Bukan Raya namanya jika tak berisik. Sepanjang perjalanan pulang gadis imut dan manis ini hanya terus mengoceh tentang Juna sang pujaan hati. Dan sebagai pendengar, Rafa hanya diam tanpa berkomentar mendengar curhatan gadis yang akan menjadi istrinya ini. Sudah biasa bagi Rafa. Bagaimanapun, Rafa tak punya hak untuk marah. Dia sadar mereka hanya bersama karena kedua orang tua mereka bukan karena cinta.
"Udah sampai," ucap Rafa singkat seolah mengatakan agar Raya segera turun dan masih dengan wajah datar.
"Oh udah ya? Makasih ya Raf," kata Raya sembari turun dari atas motor Rafa.
"Heemm. Aku balik." Rafa pamit dan segera pulang.
Raya juga bergegas masuk ke dalam rumah sederhananya. Membuka pintu dan menyapa Bundanya yang sedang di dapur.
"Assalamuallaikum Bunda," salam Raya.
"Waallaiikumsalam, eh anak gadis bunda udah pulang? Rafa gak mampir?"
"Gak bun."
"Ya udah cepet ganti baju! terus makan. Bunda udah nyiapin makanan kesukaan kamu."
"Iya Bun, Raya kekamar dulu Bun."
Dengan langkah gontai Raya masuk ke dalam kamarnya yang sejuk. Menikmati kenyamanan di dalam kamar yang berukuran 3x3 meter dengan nuansa hijau muda. Warna kesukaannya. Berbaring telentang memandang langit-langit kamarnya.
"Andai aku belum di jodohin, mungkin aku udah pacaran sama Juna," batin Raya dengan wajah sedikit kecewa.
"Kapan semua ini berakhir." lagi-lagi Raya berandai.
Tiba-tiba suara ketukan pintu menyadarkan Raya dari lamunannya.
Tok ... tok ... tok.
"Ray kamu belum selesai ganti baju?" Tanya Rahma dibalik pintu kamar.
"Ah ... iya Bun, bentar lagi Ray keluar." Jawab Raya cepat.
Selesai berganti pakaian dengan kaos dan celana selutut. Raya keluar dari kamar, ia duduk di kursi makan bersama Bunda dan adiknya Lusi yang sudah menunggu untuk makan bersama.
"Kamu kenapa mukanya ditekuk gitu?" Tanya Rahma heran melihat anak sulungnya seperti tak bersemangat.
"Gak apa-apa Bun, cuma lagi banyak pikirkan aja," jawab Raya seadanya.
"Mikir apa sih anak gadis Bunda?"
"Gak Bun, cuma mikir ujian kenaikan kelas yang udah gak lama lagi."
"Ouw ... kirain kamu lagi mikir kapan nikah sama Rafa hehe." Ledek Rahma yang sengaja ingin membuat Raya kesal.
"Iihh bunda apaan sih, siapa juga yang mau cepet nikah. Yang ada, kalo bisa dicancel udah Raya cancel dari dulu." Kesal Raya.
"Eh ... jangan ngomong gitu dong anak bunda! Rafa itu calon suami sempurna. Masa kamu gak bisa sih sedikit aja suka sama Rafa." Rahma melirik anak gadisnya itu dengan wajah penasaran.
"Beneran belom bun," ucap Raya datar.
"Jadi kamu kepaksa nih? Mau ngebatalin perjodohan ini? Padahal kamu udah janji lho sama Bibi Aima."
"Itulah kenapa Raya gak bisa apa-apa, Raya udah anggap Bibi Aima itu ibu sendiri Bun."
"Ya udah kalo udah ikhlas. Jangan mengeluh terus. Dari pada kamu ngeluh, mending kamu coba buka hati kamu buat Rafa. Bunda yakin Rafa pria yang baik untuk kamu. Kamunya aja yang gak liat kelebihannya Rafa." Rahma mencoba menasehati.
"Iya Bun." Kata Raya malas.
"Ya udah cepet makan! urusan Rafa kamu jalanin aja dulu Ray. Siapa tau Rafa memang jodohmu yang dikirim Tuhan lewat si Nenek misterius." Rahma masih membayangi wajah Nenek misterius yang sampai sekarang tak pernah ia lupakan. Apa ia Malaikat? Entahlah.
Jodoh tak ada yang tau. Bisa datang kapanpun dan dimanapun. Ntah lewat perjodohan, pandangan pertama atau ada yang datang karena terbiasa, tapi percayalah jodoh tak pernah salah karena ada campur tangan Tuhan didalamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Zainab Ddi
susah jg ya kalo Uda dijodohin dr bayi
2022-01-21
0
MANG Sri
uuuu suka aku Baca ceritanya 😍
2021-07-24
0
Unci Faya
siapa nenek misterius itu...
2021-06-21
1