...****************...
Sekarang jadwalnya, Adrean untuk mengobati nenek Rosi.
Dia dengan telaten mengoleskan seluruh racikan obatnya, ke kaki Rosi yang terluka serta keluar nanah. Anehnya, bocah itu sama sekali tak jijik.
“Senang bertemu denganmu lagi Drean,” sapa Rosi dahulu.
“Too.” Balas singkat Adrean. Yang sengaja fokus terhadap pekerjaannya.
Rosi tertawa, ia peka jika Adrean sedang marah sebab dibohongi. Jadi Rosi membiarkan anak tersebut mengobatinya, dan nanti akan ia ajak bicara.
Setelah beberapa menit terlewat, Adrean simpan wadah kayu ke meja. Racikan obat disana sudah habis.
“Kalo gatal, tahan. Obatnya sedang beleaksi.”
Rosi mengangguk. Lalu menahan tangan Adrean, agar tetap duduk disini. “Bisakah kau menungguku, seperti di seoul, Drean?”
“Hm. Aku pikil, kau seorang nenek tua yang miskin, tapi telnyata ... lumayan juga.”
Bukannya sakit hati atas ucapan Adrean yang blak-blakan. Rosi malah terkekeh. “Itu aku sedang menyamar untuk memastikan sesuatu,”
“Memastikan apa?”
“Rahasia. Drean kau mirip seperti cucuku,”
“Pasti lebih tampan aku.” Mulai, sifat songong bocah itu keluar.
Lagi-lagi Rosi tertawa. Inilah sebabnya ia menyuruh Sisil untuk membawa Adrean kemari. Untuk membuat ia lebih bahagia di hari-hari tuanya.
“Baiklah-baiklah. Kau pemenangnya. Sana keluar, aku mau istirahat.”
“Iya. Aku memang akan pamit untuk bermain game.” jawab adrean.
Dia pun membuka pintu, dan menatap sejenak Rosi yang sudah akan terlelap. Lalu barulah menutup rapat pintunya.
...
Rosi itu tinggal sendiri dirumah besarnya. Dia lebih banyak ditemani para pengawal dan sekretarisnya, lalu seluruh cucu dan anaknya memiliki rumah sendiri-sendiri meninggalkan wanita berusia lanjut itu dengan penyakit kakinya. Dan alasan itulah, yang membuat audina tak lagi cerewet pada Adrean untuk tinggal di kontrakan saja.
Tapi, meskipun begitu. Audina tetap akan bekerja, di restoran orang kenalannya dulu.
Disana, ia bekerja sebagai pelayan. Setidaknya gajih yang didapat lumayan untuk menghidupi mereka berdua.
Saat sedang membersihkan meja, bekas makan pembeli. Tak sengaja Audina mendengar seorang pembawa berita dari televisi besar disana, mengatakan bahwa seorang pengusaha mobil bermerek akan mengeluarkan mobil rumah berjalan.
Huh. Ada-ada saja, tapi gerakannya seolah berhenti. Saat pembawa berita itu mengatakan nama pengusaha tersebut.
“Dika Almans.”
Itu lelaki yang sama dengan ....
“Permisi, aku ingin memesan, tapi kasirnya ... kenapa?” tanya orang tersebut, sebab Audina menatapnya dengan intens.
Namun Audina tetap terbengong. Dia begitu terkejut mendapati seseorang yang sudah lama tak dipandang. Kini ada di hadapannya.
“Maafkan tuan, dia masih pelayan baru disini. Mari aku bantu.” Ucap salah satu pelayan, membuyarkan lamunan audina.
Audina pun segera membersihkan semua lalu masuk kedalam dapur. Dia masih dapat menatap Dika dari arah kaca.
Ternyata, Dika masih sama. Hanya saja, sekarang lelaki itu lebih terlihat matang dengan tubuh kekarnya dan sedikit bulu-bulu halus di wajahnya.
