"Ga apa non! biar bibi aja, kalau non enggak mau terima tamu biar nanti bibi bilang udah tidur ya."
"Makasih bi."
Sementara Bima dan Kanya, ia menoleh ke arah mata sang ibu mengenai pipinya. Seolah ketakutan di diri bundanya terasa pada kedua anak anaknya.
"Bunda kenapa boong! e-emang bun udah tantuk ya?" Kanya cadel.
"Bunda enggak ngantuk sayang! cuma bunda mau temani kalian aja. Maaf ya! bunda ga bisa habisin waktu seharian ini sama kalian." senyum Mila, mengecup pipi kedua anak anaknya.
"Bunda temuin aja bun, kita ga apa apa kok disini tunggu Bunda." ujar Bima dengan tampannya membuat hati Mila meleleh.
"Ya udah, kalian habisin dulu ya pancake duriannya. Bunda lihat ke depan dulu." di anggukan kedua anak anaknya.
"Siapa yang ingin menemui ku?" lirih Mila, ketika bibi Roh mengatakan Mila sedang tidur dan tidak bisa di ganggu.
"Bibi siapa?"
"Udah pergi non. Tapi tadi dia nitip surat ini buat non."
Mila kembali masuk sembari menimang surat itu perlahan demi perlahan. Rasanya aneh jika ada sebuah surat di saat Mila tak punya teman dekat.
***
Sementara esok harinya, Mila di hubungi spv Lina. Karena ia tidak bisa putus resign begitu saja, ia diminta untuk dipanggil ke kantor menyelesaikan beberapa berkas, jika tidak maka ijasah tidak akan bisa Mila ambil. Mau tidak mau Mila kembali, dan semoga saja ia tidak lagi di pertemukan dengan Kenan pagi ini.
"Saya tidak tahu masalah kamu, tapi kamu harus minta tanda tangan persetujuan pak Kenan! dan cepat bayar denda sepuluh juta."
"Wah, sadis sekali perusahaan ini. Resign saja di persulit." lirih Mila membawa map.
Mila merenung mau tidak mau fokus sampai kontrak percobaan selama satu bulan ke depan, setidaknya dari pada ia membayar denda sepuluh juta. Lebih baik! uangnya ia pakai untuk berjaga jaga kebutuhan kedua anaknya. Apalagi hidupnya harus mandiri ketika semuanya berubah di saat Mila melahirkan anak tanpa seorang suami.
"Mila, ada yang mau ketemu sama kamu."
"A-aku?" terkejut Mila saat itu juga, saat melewati customer service.
Mila yang penasaran pun pergi kebawah tangga. Karena letak ruangan berada di sudut lantai atas menyatu dan bersebelahan dengan ruangan Kenan yang kosong! Mila merunduk melewati meja karyawan dengan tersenyum. Ia menaiki lift dan memencet tombol untuk menepi di lantai bawah. Telah ada beberapa karyawan yang seprofesi saat menjadi petugas kebersihan menyapanya. Ada juga yang kesal merasa iri, telah lama tapi tak ada perubahan jika menatap Mila rasanya sangat terlalu cantik untuk menjadi Office girl yang sifatnya sementara.
"Hah.., ia karyawan yang beruntung sepanjang sejarah." gumam seorang petugas kebersihan yang merasa iri pada Mila.
Di sudut lain, Heru memasuki ruangan Pak Kenan. Ia memberikan satu berkas untuk di tanda tangani hasil meeting, untuk kerjasama antara perusahaan besar.
"Kemana Mila, apa sudah bicara pada Lina untuk memberikan denda. Heru?"
"Dia.., saya segera memanggilnya. Sebab tadi bertemu dibawah dia izin sebentar!"
"Izin sebentar di jam seperti ini?" ketus Kenan.
"Iya untuk ke lantai bawah. Saya perhatikan dan dengar ada seseorang yang ingin menemuinya. Dan Mila kembali kerja selama sebulan sesuai kontrak pengganti karyawan bos." senyum Heru.
Kenan menatap jam yang melingkar. "Tunggu, ini masih jam kerja. Tidak beres! biar saya jemput wanita itu, ku berikan ia peringatan agar tidak seenaknya. Wanita ini akan membawa contoh pada karyawan lain jika tidak diberi hukuman!"
"Tapi bos, kita dan saya akan menyiapkan dan menghubungi beberapa klien penting untuk siang nanti, apakah tidak perlu mengusik urusan karyawan bos, rapat lima menit lagi?" teriak Heru, tapi di abaikan.
Heru pun hanya bisa menarik nafas, tidak biasanya soal sepele bosnya turun tangan langsung, di abaikan hanya karena karyawan bernama Mila.
Kenan berjalan menuju lift seorang diri. Semua mata anak karyawan hormat menyapanya.
"Pagi pak, pagi pak.."
Kenan sebagai orang berpengaruh hanya membalas dengan datar dan sebuah isyarat alis di kerutkan. Tanda jika ia menjawab, apalagi di kantor ini ia seperti main main, setelah itu pasti ia akan terbang ke swiss sebagai pilot yang tampan tentunya.
Loby Lantai Ground.
"Mas Rey, kamu bisa di sini?" tanya Mila.
"Mila, akhirnya aku menemukan tempatmu bekerja." Rey mendekat dan memeluk Mila.
"Rey, kamu ga boleh lakukan ini! ingat perjanjian kita itu kan, kamu masih ingatkan. Jadi pulanglah Rey!'
"Kenapa Mila, aku sangat rindu dan ingin melindungimu. Please! jangan lagi dengarkan orangtua kita, perusahaan orangtua kita pesat biarkan saja, aku rela di coret dari keluarga untuk bisa sama kamu Mil."
"Rey, hentikan aku sudah bersuami. Kamu juga sudah bertunangan."
Mila yang mendorong tubuh Rey. Tak sadar ada mata yang menatap dengan tatapan tajam dan wajah flat datar sedingin es. Namun ketika perdebatan mereka terhenti.
Kenan berhenti berada di belakang Mila dan tak sengaja mendengarkan. Awalnya ia ingin memarahi seorang karyawan tak menaati aturan. Namun Kenan terkejut akan sebuah hal yang membuatnya terkejut dan bertanya.
"Mila, aku sudah tau semuanya. Aku minta maaf karena aku menikah paksa, tapi percayalah aku bisa membahagiakanmu dengan kedua anak anakmu, aku bisa menerima kamu soal part..!"
"Cukup Rey!"
Mila menutup mulut Rey dan menariknya amat jauh ditempat sepi, sejujurnya ia tidak ingin ada yang tahu, jika ia adalah wanita yang tidak baik, melahirkan tanpa seorang suami. Bahkan jika Rey sampai tahu, dan Kenan sampai dengar. Mila akan terancam, bahkan ia harus punya pekerjaan tetap untuk berpindah lagi ke tempat lain. Dirinya sudah cukup dibuang oleh orangtuanya, karena dianggap sial.
Mila terdiam tak percaya. Jika Rey bisa sampai tau segalanya. Ia ingin menyangkal dan menatap ruangan sedikit sepi, sehingga tak ada mata yang melihat dan mendengar pembicaraannya.
"Mas Rey, kamu bicara omong kosong. Suamiku ada di hongkong! aku kembali padanya, tapi tanpa keluarga kita tahu. Jadi aku tetap anggap mas Rey seperti kakak. Keluarga kita sudah soulmate kan, jadi jangan khawatir Mila lagi, Mila yang sekarang bukan Mila yang cengeng."
"Tidak Mila, ibumu sangat bersedih tak bisa mengunjungimu karena papamu kan? Beliau menceritakan semuanya dan percaya padaku. Untuk menitipkan dan menjagamu, jika aku pergi menemuimu."
"Cukup Rey, aku masih bekerja. Keluar dari kantor ini!"
"Mil, aku bisa bantu kamu apapun. Tapi jangan tolak kebaikanku Mila." teriak Rey, kala itu security meminta Rey keluar dari kantor.
Mila yang berjalan menangis dan mengusap air mata. Mila mengingat hal yang memang ia rindukan pada sang ibu. Ia pun resah karena mengalami ini semua seorang diri. Ia mundur dalam langkah dan berbalik badan. Tapi tubuhnya terbentur ketika berbalik badan.
Tubuhnya yang terbentur oleh tubuh tinggi, berjas rapih dan berkulit putih dan bermata indah biru, namun sorot mata itu amat tajam.
"Ups.. maaf pak Kenan. Saya lancang saya segera menyiapkan berkas untuk meeting. Saya permisi."
Mila berusaha profesional, ia berlalu dan segera berlari hingga amat cepat. Tapi Rey berteriak jika ia akan menunggunya seharian di kantor, dengan suara bergema di ruangan itu.
Sementara Kenan terdiam berdiri tegak dan menatap pria terakhir, yang pernah ia temui sore lalu. Dengan kedua tangan yang di selipkan di saku celana dan tangan sebelah kanan ia mencoba, meraih ponsel guna menghubungi seseorang dengan elegant dan tenang.
'Cari tahu hubungan pria itu dengan Mila! sore ini kau harus dapatkan beritanya!' sambungan ponsel, kala Kenan melihat Mila sudah hilang atau mungkin kembali bekerja.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
nyai ajeng
I see jadi keluarga mila dibangkrutin sama keluarga kenan, keluarga mila maju lagi karena keluarga rey, aku balik nyimak apakah benar bapaknya mila itu bapak tiri, dan part berapa aku balik lagi baru paham dan ceritamu tuh nyambung part yang ga nyangka menurutku keren enggak pasaran dari tema yang umum
2023-01-13
0
juli
bibi nya baik banget. anak majikan dirawat kayak anak sendiri. anak majikan juga anggap kaya keluarga. keren bener nih
2023-01-05
0