Sesampainya ia dirumah Diana ternyata Diana telah menunggunya.
"Maaf aku sedikit terlambat." ucap Defa sambil memberikan helm pada Diana.
"Iya gapapa." ucap Diana sambil menaiki motor Defa.
Tak beberapa lama akhirnya mereka sampai disekolahan, mereka berdua pun berjalan beriringan menuju kelas. Sudah menjadi rahasia umum jika mereka berdua memiliki hubungan lebih dari teman jadi tak heran jika mereka sering terlihat bersama.
"Aku tadi pagi menjenguk Nafisha sepertinya saat ini ia terlihat lebih baik daripada kemarin." ucap Defa.
"Aku sedikit mengkhawatirkan psikisnya tentang apa yang terjadi." ucap Diana.
"Kita semangatin dia jangan sampai psikisnya down." ucap Defa.
"Woy!" ucap Gio yang mengagetkan keduanya.
"Elu rese banget." ucap Defa sambil memukul bahu Gio.
"Gio kamu ngagetin aja." ucap Diana.
"Sorry!" ucap Gio.
Mereka bertigapun berjalan menuju kelas bersama-sama.
Sementara Nafisha tengah sibuk membereskan barang-barang pemberian Adriell. Ia tak ingin larut dalam kesedihannya jadi ia memutuskan untuk mengubur semua tentang Adriell. Ia pun menaruh semua barang itu dilaci bagian bawah.
Nafisha ingin memulai harinya tanpa ada bayang-bayang Adriell ia sadar mungkin memang itulah takdir yang harus ia jalani
Ia mencoba melepaskan Adriell dengan ikhlas ya walaupun ia memerlukan waktu namun setidaknya dengan mencari sebuah kesibukan membuatnya bisa melupakan masalalunya itu.
Nafisha tengah sibuk memainkan ponsel hingga sebuah foto membuatnya terkejut. Sebuah akun bernama Chesa Shaenette memposting foto kebersamaannya bersama Adriell. Nafisha tak sengaja melihat akun itu namun ia juga penasaran siapa sosok itu hingga akhirnya ia mencoba stalking akun tsb. Sebuah faktapun naik ke permukaan bahwa wanita itu adalah teman dari Adriell.
"Mungkin saat ini kamu telah temukan bahagiamu disana." ucap Nafisha yang melihat foto Adriell.
Sore itu langit nampak cerah, saat itu Nafisha sedang menyendiri di danau tiba-tiba seorang wanita mengejutkannya.
"Hay Sha. Apa kabar?" sapa seorang wanita.
"Zeva. Aku baik." ucap Nafisha dengan ramah.
"Aku dengar-dengar katanya Adriell dulu kembali kesini ya?" tanya Zeva yang penasaran.
Sebenarnya saat ini Nafisha sudah tak ingin membahas tentang Adriell lagi. Namun ia juga tak ingin masalah menjadi konsumsi publik.
"Iya 2 minggu lalu Adriell balik kesini." ucap Nafisha.
"Wahh sweet ya dia datang kesini hanya ketemu kamu, Tapi mungkin masalalu yang membuat dia enggak menemui aku. Aku jadi iri sama kamu." ucap Zeva seakan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Andai saja aku bisa mengulang waktu mungkin saat itu aku minta pada Tuhan untuk tak mempertemukan ku dengan dia jika pada akhirnya hanya seperti ini." batin Nafisha dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu kenapa tiba-tiba jadi sedih?" tanya Zeva yang khawatir.
"Aku tak apa, ini hanya kelilipan aja." ucap Nafisha dengan mengusap airmatanya yang tertahan.
"Kamu beneran gapapa?" tanya Zeva.
"Aku gapapa, kayaknya aku harus pulang sekarang." ucap Nafisha.
"Bagaimana jika aku antar?" ucap Zeva.
"Terimakasih tapi aku bisa pulang sendiri kog, aku duluan ya." ucap Nafisha.
Nafisha pulang dengan mood yang tidak baik, bahkan ia berjalan dengan suasana hati yang kacau.
>>
"Def, itu bukannya Nafisha." ucap Diana sambil menepuk bahu Defa dari belakang.
Defa pun menghentikan motornya dan mengamati seseorang yang dimaksud Diana.
"Sepertinya iya." ucap Defa sambil melajukan motornya kearah Nafisha.
"Nafisha..." ucap Diana yang turun dari motor Defa.
Seakan namanya dipanggil Nafisha pun menengok ke sumber suara dan ia menemuka sosok Diana. Sedihnya pun pecah saat itu.
