Keesokan paginya Nafisha dan Diana menghabiskan waktu bersama dengan bersepeda di sebuah acara car free day.
Tak terasa hari semakin siang dan akhirnya mereka berdua memutuskan mencari sarapan disebuah warung pinggir jalan.
"Lumayan capek juga nih kaki." ucap Nafisha.
"Ternyata udah lama juga kita enggak olahraga." ucap Diana.
"Makanya kamu jangan kebanyakan belajar mulu, sekali-kali juga butuh refresing kalik." ucap Nafisha.
"Kamu juga sama aja." ucap Diana.
Mereka berdua menikmati sarapannya dengan disuguhi pemandangan taman yang asri. Ketika mereka berdua tengah menikmati sarapannya, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh sosok Haidar diwarung itu.
"Pak, 20 dibungkus ya." ucap Haidar pada penjual ketoprak.
"Haidar." ucap Nafisha.
Haidarpun berjalan menuju meja mereka dan duduk didepan mereka berdua.
"Assalamualaikum." ucapnya.
"Waalaikumsalam." jawab Diana dan Nafisha serentak.
"Oh ya Haidar kenalin ini Diana temen sekelas aku." ucap Nafisha yang memperkenalkan Diana.
"Haidar." ucap Haidar yang mengangguk kepalanya sambil memberikan senyum ramahnya.
Dianapun membalasnya dengan melemparkan sebuah senyuman untuk Haidar.
"Kamu pesen makanan banyak nggitu buat siapa?" tanya Nafisha.
"Oh itu, aku makanan itu untuk adik-adik aku." jawabnya.
"Adik kamu sebanyak itu?" tanya Diana yang penasaran.
"haha... Maksud aku makanan itu untuk adik didik aku." jawab Haidar.
"Kamu ngajar bimbel atau merangkap ngajar disekolahan mana nggitu?" tanya Diana.
"Aku sukarelawan, aku ngajar anak-anak jalanan seperti pemulung dan pengamen yang tak bisa mengenyam bangku sekolah. Ya walaupun mereka terlahir dari keluarga kurang berada namun jangan sampai mereka menjadi buta aksara." jelas Haidar.
"*Ternyata dia itu orang yang baik dan perduli akan sesama, jarang aku menemukan orang seperti dia." batin Diana.
"Tak hanya sholeh dia pun memiliki nilai sosial yang tinggi perduli akan nasib anak-anak jalanan aku semakin kagum dengannya." batin Nafisha*.
"Oh ya kita boleh ikut kamu buat ngajar anak-anak jalanan enggak?" tanya Diana.
"Boleh ya?" sambung Nafisha.
"Kalian serius? tapi tempatnya diperkampungan dan itu terlihat kumuh." ucap Haidar.
Mereka berduapun saling menatap, seakan saling berbicara melalui sorot mata untuk saling meyakinkan.
"Itu bukan masalah." ucap Nafisha
Mereka bertigapun pergi ketempat yang dimaksud Haidar. Mereka harus masuk kesebuah gang sempit yang hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki. 500 meter berjalan menuju ke sebuah pemukiman kumuh dekat dengan sungai yang terlihat kotor dan keruh.
Terlihat beberapa anak dengan pakaian kucel tengah bermain bersama dipinggiran sungai.
"Assalamualaikum adik-adik." ucap Haidar yang mendekati anak-anak itu.
"Waalaikumsalam kak Haidar." ucap anak-anak itu dengan ceria.
"Coba tebak kak Haidar bawa apa?" ucap Haidar yang menggoda anak-anak itu.
"Kak Haidar bawa makanan?" ucap seorang anak perempuan.
"Nih kalian habisin makanannya terus kita belajar. Antri ya jangan berebut!" ucap Haidar sambil membagikan makanan itu.
Sementara Nafisha dan Diana melihat dari kejauhan. Setelah membagikan makanan Haidar berjalan mendekati Diana dan Nafisha. Nampak sebuah senyum kebahagiaan diwajah Haidar.
"Apakah kamu selalu membawakan mereka makanan seperti ini?" tanya Nafisha yang penasaran.
Tiba-tiba wajah ceria Haidar menjadi muram. Ia menggeleng kepalanya.
"Aku hanya bisa membawakan mereka makanan jika aku punya uang lebih. Setiap hari aku berpuasa agar bisa menyisihkan uang jajanku untuk membeli kebutuhan sekolahku,setelah itu aku membelikan kebutuhan sekolah untuk mereka jika ada sisa uang aku baru bisa membawakan mereka makanan seperti ini." jelas Haidar.
"Maaf jika aku menyinggung perasaan kamu tapi kenapa kamu mementingan kebutuhan mereka padahal kamu sendiri hidup sederhana?" tanya Diana.
