang, dan Abang akan memulai dengan bidan irma. aku ambil keputusan ini karena aku yakin Abang akan bahagia bersama dia dan berkembang bersama dia. Pasti Abang sangat bahagia saat bertemu dengannya kemarin dulu ya? Aku hanya ingin kebahagiaan Abang.
Oh iya bang, maaf ya, aku ambil sedikit duit tabungan kita, karena Abang tahu kan aku bukan wanita mandiri, aku takut nanti tidak langsung dapat kerja, jadi aku pinjam dulu ya bang. Suatu saat akan aku kembalikan jika sudah ada rezeki.
Tetaplah bahagia bang, lepaskan aku seperti aku melepaskan Abang, karena kita mencintai bukan untuk saling memiliki. Cintai bidan irma dengan tulus.
Aku tidak ingin perpisahan, karena itu dosa, jadi biarkanlah begini. Kalau Abang butuh surat untuk menikah tunjukin aja surat ini.
Bahwa mulai hari ini aku bukan tanggung jawab Abang lagi, jadi Abang bebas.
Terimakasih untuk semua nya ya bang.
Salam perpisahan dariku
narita
Narita melipat surat itu dengan tetesan air mata dan menaruhnya di atas lipatan baju kaos barita. lemari itu yang tiap hari wajib di buka untuk mengambil baju rumah. Narita mengambil satu baju bari untuk kenang-kenangan.
Tak bisa di bohongi air mata narita masih aja gampang mengalir. Tapi begitu dia ingat anak dalam kandungannya dia akan berusaha tegar dan ikhlas.
Dia memasukkan pakaiannya ke dalam tas besar yang biasa di pakai ngeloundry. Dia ambil surat-surat yang miliknya dan juga beberapa barang nenek dan orang tuannya. Setelah semua masuk ke dalam tas ternyata hari sudah siang, dan ibu mertuannya sudah dari tadi berangkat ke tempat usahanya.
Narita keluar dengan tenang seperti ingin loundry. tas tangannya dia masukkan ke tas besar. dia memesan ojek online untuk mengantarnya ke terminal P. Begitu sampai disana narita merasa sedikit lega, dia beristirahat sebentar dan makan karena dari pagi dia belum sempat makan.
Saat selesai makan narita mulai telepon kak Risma.
dddfrrtt dddrrttt
"hallo"
"hallo kak" narita sudah menangis sedih
"kenapa nar"
"kak aku ingin ke rumah kakak"
"ya sudah ayo, mumpung kakak juga lagi di kota S nih, belanja bahan jahitan"
"aku sudah di terminal P kak'
"hahhhh kok bisa"? kak Risma kaget
"panjang ceritanya kak"
"ya sudah ya sudah, nanti kakak ke situ, tunggu disana ya"
"iya kak"
Hai semuannya
Dukung terus ya
like, coment dan vote
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Rahmayani Aprimanova
syukurin Lo baru, nyesel setengah mati kan lo
2023-05-03
0
Debrel Jusuf
iya nar, pergilah kau yang jauh banget
2023-01-18
0
Syakhira Dwi Rahmania
banyak banget bawangnya
2023-01-10
0