Rajesh melirik jam dinding di ruang kerjanya. Tadi semasih ada Delvara, waktu terasa cepat bergulir dan kini makin mendekati jam pulang kerja. Rajesh merasa malas untuk pulang.
"Pak Boss belum mau pulang? Apa mau mainan dulu?" goda Desy yang menyembulkan kepalanya di pintu ruangan Rajesh.
Rajesh menghembus napas gusar. Ia ingin bermain lagi dengan Desy tapi karena sudah menikah, ia diwajibkan mengikuti aturan sang mama yang sempat berpesan padanya sebelum ia menikah.
Harus selalu pulang kerja tepat waktu dan makan malam bersama istri. Itu aturannya.
"Kenapa sih? Aku gak cantik lagi ya? Kalah sama istri bos ya?" Desy malah masuk dan merajuk manja.
"Apa sih Des?? Udah ah mending kamu siap siap pulang sana." usir Rajesh.
"Tapi kangen sama itunya bos. Ini juga kangen pingin dimainin dulu." goda Desy makin tak tau malu dengan membuat desah desahann nakal.
Rajesh menggeleng cepat berusaha mengusir godaan setan yang terkutuk itu. Seandainya saja belum menikah, sudah dari tadi dilahapnya Desy.
"Jangan hari ini Des." tolaknya.
"Hmm abis nikah langsung berubah jadi suami takut istri. Dasar cemen." ejek Desy lalu berbalik hendak pergi dari ruangan itu tapi secepat kilat Rajesh menarik tangannya.
"Apa kamu bilang?? Aku cemen?? Dengar ya,,, aku ini Rajesh Anantara yang bisa dapat banyak wanita dan membuangnya sesuka hati kapan pun. Aku bukan lelaki lemah dan cemen atau takut istri." ketus Rajesh.
"Ya kalau gitu buktiin dong pak bos. Berani??" Desy begitu menantang dengan pose kakinya yang sudah dibuka lebar lebar bersiap menerima permainan lihai Rajesh.
Kesal terus ditantang dan diejek begitu, Rajesh pun melakukannya lagi dan lagi sampai tubuh Desy bergetar hebat dan desahannyaa menahan gelora kenikmatan yang tidak ada habisnya. Selanjutnya ketika Desy bersiap hendak melakukan tugasnya seperti biasa untuk memainkan rudal Rajesh,,, tangan Rajesh menahannya.
"Gak usah!! Yang tadi itu udah cukup."
"Ok. Thank you bos." Desy meraih dagu Rajesh lalu melenggang pergi sambil sesekali membenarkan posisi rok mini yang berubah posisi akibat ulah liarnya dengan si bos tadi.
"Sial. Jadi telat kan gue pulangnya. Mama pasti ngomel." gerutu Rajesh ketika menyadari dia telah menghabiskan waktu hampir sejam bersama Desy barusan.
Ponselnya berdering saat ia baru membereskan barang barangnya. Rajesh melirik sekilas dan nama Nadine tertera di layar. Ingin menjawab tapi pasti wanita itu juga hanya akan meminta dipuaskan lagi seperti Desy tadi. Rajesh memutuskan untuk mengabaikannya kali ini.
Rajesh pulang.
"Mas. Sini aku bawain tasnya." Wajah cantik Indah sudah terpampang di depan mata ketika Rajesh baru membuka pintu mobil.
"Gak bisa banget nunggu di dalam ya? Sok taat biar dipuji mama sama papa lagi??" komentar pedas Rajesh tidak dijawab kali ini.
"Capek ya mas? Aku langsung siapin air anget buat kamu mandi ya." Indah malah menawari hal lain.
"Pakek tanya lagi. Tuh otak percuma banget sih udah disekolahin mama tinggi tinggi. Tetap aja gak bisa pake mikir!!" hina Rajesh.
"Ya udah, kamu langsung ke kamar saja ya. Mandi terus turun lagi. Aku siapin kopi buat kamu." lagi lagi Indah tak menjawab segala cacian Rajesh.
Indah bergegas masuk namun ditahan oleh Rajesh.
"Kamu gak ngadu ke mama kan perkara semalam??" selidik Rajesh.
"Tenang mas. Rahasia kita aman. Lagipula nggak baik membuka aib rumah tangga sendiri meski kepada orang tua sekalipun. Apalagi itu urusan ranjang mas." jawab Indah.
"Ya ya,,, terserah kamu mau ngomong apa. Aku mau ke kamar. Gak usah ngikut!!!"
Indah hanya geleng geleng kepala melihat ulah suaminya itu. Rasanya ingin menyerah tapi ini masih terlalu dini. Indah percaya, tuhan mendengar doa doanya. Suatu saat nanti pasti Rajesh akan luluh dan bisa menerimanya jika ia tetap berbakti kepadanya.
Tidak ada hal yang sia sia selama kita masih berusaha dan terus berdoa. Indah percaya akan hal itu.