"Diana..." ucap Nafisha yang seketika memeluk Diana.
"Sebaiknya kita pulang nanti kita cerita dirumah kamu." ucap Diana yang menenangkan sahabatnya.
Nafisha pun menganggukkan kepalanya.
"Def, aku temenin Nafisha pulang ya." ucap Diana pada Defa.
"Kamu hati-hati. Nanti aku dan Gio nyusul kamu." ucap Defa.
Dianapun menemani Nafisha pulang berjalan kaki. Selama perjalanan Diana menenangkan sahabatnya itu. Ia tahu apa yang terjadi namun ia menebak bahwa itu semua tentang Adriell.
Sesampainya mereka dirumah tak selang beberapa lama Defa dan Gio datang. Mereka menghantar Nafisha menuju kamarnya. Mereka merasa seperti ada yang aneh pada kamar Nafisha hingga mereka menyadari bahwa barang-barang pemberian Adriell sudah tak ada disana.
"*Mengapa rasanya ada yang berbeda dengan suasana ruang ini?" batin Gio.
"Apakah dia sedang berusaha melupakan Adriell?" batin Defa.
"Semoga keputusanmu untuk melupakannya bisa membuatmu menemukan bahagiamu." batin Diana*.
Nafisha masih hanyut dalam sedihnya dan mereka bertiga menenangkan Nafisha.
"Aku tak tau bagaimana caraku untuk memulai hidup tanpa bayang-bayang Adriell lagi, Mungkin saat ini ia telah temukan bahagianya dan apakah aku harus hidup dalam segala kenangannya." ucap Nafisha dengan tangisan sendunya.
"Suatu hari kamu pasti temukan bahagiamu ini semuanya hanya masalah waktu. Kamu jangan larut dalam kesedihan." ucap Defa.
"Iya kamu masih punya mimpi yang harus kamu perjuangkan, semangat selalu untukmu." ucap Diana.
"Kita selalu ada disini untuk kamu, kita selalu menggenggam erat tangan kamu. Kami akan selalu dukung setiap langkahmu." ucap Defa.
"Terimakasih untuk kalian semua selalu ada untuk aku." ucap Nafisha.
Defapun mematikan aplikasi perekaman suaranya, sejak tadi ia mereka perkataan Nafisha secara diam-diam.
Mereka berempat pun saling berpelukan. Mereka telah seperti saudara walaupun tak terlahir dari satu rahim yang sama.
"Udah jam segini, sebaiknya kalian sholat ashar dulu sana." ucap Gio.
Akhirnya Nafisha dan Diana pun berwudhu untuk melaksanakan sholat. Walaupun mereka berbeda agama namun nilai toleransi mereka sangat tinggi.
Setelah Nafisha dan Diana keluar dari kamar Defa pun mengirimkan rekamannya pada Adriell.
"Puas elu sampai buat dia kek nggini." isi pesan Defa untuk Adriell.
Saat itu Adriell tengah bersama Chesa tiba-tiba sebuah notifikasi ponsel mengacaukan suasana mereka.
Adriell mengambil ponselnya dari dalam saku, ia melihat pesan dari Defa. Tak ingin Chesa tahu tentang masalahnya Adriell pergi menjauh untuk mendengarkan pesan suara dari Defa.
"Chesa. Aku ke toilet bentar." ucap Adriell yang pergi menjauh dari Chesa. Sementara Chesa masih menikmati minuman dinginnya.
Setelah berada ditoilet Adriell mendengarkan pesan dari Defa, ia merasa bersalah pada Nafisha.
"Aku tak ada maksud untuk itu. Ini semua terjadi juga diluar kendali, ucapkan permohonan maafku untuknya." isi pesan Adriell.
"Maaf telah membuat menjadi terluka, seharusnya saat itu aku tak hadir di hidupmu." batin Adriell.
Ia lalu kembali menemui Chesa.
"Sepertinya aku harus pulang saat ini, tiba-tiba moodku sedang tidak baik," ucap Adriell mengajak Chesa untuk pulang.
———————————————————————
Yuk simak terus cerita Author. follow juga ig Author: Naaernaa02.
Jangan lupa like,vote dan rate ya readers❤️🙏🏻Biar Author makin semangat buat ceritanya😉
Jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yang membangun di kolom komentar agar author bisa mengembangkan cerita author 😁
Next>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Arini Ferdiansyah
sadis n tragiss kisahnya authorr,,
😭😭😭
2020-10-04
1
Rena Gimun
like lagi
2020-09-21
0
SR_Muin
like like
2020-08-22
0