Keesokan hari mentari bersinar dengan cerahnya, seakan sedang memberikan keceriaan untuk para penghuni bumi.
Pagi itu karena hari sabtu sekolah libur Nafisha meluangkan waktu untuk pergi ke salah satu toko buku.
Ia menikmati waktu liburnya dengan berkeliling mencari buku, tak sengaja saat ia tengah asyik berkeliling ia melihat sosok lelaki yang ia temui di perpustakaan.
"Lelaki itu." batin Nafisha yang melihat lelaki itu sedang fokus membaca buku.
Ia menunjukkan raut wajah bahagia seakan ia terpanah oleh pesona lelaki itu. Hingga tanpa sadari lelaki itu melihat kearahnya.
"Dia," batin Haidar yang mengingat kejadian diperpustakaan sekolah tempo hari. Ia berjalan menuju kearah Nafisha.
"Assalamualaikum." ucap Haidar.
Mendengar ucapan salam Nafisha tersadar dari lamunannya dan lebih terkejutnya lagi lelaki itu sekarang berada didepannya.
"Waalaikumsalam." jawab Nafisha yang ramah.
"Kamu yang tempo hari diperpustakaan iya kan?" tanya Nafisha yang basa basi.
Haidar hanya menjawab dengan memberikan anggukan.
"Oh ya kenalin aku Nafisha." ucapnya sambil mengulurkan tangan.
Haidar tak menerima uluran tangan Nafisha, ia malah menyatukan kedua telapak tangannya menjadi satu. Ia memberikan salaman jarak jauh pada Nafisha.
"Haidar, maaf kita bukan mahram." ucapnya dengan lembut.
"Maaf." ucap Nafisha yang canggung.
"Maaf sepertinya aku harus pergi sekarang. Wassalamu'alaikum." ucap Haidar dengan sopannya.
"Waalaikumsalam." jawab Nafisha.
"Tak pernah ku temukan lelaki sebaik dia." ucap Nafisha.
Nafishapun menghabiskan waktunya ditoko buku hingga tak terasa waktu menunjukkan waktu dzuhur. Akhirnya ia memutuskan untuk mencari masjid. Saat ia melangkahkan kakinya untuk memasuki masjid terdengar suara adzan yang begitu merdu.
"Suara yang merdu." batin Nafisha.
Setelah melaksanakan sholat dzuhur Nafisha melangkahkan kakinya menuruni anak tangga sambil memainkan ponsel tiba-tiba ia kakinya terpeleset dan hampir jatuh namun beruntung seseorang menolongnya. Tatapan mereka berdua saling bertemu.
"Astagfirullah." ucap Haidar sambil melepaskan tangannya.
"Maaf aku tak sengaja." ucap Haidar.
"Makasih kamu udah nolongin aku." ucap Nafisha.
"Kewajiban aku sebagai sesama muslim untuk saling menolong." ucap Haidar.
"Sebagai ucapan terimakasih gimana kalo aku traktir kamu makan siang." tawar Nafisha.
"Terimakasih namun saat ini aku sedang puasa." ucap Haidar.
"Oh, maaf aku tak tahu." ucap Nafisha.
"Maaf aku permisi, tak baik jika berduaan nanti takutnya jadi fitnah." ucap Haidar yang menundukkan kepala sambil berjalan meninggalkan Nafisha.
"Ya Allah kapan aku bisa mendapatkan lelaki se-sholeh itu. Sungguh calon imam idaman." batin Nafisha.
Ia lalu melangkahkan kakinya menuruni anak tangga.
>>
Sementara disebuah cafe Diana tengah menunggu seseorang. Tak beberapa lama Defa datang menghampirinya.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Defa dengan nada dingin.
"Def, apakah kamu semarah ini denganku. Aku sadar aku salah namun ku mohon jangan menjauh seperti ini, aku merasa hari-hariku menjadi sepi." ucap Diana dengan mata berkaca-kaca.
"Sepertinya lebih baik jika jalan sendiri-sendiri saat ini." ucao Defa.
"Mungkin memang ini jalan yang terbaik untuk kita namun ku mohon jangan berubah, ku harap apapun yang terjadi kita tetap bisa menjadi sahabatkan?"
Tak terasa sebuah kristal bening menetes dari mata indahnya. Defa yang melihat itu semua tak tega, ia pun menghapus air mata Diana dengan ibu jarinya.
"Aku tak akan berubah, aku akan tetap menjadi Defa yang kamu kenal dulu. Maaf jika akhir-akhir ini aku menjadi egois. Jangan sedih nanti kamj terlihat jelek." ucap Defa.
"Terimakasih telah selalu ada untukku." ucapnya.
>>
Sore itu Diana tengah sibuk mengurus toko aksesoris milik ibunya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh kedatangan Nafisha.
"Assalamualaikum tante." ucap Nafisha sambil mencium tangan Ibunya Diana.
"Waalaikumsalam Nafisha, apa kabar? lama enggak main kesini." ucap Ibunya Diana.
"Alhamdulillah kabar Fisha baik tan. Tante sendiri gimana kabarnya?" ucap Nafisha dengan ramah.
"Alhamdulillah kabar tante juga baik, kamu masuk aja Diana ada didalam." ucap Ibunya Diana.
"Makasih tan, saya permisi." ucap Nafisha.
Kedatangan Nafishanya mendapatkan sambutan hangat dari Ibunya Diana.
"Hmmm...Hmmm, kelihatannya seneng banget sampai senyum-senyum." goda Nafisha yang melihat Diana tengah senyum sendiri.
"Aku sama Defa sekarang udah baikan, ya walaupun akhirnya kita memutuskan untuk mencari jalan masing-masing namun kita tetap bisa menjadi sahabat." ucap Diana.
"Wahh, bagus dong. Selamat ya cantik." ucap Nafisha.
"Tumben kamu kesini, ada apa?" tanya Diana yang penasaran.
"Aku tadi ketemu sama cowok yang ada diperpustakaan itu." ucap Nafisha yang senyum-senyum mengingat kejadian tadi pagi.
"Terus-terus?" tanya Diana yang penasaran dengan cerita Nafisha.
"Namanya itu Haidar. Dia itu blacksweet, ramah, sopan, lembut, Sholeh lagi."
"Aku tadi ketemu dia ditoko buku, terus kita kenalan. Habis sholat dzuhur aku turun dari tangga enggak sengaja aku kepeleset mau jatuh terus dia nolongin aku, senyumnya itu seakan candu. Wajahnya seperti purnama yang cerah dimalam hari." ucap Nafisha yang terbawa dalam kehaluannya.
Diana menempelkan telapak tangannya dikening Nafisha.
"Enggak panas," ucapnya.
"Kamu apa-apa sih, enggak bisa lihat temennya bahagia." ucap Nafisha yang cemberut.
"Tiba-tiba kamu jadi sebucin ini, kayaknya kamu salah makan deh." ucap Diana yang menatap Nafisha aneh.
"Kayaknya aku jatuh cinta sama dia." ucap Nafisha yang bahagia.
"Pastikan dulu apakah itu cinta atau hanya sebuah rasa kagum." ucap Diana yang menasehati sahabatnya itu.
"Aku tak tahu namun satu hal yang pasti dia bisa membuatku merasa bahagia." ucap Nafisha.
Diana seakan sedang menikmati drama kehidupan Nafisha secara live, selama ini ia tak pernah mengungkapkan kekagumannya pada seseorang. Yang ia tahu bahwa Nafisha memiliki rasa pada Adriell namun itu hanyalah masalalu.
Ia hanya geleng-geleng melihat tingkah sahabatnya itu.
Semenjak Nafisha bertemu pada Haidar entah mengapa ia seakan terobsesi kepadanya.
Ditengah malam yang sunyi angin bertiup dengan kencang membuat suasana menjadi dingin. Nafisha tengah sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian yang akan dilaksanakan kurang dari 1 bulan.
Tirai jendelanya seakan melambai-lambai.
Drekkkk...
Jendela kamarnya membuka karena tertiup angin hingga menimbulkan suara yang nyaring dan sontak itu membuatnya terkejut.
"Astafirullah." ucap Nafisha yang terkejut.
Ia pun berjalan kearah jendela, saat ia hendak menutupnya ia terpesona melihat keindahan suasana malam. Ditemani dinginnya malam ia menikmati indahnya bintang-bintang yang bertaburan dilangit yang biru itu.
Entah mengapa namun tiba-tiba ia seakan melihat wajah Haidar terlukis jelas diantara bintang.
"Apakah dia jawaban dari segala doaku selama ini?" ucapnya yang hanyut dalam fatamorgana cintanya.
——————————————————————
Yuk simak terus cerita Author. follow juga ig Author: Naaernaa02.
Jangan lupa like,vote dan rate ya readers❤️🙏🏻Biar Author makin semangat buat ceritanya😉
Jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yang membangun di kolom komentar agar author bisa mengembangkan cerita author 😁
Next>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Arini Ferdiansyah
haidar is the new beginning. adriell the end.
🤣🤣🤣
2020-10-04
0
Mei Shin Manalu
Aku likees
2020-09-08
1
Rena Karisma
like❤️❤️❤️
2020-09-04
1