“Na? Kau melihat apa, sih, sampai fokus begitu?”
“Ha? Tidak ada.” Dengan gugup ia berbicara.
Tapi beberapa detiknya, Audina memegang jantungnya, yang berdetak begitu cepat. “Raya, kau tahu alasan mengapa jantung berdegup lebih kencang?” tanya ia begitu panik.
“Bisa jadi karena kau baru dikejutkan,”
Audina berpikir sejenak. Sedari tadi tak ada yang membuatnya terkejut. “Kalo sehabis melihat lawan jenis?”
Tiba-tiba saja Raya tersenyum jahil. Dan memukul-mukul pelan tangan Audina. “Kalo itu, tandanya jatuh cinta. Hayo, habis lihat siapa?”
Audina tak menjawab tapi membatin berbagai penolakan dan langsung pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Berharap semburan merah di wajahnya hilang.
Audina yakin. Cintanya pada Dika telah lenyap enam tahun lalu. Dan ia tak akan mau jika harus memberikan kembali perasannya pada lelaki brengsek, yang mau kepada semua wanita. “Aku tak mencintainya lagi.”
Disisi lain, Dika yang sudah membungkus semua makanan kesukaan ninin alias neneknya. Langsung menancapkan gas ke sana.
Di sepanjang jalan, Dika kadang kali menatap wajahnya sendiri ke cermin. Dia sedang mencari hal aneh di wajahnya, karena tadi seorang pelayan menatap dia dengan serius. Takutnya, ada upil yang menyangkut, atau tusukan cabai di giginya. Tapi ini tak ada.
“Oh, mungkin karena aku terlalu tampan, jadi dia menatapku sampai tak berkedip. Iya, pasti karena itu,” jelasnya pada diri sendiri. Lalu tangan Dika mencari-cari sesuatu di dasboard. “Apa aku harus pakai masker saja, agar wajah tampanku tertutup. Yah tapi maskernya tak ada.” Ucapnya lagi dengan nada yang dibuat sedih.
Sebab telah sampai dirumah ninin. Dika langsung saja turun dari mobil dan masuk kedalam rumah ninin.
Sama seperti dulu-dulu, suasananya selalu hening.
“Tuan, selamat datang. Biar saya bawakan barangnya.” Satu pelayan itu berseru, lalu segera melakukan perkerjaannya.
Dika tetap berjalan tak peduli. Dia membelokkan langkahnya ke kanan dan langsung menemui kamar ninin disana. Saat akan melangkah masuk, sekretaris ninin mencegah. “Maaf, tuan. Nyonya Rosi baru saja terlelap tidur. Beliau tadi sudah diobati kakinya.” Ucapnya, yang membuat Dika terdiam didepan pintu.
“Bisa antar aku, ke orangnya?”
Sisil mengangguk. Dia langsung memimpin jalan, untuk menuju ke kamar orang yang dimaksud oleh Dika.
Saat telah berada dikamar orang itu, tanpa mengetuk, Sisil langsung membukanya. Terpampanglah punggung belakang seorang anak lelaki yang tengah fokus bermain game di komputernya.
“Dia?” tanya Dika tak percaya. Apa yang dikatakan Herry tadi benar adanya. Seorang bocah, mana bisa meracik obat yang membuat penyakit ninin dapat sembuh.
“Iya. Saya juga awalnya tak percaya. Tapi melihat bagaimana dia bersikap, berbicara serta meracik obatnya. Membuat saya yakin, dia dapat mengobati nyonya. Mau saya panggilkan?”
Dika mengangguk. Ia penasaran juga akan wajah bocah lelaki itu.
“Adrean,” panggil Sisil.
Adrean berbalik. Dia menatap Sisil, lalu berahlih ke pria di belakangnya.
“Uncle?”
“Ad?”
Tanya kedua pria itu bersamaan.
Yang tanpa sadar. Telah dipertemukan kembali oleh takdir, berkat hubungan batin mereka.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments