Setuju

Karena merasa tidak ada pilihan lain lagi, akhirnya Bram memilih jalan pintas untuk mendapatkan banyak uang guna membeli mobil yang diinginkan sang istri. Ia bersedia menjadi simpanan Ibu Putri, wanita yang usianya lebih tua lima tahun dirinya.

''Nanti malam kamu tidak usah ngojek, yang harus kamu lakukan adalah kamu harus datang ke rumah saya, lalu mulai melayani saya, saya tunggu Sayang,'' ucap Bu Putri saat Bram baru saja mengiyakan tawaran nya yang menggiurkan itu.

''Ke rumah Ibu? Tapi apa nggak takut ketahuan oleh anak Ibu atau anggota keluarga Ibu yang lain? Kenapa tidak ke hotel saja,'' ucap Bram apa adanya. Karena yang ia tahu kalau bermain-main di hotel jauh lebih menyenangkan dan bebas dari pada di rumah pribadi.

''Iya ke rumah saya aja, tidak apa-apa, anggap saja kalau kamu itu pacar saya atau calon suami saya,'' Bu Putri terkekeh kecil setelah mengatakan itu. Dan Bram pun mengangguk setuju. Setelah itu Bram keluar dari ruangan sang atasan. Dan setibanya di ruangan nya, ia mengecek mobile banking nya dan benar saja, uang yang ia butuhkan sudah di transfer oleh Bu Putri ke dalam rekening nya, Bram tersenyum senang melihat rekening nya sudah bengkak, akhirnya dia bisa membeli mobil yang diinginkan oleh sang istri tanpa harus bersusah payah mencari uang dengan cara berhutang. Bram akan menyimpan rapat-rapat tentang pekerjaan sampingan nya dari sang istri, Tiara tidak boleh tahu kalau dirinya telah memutuskan untuk menjadi pria simpanan Tante-tante, Tante-tante yang merupakan sang atasan sendiri. Atasan yang memiliki rupa dan body yang tidak kalah cantik di bandingkan Tiara. Tiara hanya tahu soal keinginan nya terpenuhi saja, ia tidak pernah mau tahu Bram mendapatkan uang dari mana untuk mewujudkan keinginan nya yang membutuhkan banyak uang.

***

Sore hari, sepulang nya dari perusahaan, Bram tidak langsung pulang ke rumah, ia mampir di showroom mobil yang ada di pusat kota tempat tinggalnya. Bram memilih mobil mana yang akan ia beli untuk sang istri, karena merasa bingung harus membeli mobil yang mana dan warna apa, akhirnya Bram memutuskan untuk menghubungi sang istri untuk menanyakan langsung kepada sang istri. Ia mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celana, lalu ia mulai menghubungi sang istri, hanya dengan sekali panggilan saja, Tiara langsung mengangkat panggilan darinya.

''Hallo, Mas. Kamu lagi di mana? Kenapa mobil yang aku inginkan masih belum datang di rumah kita? Kamu tidak sedang membohongi aku lagi 'kan? Jangan hanya janji-janji terus,'' racau Tiara dari seberang sana yang membuat telinga Bram rasanya mau pecah saja. Padahal Bram belum mengucap sepatah katapun, tapi Tiara sudah nyerocos duluan. Hal itu membuat Bram merasa begitu dongkol dengan sifat sang istri yang tak pernah peduli dan menghargai nya sebagai seorang suami. Tiara sama sekali tidak menanyakan apakah dirinya sudah makan atau hal lain yang menunjukkan suatu kepedulian nya sebagai seorang istri, tapi Tiara lebih memilih menanyakan tentang mobil dan mobil untuk memenuhi gaya hidup nya yang berlebih.

''Mas sekarang lagi di showroom mobil, Mas ingin menanyakan sama kamu, kamu mau mobil warna apa?'' ucap Bram yang berhasil membuat Tiara berteriak kesenangan.

''Kamu beneran lagi di showroom mobil?''

''Iya,''

''Ya udah, aku mau mobil pajero yang warna putih Mas,'' Tiara terdengar gampang sekali menyebut apa yang ia mau, ia seperti sedang meminta di beli mainan saja.

''Baiklah.'' Ucap Bram singkat.

''Aku tunggu di rumah, terimakasih Sayang. Kamu memang suami yang baik dan dapat di andalkan,'' ujar Tiara lagi yang mendadak berubah menjadi lembut. Setelah itu Bram memutuskan panggilan. Ia tersenyum getir mengingat sifat sang istri yang begitu gampang berubah, hanya dengan di turuti apa maunya saja baru Tiara berubah menjadi baik. ''Tiara benar-benar tidak mau tahu aku dapat uang dari mana untuk membeli apa yang ia inginkan, yang ia tahu keinginan nya terpenuhi. Itu saja. Dasar egois.'' Rutuk Bram di dalam hati.