"Pulang telat Jesh? Lupa pesan mama?" sinis mama Rina melihat putranya baru pulang kerja.
"Ada kerjaan tambahan ma. Lagian Indah saja nggak protes kok. Dia memakluminya. Rajesh udah jelasin tadi." ujar Rajesh berbohong.
"Benar itu Indah?" selidik mama Rina saat Indah menghampiri meja makan.
"Benar kok ma. Indah nggak apa apa. Kan mas Rajesh kerja juga buat Indah. Kalau memang harus lembur ya nggak apa apa. Indah juga bangga kalau mas Rajesh tidak hanya bertanggung jawab atas diri Indah tapi juga dalam pekerjaannya juga." jawab Indah membuat perut Rajesh bergejolak ingin muntah.
"Siapa juga bakal tanggung jawab sama kamu, pembantu gak tau diri." gerutu Rajesh dalam hati.
"Ya sudah cepat mandi lalu makan malam bareng. Kami udah lapar menunggumu." titah mama Rina yang langsung diiyakan oleh Rajesh.
Rajesh berusaha lebih cepat menyelesaikan mandinya karena perutnya juga sudah lapar sedari tadi. Apalagi ketika turun tangga melihat banyaknya hidangan lauk pauk yang terlihat menyelerakan sekali. Cacing dalam perutnya pun berdemo.
"Ini mas." Indah dengan sigap melayani suaminya.
"Terima kasih sayang." Rajesh masih ingat harus bersandiwara di depan orang tuanya.
Rajesh hendak menyuap makanan ke mulutnya saat tangan Indah menahan tangannya. Rajesh melotot seolah bertanya apa lagi maunya Indah.
"Berdoa dulu mas. Biar makanan yang masuk lebih berkah. Jadi energi dan kekuatan kita."
Rajesh mengurungkan kegiatannya menyuap nasi dan tersenyum dengan kilatan kemarahan di matanya tapi tak bisa meluapkan karena ada orang tuanya.
"Kamu yang pimpin doa ya mas. Kita doa sama sama." pinta Indah yang dijawab Rajesh dengan senyuman paling bodoh saat itu.
Rajesh lupa bagaimana bacaan doa sebelum makan. Rajesh pun hanya garuk garuk kepala dibuatnya. Perut sudah semakin lapar tapi sang istri malah mengerjainya.
"Kamu saja yang pimpin sayang." Rajesh memberi kode untuk Indah tidak melawan lagi.
"Baiklah, tapi besok kamu ya mas."
Rajesh mengangguk cepat demi bisa segera membubarkan demo cacing di dalam perutnya. Dan ketika Indah sudah menyelesaikan bacaan doanya secepat kilat Rajesh menyambar dan menyantap makanannya.
Entah karena perut yang memang lapar atau memang makanan itu yang terasa lebih lezat dari hari hari biasanya.
"Lahap benar kamu Jesh. Lapar banget apa enak banget?" tanya papa Gunawan.
"Masakan mbok Rati tumben enak banget pa. Rajesh mau nambah ah." ucap Rajesh tanpa meminta Indah mengambilkan untuknya.
Dan ketika akan menyuap kembali, Indah berbicara.
"Bukan mbok Rati yang masak mas. Tapi aku. Syukurlah kalau kamu suka. Besok aku masakin lagi ya."
Uhukkk,,,, Ucapan itu membuat Rajesh tersedak dan menyesal sekali telah memuji masakan itu.
"Minum dulu mas." Indah memberikan segelas air putih untuknya kemudian membantu mengusap usap punggung Rajesh.
Rajesh melirik tajam pertanda ia tak suka diperlakukan begitu oleh Indah dan Indah paham akan itu, jadi ia menghentikan gerakannya.
"Jangan keGRan kamu ya. Aku tadi cuma kelewat lapar gara gara kamu tahan untuk berdoa dulu. Bukan karena makanan itu enak." Rajesh terlalu gengsi untuk mengakui dan ia mulai mengomel lagi ketika mereka sudah di kamar mereka.
"Kalau memang enak juga kenapa sih mas kalau mau memuji. Kan aku makin semangat nyenengin kamu jadinya. Makin banyak pahalaku."
"Nah itu!! Aku gak sudi kasih kamu ladang pahala. Mulai besok gak usah masak lagi! Masakan kamu udah kayak sampah. Persis kayak kamu. Nyampah aja bisanya!!" sentak Rajesh.
Indah diam dan menahan sakit di dadanya mendengar itu tapi ia tetap menahannya dan tetap berdoa semoga suatu hari suaminya itu bisa lebih lembut saat bicara kepadanya.
...\=\=\=\=\=\=\=...
...Tiap part Indah sama Rajesh,,,apa ada di antara kalian yang tensinya auto naik?? 😂...
...With love, ...
...Author....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Teteh
nanti kena batunya
2023-06-12
1
Sri Ariesto
sabar ya Indah sabarr😊😊😊
2023-04-05
1
🌻Richantix🌻
🌡️
2023-01-02
1