Rayden dan Nesya pun telah sampai dirumah. mereka berdua disambut oleh Margaretha yang sejak tadi berdiri di ambang pintu.
"gimana kerjaannya, Ray? ". tanya Margaretha.
"Baik! " jawab Rayden.
"dan kamu Nes? ngapain aja kamu di kantor? ". kini Margaretha bertanya pada Nesya sembari merangkulnya dan mengajak Nesya masuk.
"banyak tante, aku di ajarin sama Mbak Winda disana! ". tutur Nesya, ia pun menceritakan pengalamannya saat di kantor Rayden.
"Gimana, apa kamu mau kerja disana? ". tanyanya.
"mau sih! tapi.. " Nesya menggantungkan ucapannya.
"kenapa? takut sama Rayden? ". tebak Margaretha.
Nesya mengangguk membernarkan tebakan Margaretha.
Margaretha hanya tertawa mendengar jika Nesya takut pada putranya. apa yang harus ditakutkan dari Rayden.
"tenang, Biar tante yang ngomong. sekarang kamu mandi, makan dan istirahat, ya. pasti kamu capek kan? ". ucap Margaretha.
Nesya pun mengangguk dan pergi menuju kamarnya di lantai atas.
Margaretha pun pergi menuju kamar Rayden. ia ingin berbicara serius dengan putranya malam ini juga.
tok.. tok.. tok..!
Margaretha mengetuk pintu kamar Rayden dengan pelan dan teratur.
"siapa? ". teriak Rayden dari dalam
"mama, Ray! ". sahut Margaretha.
"masuk! ". ucap Rayden kembali.
Margaretha pun masuk dan berjalan menghampiri Rayden yang kebutuhan sedang duduk sembari sibuk dengan laptopnya.
Rayden menoleh ke arah Mamanya sekilas, Rayden tahu ada sesuatu yang ingin mamanya sampaikan padanya.
"ada apa, Ma? ". tanya Rayden.
"Ray, gimana kalo pernikahan kamu sama Nesya di percepat saja! ". ucap Margaretha
Rayden yang sedang mengetik pun langsung menghentikan gerakan tangannya dan beralih melirik ke arah sang mama.
"tapi Ma, Ray belum siap! ". ucap Rayden.
jujur saja Rayden belum siap untuk menikahi Nesya. bukan karna Rayden memiliki kekasih ataupun wanita lain. namun, dirinya begitu takut dengan kehidupan setelah menikah, apalagi ketika memiliki seorang anak.
Rayden masih trauma dengan masa lalunya. dimana, papanya yang bernama Williams Alexander meninggalkan dirinya dan sang mama pada saat usia Rayden menginjak 5 tahun. segala kenangan pahit itu selalu membayangi Rayden.
hingga Rayden berfikir, apakah karna dirinya sang papa meninggalkan mereka berdua?
maka dari itu, Rayden takut dan sangat membenci anak-anak.
"Ray, mau sampai kapan kamu di bayangi masa lalu? lupakan semua yang menyakiti mu dan mulai jalan yang baru. " ucap Margaretha dengan sedikit menitikan air mata.
"tidak semudah yang mama bayangkan. aku selalu berusaha jadi seperti yang mama mau. tapi aku selalu berfikir, apakah papa pergi gara-gara aku, Ma? ". ucap Rayden pilu.
"bukan Ray, Bukan! semua yang terjadi bukan karna kamu. dengarkan mama baik-baik, jika kamu sayang pada mama! cepatlah nikahi Nesya. " ucap Margaretha
Margaretha pun pergi meninggalkan kamar putranya, sembari menitikan air matanya.
Rayden pun hanya terduduk dan menahan sesak dalam dadanya.
dalam hatinya ia tak ingin menyakiti Mamanya. namun, ini adalah pilihan hidupnya. ia takut jika harus menikah, bagaimana jika Suatu saat Nesya akan meninggalkan dirinya ketika Rayden sudah mulai mencintainya.
"aaaakkhh! ". Teriak Rayden, ia pun memukulkan tangannya pada dinding kamarnya.
Rayden memang terlihat egois. namun, percayalah jika yang dilakukan oleh Rayden adalah sebuah cara agar dirinya tidak terluka untuk yang kedua kalinya.
Rayden yang terluka dengan kepergian sang papa. hanya bisa memendamnya sendirian. ia tak mampu berkata-kata jika mengenai masa lalunya.
hinggi kini, Rayden masih terjebak masa lalu. ia masih belum bisa melupakan masa lalu kelam yang ia alami.
