Barita ingin menebus kesalahanya kemarin. Dia ingin mengajak istrinya kesuatu tempat tanpa ibunya tahu.
Tapi kemana?
'Apa aku ajak narita nginap di hotel aja ya satu atau dua malam '
"Pak bari ada tamu untuk bapak "ucap tono bawahan bari. Karena lagi bengong dan memikirkan narita bari tidak mendengar apapun.
"Maaf pak bari " ulang tono
"ya, kenapa "
"Ada tamu untuk bapak dibawah "
"Darimana"
"Katanya dari kantor pajak pak"
"Suruh masuk"
"Baik pak " ucap tono sambil berlalu keluar. Dan barita kembali memikirkan narita istrinya. Bari yakin walaupun tadi pagi dia berusaha baik -baik aja, tapi bari yakin hatinya sangat sedih.
Saat barita bingung di meja kerjanya, tiba-tiba handphonenya bunyi. Ternyata teman kuliahnya dulu.
"halo"
"Halo bar, apa kabar? "
"Baik don, ada angin apa nih telepon"
"Besok sabtu kamu sudah ada janji belum"
"Janji apaan, kayak masih kuliahan aja lho" canda bari
"Iya bar, kamu ingat bintang, yang pacarnya mona "?
"Iya, ingat, kenapa memang "?
"Dia dapat tender membangun tempat wisata Rafless itu, yang setelah kampungmu belok kanan"
"Oh iya, itu proyek besar lho "
"Justru itu dia ingin traktir kita menginap dua hari tiga malam, sekalianlah dia tanya-tanya Pendapat kita"
"Siapa aja"
"Kita berlima doang, bersama pasangan dan keluarga"
"Kapan" tanya bari antusias, mungkin ini saatnya bisa berduaan sama narita.
"Besok sabtu, agak dadakan sih"
"Oke, aku ikut"
"yakin, bar"
"Sangat yakin"
"Harus bersama pasangan ya"
"Sudah pasti donk" jawab barita semangat, karena memang itulah tujuannya juga.
"Oke bar, tunggu kabar selanjutnya ya"
"seppp" sambungan telepon itu berakhir.
Barita merasa punya jalan untuk berduaan dengan istrinya.
'Tapi aku kasih kejutan aja deh, tidak usah kasih tahu orang rumah ' batin bari.
Barita mulai bekerja dengan hati yang sedikit lebih lega. Cuma gimana nantinya kalau mamanya sampai tahu dan mencari -cari alasan lagi untuk membuat aku dan nari tidak jadi pergi.
tok tok tok
"masuk" ternyata tamunya sudah datang
"Selamat siang pak "
"Selamat siang" sambut bari sambil mengulurkan tangannya dan berdiri.
"Silahkan duduk"
Ternyata mereka masih sama-sama muda, hampir seumuran. Pembicaraan mereka tentang kerjaan berakhir dengan cepat.
Karena masih banyak waktu sesuai schedule bari mengajak tamunya untuk minum kopi dulu.
Jadilah pembicaraan mereka seputar pribadi.
"Pak bari sudah anak berapa"?
"itu dia pak, Tuhan belum percayakan kami anak"
"Ohhh maaf pak bari, tapi jangan berkecil hati pak, saya dapat anak saat pernikahan kami tiga tahun"
"ohhh iya "
"Iya pak ,dulu sampai cape ditanyai orang, kapan ,kapan, terus"
"Iya pak, saya sudah mau dua tahun , selalu kemana -mana pasti ditanya begitu. "
"Wajar aja sih pak, keluargaku sebagian sampai nyalahin istriku. "
"Betul itu pak, saya juga begitu "
"Disitulah peran kita sebagai suami pak, jangan biarkan istri kita tertekan " ucap temannya membuat bari berpikir, benar juga mungkin sekarang istrinya itu sangat tertekan,.
"Kalau kita membiarkan istri kita tertekan, secara emosi dia malah makin susah untuk hamil pak" lanjutnya
"Lalu apa yang bapak lakukan " tanya bari to the poin. Dengan menarik nafas panjang temannya akhirnya menceritakan sedikit.
"Yahhhh dengan berat hati kami pindah rumah pak, misah dari orang tua saya. dan ternyata itu ampuh pak, tiga bulan dirumah sendiri istriku hamil. ehhhh karena kita ngga jaga empat bulan anakku yang pertama istriku langsung hamil lagi hahahaha " kenang bapak itu.
"Maksudnya berat hati, orang tua tidak setuju untuk pindah "?
"Iya pak, menurut mamaku rumah sebesar itu sepi kalau hanya dihuni oleh orang tua dan adikku satu orang"
"Ohhhh tapi istri dan mamamu tidak ada masalah kan"?
"Jujur sih tidak, mamaku sangat menghargai istriku, dan juga sebaliknya. Tapi nyatanya banyak hal yang membuat istriku kurang nyaman, itu pasti pak. sehingga dari hal kecil dia simpan sendiri sampai menumpuk dan jadi tekanan tanpa disadari. "
'Istrinya aja saling menyayangi masih tertekan, gimana narita yang selalu disalahin mama, pasti dia sangat tertekan berarti. apa aku harus pindah rumah juga' batin bari.
Saat bari masih terdiam memikirkan istrinya di rumah, temannya melanjutkan lagi sarannya.
"Satu lagi pak bari, sering - seringlah mengajak istri kita keluar, walau hanya sekedar makan dan nonton biar hidupnya tidak monoton "
"Itu yang paling jarang kami lakukan pak"
"Ohhh coba dirobah pak, pergilah jalan-jalan jalan saat hari libur, nikmati kebersamaan berdua tanpa orang lain biar tidak ada rasa sungkan, semua bebas dan menikmati"
"Benar juga ya pak "
"Cobalah pak, semoga manjur" ucapnya becanda tapi serius.
Setelah ngobrol agak panjang dan menghabiskan kopinya, temannya pamit pulang dulu karena masih ada kerjaan lain.
Bari seperti mendapat ide baru untuk membahagiakan istrinya. Dia akan mengajak narita ke undangan temannya dan mereka akan berbulan madu lagi.
Dengan semangat bari melanjutkan pekerjaannya supaya cepat pulang dan bertemu istrinya.
'Aku harus bisa bicara sama narita dari hati ke hati seperti waktu pacaran 'batin bari.
Sore harinya bari langsung pulang setelah jam kantor usai. Begitu sampai depan rumah bari melihat mamanya sedang menulis - nulis di meja depan. Dia menyapa mamanya dan langsung masuk kamar.
Pada saat dia masuk ternyata istrinya lagi nyisir di depan cermin.
"Yeee yang sudah rapi, ngga nyambut suami" goda bari sambil meletakkan tas kerjanya.
"Ehhh abang sudah pulang, tumben agak cepat"? tanya narita yang sudah hafal jam pulang suaminya.
"Iya, aku kangen kamu dek" ucapnya sudah memeluk istrinya yang masih duduk dari belakang.
Narita berdiri dan berbalik, sambil memegang dahi dan leher suaminya.
"abang tidak lagi sakit kan"
"Tidaklah dek" ucapnya serius
"Apa salah ya kangen sama istri sendiri"lanjutnya
"Ngga bang, ngga salahlah" ucap narita bahagia. Dia tahu suaminya sedang mengambil hatinya karena gagalnya makan kemarin. Narita memang mengakui kalau suaminya itu bukan laki -laki yang gampang gombal atau merayu.
"Dek, duduk dulu deh" ucap bari sambil mendudukkan istrinya di kasur.
"Lhhooo abang, tumben ini, ada apa sih" tanya narita heran.
"Dek, kamu masih sayang abangkan, masih cinta abang, bisa ngga kamu bicara jujur sama abang. kamu selama di rumah ini bagaimana perasaanmu"? tanya bari yang jongkok dihadapan narita.
"Maksud abang ini apa sih"
"Kamu merasa tertekan ngga" bujuk bari menatap intens mata istrinya.
"Aku hanya takut dek, sebenarnya kamu tidak bahagia disini, tapi kamu pilih diam aja dan menahan sendiri" tanya bari sambil menatap mata narita.
'Apa bang bari sudah tahu ya yang aku rasakan dan aku alami, terus siapa yang telah kasih tahu'batin narita.
Jelas aja pertanyaan bari menyentuh hati barita yang sering tersakiti oleh ibu mertuanya.
Dimanjakan bari begitu malah membuat sisi feminim narita keluar. Bukannya menjawab dia malah menangis. Jelas aja itu membuat bari yakin bahwa istrinya itu memang tertekan disini.
"Maafkan abang ya dek" ucap bari bangkit dan memeluk istrinya.
Halo semua, jangan bosan ya
Tetap dukung dengan liku, conet dan cita.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Rahmayani Aprimanova
waduh laki2 juga bisa curhat ya
2023-05-03
0
Debrel Jusuf
narita kasian banget ya
2023-01-18
0
Syakhira Dwi Rahmania
curhat sesama laki
2023-01-12
0