Sebuah senyum terlihat diraut wajah Haidar. Ia melihat kearah anak-anak tsb.
"Lihatlah mereka bukankah hidup mereka serba kekurangan. Tapi lihatlah betapa cerianya mereka, walaupun mereka harus hidup ditempat yang bisa disebut tak layak ini namun mereka tak pernah mengeluh akan keadaan. Aku belajar banyak dari mereka." jelas Haidar.
"*Dan saat ini aku ingin belajar banyak dari kamu." batin Diana.
"Aku tak tahu harus berkata apa, namun kamu adalah sumber inspirasiku saat ini." batin Nafisha*.
"Yuk mari ku kenalkan pada mereka." ucap Haidar yang mengajak Nafisha dan Diana untuk berkenalan dengan anak-anak itu.
Mereka berduapun berjalan mengikuti Haidar.
"Adik-adik semua, hari ini kita kedatangan 2 kakak cantik nih. Yang sebelah kiri kak Haidar namanya kak Nafisha dan yang kanan namanya kak Diana. Salim dulu sama kakak-kakak yang cantik." ucap Haidar.
Anak-anak itupun mencium tangan Nafisha dan Diana. Walaupun ada rasa canggung sedikit demi sedikit akhirnya mereka berdua bisa membaur dengan anak-anak itu.
Diana berjalan mendekati seorang anak gadis yang menyendiri dan ia terlihat murung.
"Hay adik namanya siapa?" tanya Diana dengan ramah.
"Namaku Putri kak." jawab Putri.
"Kenapa Putri sendirian disini yuk ikut main sama teman-teman yang lain." ucap Diana.
"Putri lagi sedih kak." ucap Putri.
"Sedih kenapa?" tanya Diana sambil mengelus rambut Putri.
"Akhir-akhir ini nenek Putri sering sakit tapi Putri enggak punya uang untuk beli obat diapotik. Kayaknya Putri udah enggak bisa belajar lagi disini, Putri harus cari uang buat nenek." ucapnya
"Emangnya orang tua Putri dimana kog harus Putri yang cari uang?" tanya Diana.
"Putri enggak tahu dimana orang tua Putri. kata nenek, Putri dulu dipungut didekat tempat sampah dan nenek yang besarin putri sampai sekarang. Tapi sekarang nenek udah sakit-sakitan dan enggak bisa kerja jadi Putri harus gantiin nenek buat mulung." jelas Putri dengan nada polosnya.
Diana merasa terenyuh mendengarkan cerita Putri. Ia pun langsung memeluk Putri sebuah kristal bening menetes begitu saja.
"Terimakasih ya Allah telah membuatku sadar bahwa masih banyak orang yang hidup kekurangan namun mereka tak pernah mengeluh tentang hidupnya." batin Diana.
Diana melepaskan pelukannya, ia memegang bahu Putri.
"Putri harus tetap belajar disini, Putri enggak usah mulung. Ini kak Diana punya uang buat beli obat nenek Putri." ucap Diana sambil memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan.
"Maaf kak, Putri enggak bisa menerima pemberian kak Diana. Nenek melarang putri untuk meminta-minta." ucap Putri.
"Tapi kak ngasih ini ikhlas buat kamu." ucap Diana.
"Nenek pernah bilang ke Putri, Kita memang orang susah tapi selama badan kita bisa bekerja jangan pernah menerima belas kasihan orang lain. Putri ngucapin terimakasih karena kak Diana udah simpati sama Putri tapi maaf Putri enggak bisa nerima pemberian kakak." ucap Putri.
Diana tak bisa membendung air matanya, ia terharu mendengar ucapan Putri. Sementara Haidar mengamatinya dari kejauhan.
"Ternyata dia itu wanita yang penuh kasih sayang." batin Haidar.
____________________________________________
Pesan yang dapat diambil dari kisah ini. "Jangan pernah mengeluh tentang keadaan, jika kamu merasa beban hidupmu berat lihatlah orang disekelilingmu yang kesusahan. Bisa jadi hidupmu lebih baik dari mereka. Belajar bersyukur dengan apa yang kita punya. Percaya bahwa Tuhan telah mengatur semuanya.
_____________________________________________
Yuk simak terus cerita Author. follow juga ig Author: Naaernaa02.
Jangan lupa like,vote dan rate ya readers❤️🙏🏻Biar Author makin semangat buat ceritanya😉
Jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yang membangun di kolom komentar agar author bisa mengembangkan cerita author 😁
Next>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
A7.Anwar
aku selalu ada untuk mu 😁
2020-09-12
0
Mei Shin Manalu
Likee lagi
2020-09-08
0
Rena Karisma
Like❤️❤️❤️❤️
2020-09-04
0