"ini semua gara-gara kau Williams, aku akan menuntut balas atas trauma yang kau torehkan padaku! ". ujar Rayden dengan kemarahan yang menggebu.
walau telah lama Williams meninggalkan dirinya, namun hingga kini dirinya menginjak usia 26 tahun. ia belum sama sekali berjumpa dengan papanya lagi.
"dimana sebenarnya dirimu, Williams? ". gumam Rayden.
Rasa dendam dalam hati Rayden untuk Williams sudah mendarah daging. ia ingin membalas perbuatan papanya di masa lalu.
Rayden ingin sekali bertemu dengan Williams walau hanya sekali saja. ia ingin bertanya, mengapa dirinya begitu tega meninggalkan Mama dan juga dirinya, bahkan Rayden yang dulu masih membutuhkan seorang ayah.
"ingin rasanya aku menghajarmu, Williams! agar kau tahu bagaimana rasanya. " gumam Rayden.
Rayden bukanlah orang yang jahat, hanya saja dirinya kehilangan pedoman hidup. ya, karna sang papa yang telah menciptakan Rayden seperti saat ini.
sementara Margaretha, ia berlari menuju kamarnya sembari menangis sesenggukan. bahu Margaretha terlihat begitu berguncang dan bergetar. ada sesak dalam dadanya, kala mendengar apa yang putranya katanya.
"sebegitu bencinyakah kau, Ray? ". ucap Margaretha lirih.
Margaretha tahu jika luka yang di alami oleh Rayden sangatlah perih. namun, ia berharap Rayden bisa melupakan segala pahit dalam hidupnya dan memulai hidupnya dengan bahagia.
"ya tuhan, mengapa kau hukum putraku seperti ini? ". teriak Margaretha dalam hatinya.
Margaretha, dulu sempat berfikir bahwa trauma yang Rayden alami akan hilang seiring berjalannya waktu. namun, Margaretha salah besar. kini, Rayden malah tak ingin menikah dan memiliki keturan layaknya teman seumuran Rayden.
saking terguncangnya Margaretha, kepalanya mulai terasa berat, matanya mulai kabur dan kesimbangannya mulai menurun. tiba-tiba, Margaretha jatuh ke lantai.
brugh...
tubuh Margaretha terjatuh dan tak sadarkan diri.
Nesya yang baru masuk ke dalam kamar Margaretha pun kaget melihat keadaan Margaretha yang pingsan. ia pun berteriak dan meminta tolong.
"ya tuhan, tente. ada apa in? ". tanyanya
Nesya pun berlari keluar dan berteriak.
"tolong, tolong!!". teriaknya.
Rayden yang mendengar Nesya berteriak pun hanya terlihat biasa saja.
" kenapa dia berteriak? ". gumam Rayden.
awalnya Rayden memilih abai dan tak menghiraukan teriak Nesya. namun, Rayden seperti mendengar teriakan tersebut berada di kamar mamanya.
"tolong.. tolong..!! " teriak Nesya kembali.
"mama! ". gumam Rayden
Rayden pun segera menuju kamar sang mama, ia berlari. Rayden takut terjadi sesuatu yang buruk pada mamanya, dan benar saja. kini Margaretha telah pingsan di lantai.
"mama! ". teriak Rayden
Rayden berlari menghampiri sang mama. ia pun memeriksa keadaan Ibunya. Rayden segera membawa Ibunya menuju rumah sakit.
"kau, jaga rumah ini dengan baik. aku pergi! ". ucap Rayden dingin. ia pun pergi menuju mobilnya.
sementara Nesya, ia hanya mengangguk dan menunduk. walau sebenarnya, ia ingin menemani Margaretha. namun, dirinya tak punya hak.
"bertahanlah, ma! ". ucap Rayden lirih, ia pun melajukan mobilnya menuju rumah sakit harapan.
setibanya Rayden di rumah sakit, ia langsung mengikuti Blankar yang membawa Ibunya Ke ruangan Rawat.
"ya tuhan, aku mohon selamatkan mama! ". gumamnya dalam hati.
Rayden duduk di ruang tunggu, ia menunggu sampai Ibunya selesai di periksa..
dokter terlihat keluar dari dalam ruangan. Rayden beranjak dari duduknya dan menghampiri dokter tersebut.
"bagaimana keadaan mama saya, Dok? ". ucap Rayden.
"sepertinya pasien terkena serangan jantung ringan. jika hal tersebut terus berlanjut, maka kemungkinan besar bisa menyebabkan kematian. " tutur sang dokter.
"apa? ". Rayden membulatkan matanya
Rayden tak ingin hal itu sampai terjadi, karna ia amat menyayangi sang mama.
setelah berbincang-bincang sebentar, sang dokter pun berpamitan pergi dari ruangan Margaretha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments