Egois? Aku Punya Alasan Untuk Bersikap Egois

Keesokan paginya mentari bersinar dengan sangat cerah. Waktu istirahat Nafisha dan Diana sekarang banyak dihabiskan untuk belajar di perpustakaan karena ujian semakin dekat.

Siang itu ketika Nafisha dan Diana melangkahkan kaki mereka masuk ke perpustakaan, mereka dibuat terpesona oleh pesona seorang lelaki hitam manis yang sedang fokus membaca buku.

Lelaki itu tampak cool dalam diamnya. Membuat mereka berdua menatapnya dengan kekaguman. Dimana siswa lain menghabiskan waktu untuk berkerumun bersama teman-temannya namun ia fokus belajar. Dari bed tingkatan menunjukkan bahwa lelaki itu seangkatan dengan mereka.

Terukir sebuah senyum diwajah mereka namun saat mereka hanyut dalam khayalan masing-masing tiba-tiba mereka dikejutkan oleh Defa dan Gio.

"Woyy.." ucap Defa dan Gio bersamaan.

Sontak itu membuat mereka berdua kaget, tak hanya itu sosok lelaki yang tengah mereka kagumi pun melihat kearah mereka. Mereka berduapun menjadi salah tingkah karena hal itu.

"Kalian ngagetin kita aja." ucap Diana yang memukul bahu Defa.

"Aww... Sakit, kamu tuh penyiksaan." ucap Defa sambil memegang tangan Diana.

"Kamu sih nyebelin." ucap Diana yang melepaskan tangannya yang dipegang Defa.

"Elu berdua ngapain begong? Liatin apa sih?" tanya Gio dengan suara keras.

Karena kebisingan yang mereka lakukan sosok lelaki itu seperti merasa terganggu dengan kedatangan mereka hingga akhirnya dia membereskan bukunya dan pergi meninggalkan perpustakaan.

"Husss, jangan keras-keras napa bikin malu." ucap Nafisha sambil memberi isyarat menaruh jari telunjuk ditengah bibir.

Lelaki itu berjalan menuju arah mereka berempat.

"Permisi, numpang lewat." ucap lelaki itu yang penuh wibawa.

Merekapun memberi jalan pada lelaki itu. Terlihat lelaki itu sangat terganggu akan sikap mereka.

"Kalian berdua sih berisik tuh jadi ngangguin orang baca." ucap Nafisha sambil mencubit lengan Defa dan Gio.

"Aww sakit," rintih kesakitan mereka berdua.

Nafishapun melepaskan cubitannya lalu ia melangkahkan kakinya menuju ke sebuah rak buku.

Saat Diana hendak melangkahkan kaki menyusul Nafisha tiba-tiba tangannya ditahan oleh Defa. Raut wajah Defa yang tadinya terlihat becanda saat ini nampak sangat serius.

Gio yang melihat perubahan wajah Defa seketika merasa merinding melihat tatapannya yang dingin. Gio pun memutuskan untuk menyusul Nafisha

"Ngapain kamu ngikutin aku?" ucap Nafisha dengan mimik wajah yang kesal.

"Ssssttt, jangan berisik." ucap Gio sambil memberikan isyarat dengan mata untuk melihat kearah Diana dan Defa.

Nafisha pun mengukuti arah pandangan Gio hingga ia melihat situasi yang memanas itu.

"Menurut kamu apa yang akan terjadi?" tanya Nafisha dengan pandangan mata yang tak beralih dari kedua sahabatnya itu.

"Mungkin akan terjadi perang dunia ketiga disini." ucap Gio yang asal menjawab.

"What?" ucap Nafisha seakan tak percaya.

"Sssttt...jangan berisik." ucap Gio sambil melihat drama pertengkaran secara live itu.

Diana yang tak pernah melihat raut wajah Defa seperti itu membuatnya menelan salivanya dengan kasar. Ia merasa ngeri melihatnya.

"Haduhh, gimana ini Defa sepertinya sangat marah." batin Diana dengan ekspresi wajah khawatir. Ia merasa khawatir akan dirinya sendiri yang seakan sedang berada dikandang harimau yang kelaparan. Kapanpun harimau itu bisa menerkamkan.

"Apa yang sedang kamu pikirkan tentang lelaki tadi?" ucap Defa dengan sorot mata tajamnya.

"Lelaki? Lelaki yang mana?" tanya Diana yang tak paham atas pertanyaan Defa.

"Lelaki yang sedang kamu kagumi bersama Nafisha barusan." ucap Defa dengan wajah datar.

Tiba-tiba Diana seakan kehabisan kata-kata, ia tak tahu harus menjawab bagaimana.

"Mengapa kamu diam? Apakah kamu kehabisan kata-kata untuk menjawab, sudahlah mungkin kamu bisa temukan bahagiamu sendiri. Aku pamit." ucap Defa yang melepaskan tangan Diana. Ia lalu pergi meninggalkan perpustakaan.

Nafisha dan Gio ang melihat itu semua langsung berjalan menghampiri Diana. Sementara Diana tak tahu apa yang harus ia lakukan, saat ia hendak mengejar Defa tiba-tiba Nafisha menahannya.

"Biarkan dia menenangkan dirinya. Saat ini ia butuh waktu untuk sendiri." ucap Nafisha.

"Gw samperin Defa dulu, elu disini tenangin Diana." bisik Gio pada Nafisha.

Gio pergi menyusul Defa sementara Nafisha mengajak Diana untuk duduk dan menenangkan dirinya.

"Kamu tenangin diri dulu." ucap Nafisha sambil merangkul bahu Diana.

Sementara Haidar sejak tadi melihat segala yang terjadi di antara mereka dari jendela.

"Kasihan mereka menjadi salahpaham, namun apa yang harus aku lakukan. Semoga saja mereka dapat menyelesaikan inj semua dengan kepala dingin." batin Haidar.

Sementaa Gio menemani Defa ditaman belakang sekolah.

Melihat Defa duduk sendirian dengan suasana hati kacau Gio datang menepuk bahu kanan Defa.

"Elu cuman ke bawa emosi sesaat." ucap Gio.

Defa masih menunjukkan raut wajah kesalnya.

Tak beberapa lama bel masuk berbunyi. Gio mengajak Defa untuk masuk.

"Yok masuk!" ucap Gio sambil merangkul bahu Defa.

Saat mereka berdua masuk ke kelas ternyata Diana dan Nafisha telah sampai dikelas terlebih dahulu. Defa melewati mereka berdua tanpa menyapa mungkin ia masih merasa kesal.

"Defa benar-benar marah sama aku." bisik Diana dengan raut wajah khawatir.

"Biarin dia tenang dulu." ucap Nafisha yang menenangkan Diana.

Waktu pembelajaran dimulai suasana kelas seketika menjadi hening. Hingga tak terasa bel pulang sekolahpun berbunyi.

Diana yang merasa bersalah pun meminta maaf pada Defa.

"Defa..." ucap Diana.

Defa yang hendak keluar kelas akhirnya menghentikan langkahnya.

"Apa?" tanya Defa.

"Aku minta maaf, aku salah." ucap Diana dengan kepala menunduk dan arah pandangan ke bawah. Seakan ia menyesali perbuatannya.

Namun Defa hanya diam tanpa menjawab ucapan maaf Diana. Ia terlihat sedikit menendorkan dasinya.

"Kamu kog jadi egois sih, aku kan dah minta maaf." ucap Diana yang nampak kesal, ia pun hendak keluar kelas baru beberapa langkah ia berjalan tiba-tiba suara Defa membuatnya menghentikan langkah kakinya.

"Egois? Aku punya alasan untuk bersikap egois." ucap Defa.

Diana membalikkan badannya dan menatap mata Defa. Mereka pun mulai beradu argumen.

"Berhenti untuk ingin menang sendiri, ini hidup aku apapun yang ingin aku lakukan bukan urusan kamu." ucap Diana yang kesal.

"Setelah apa yang kita lewati bersama hanya ini yang aku dapatkan? Seharusnya aku sadar kita tak hanya beda keyakinan namun kita beda prinsip juga ya. Aku sadar aku bukan siapa-siapa, semoga kamu bahagia dengan pilihanmu. Aku pamit." ucap Defa sambil meninggalkan ruang kelas.

"Def..." teriak Diana.

Namun Defa seakan tuli dengan suara Diana. Ia terus melangkah kakinya.

"Sebaiknya kamu tenangkan pikiran dulu, mari ku antar pulang." ucap Nafisha.

—————————————————————

Yuk simak terus cerita Author. follow juga ig Author: Naaernaa02.

Jangan lupa like,vote dan rate ya readers❤️🙏🏻Biar Author makin semangat buat ceritanya😉

Jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yang membangun di kolom komentar agar author bisa mengembangkan cerita author 😁

Next>>

Terpopuler

Comments

Apri Hasyar

Apri Hasyar

Like

2020-10-06

0

Rosni Lim

Rosni Lim

Sambung like

2020-09-08

1

Rena Karisma

Rena Karisma

Like❤️

2020-09-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!