Semua Terasa Jelas Bagiku

Saat Nafisha diantar masuk oleh Diana untuk ke kamar. Nafisha yang sibuk memainkan ponselnya tiba-tiba Diana berhenti mendorong kursi rodanya. Ia berjalan menuju kearah tempat sampah dekat dapur. Ia mengambil sesuatu dari dalam tempat sampah itu.

"Nafisha ini boneka kamu kenapa disini?" tanya Diana yang menunjukkan sebuah boneka tedy mini.

"Itu bukan boneka aku." jawab Nafisha yang tampak kebingungan.

Diana lalu mencari sesuatu didalam tempat sampah dan akhirnya ia menemukan sebuah surat.

Lalu Diana membuka surat itu dan ternyata itu adalah pemberian dari Adriell.

"Apa isi suratnya?" tanya Nafisha yang menggerakkan kursi rodanya mendekati Diana.

"Ini surat untuk kamu dari Adriell." ucap Diana sambil memberikan boneka dan surat itu pada Nafisha. Nafisha pun membaca surat itu.

"*Maaf, untuk penantian yang panjang ini

Keadaanlah yang membuat kita seperti ini

Aku tak tahu berapa banyak senja yang kau habiskan untuk penantian itu.

Maaf karena ku tak pernah sesekali memberimu kabar

Namun aku selalu berdoa pada Tuhan untuk memberikan kasihnya untukmu

Semoga segala rintahan yang kita lalui suatu hari bisa membawa kita pada bahagia." surat yang ia tulis*.

Setelah membaca surat itu ia teingat akan surat yang ia pegang saat kecelakaan.

"Diana, tolong anterin aku ke kamar." ucap Nafisha.

Diana pun menghantar sahabatnya untuk ke kamarnya. Sesampainya ia dikamar Nafisha tampak mencari sesuatu didalam tas selempangnya. Hingga akhirnya ia menemukan apa yang ia cari.

Nafisha mulai membuka surat itu, ia mulai membaca setiap kata dengan seksama.

"*Nafisha...

Hari ini aku kembali untuk menepati janjiku. Terimakasih telah menantiku selama 2 tahun ini. Sebenarnya aku ingin berpamitan padamu secara langsung namun sepertinya semestalah yang membuat kita tak saling bertemu.

Aku tak tahu apakah aku suatu saat bisa kembali ke kota ini atau tidak. Namun mungkin inilah takdirnya kamu punya jalanmu sendiri dan akupun sebaliknya.

Mungkin memang jalan kita berbeda.

Aku doakan semoga kamu bisa menemukan bahagiamu dan bisa menggapai semua mimpi-mimpi mu. Salam Adriell." isi surat dari Adriell*.

Tiba-tiba ponsel dan surat itu jatuh dari genggaman Nafisha. Ia terlihat sangat sedih saat ini.

"Nafisha, Kamu gapapa?" tanya Diana yang tiba-tiba merasa khawatir pada Nafisha.

Beberapa kristal bening keluar dari mata indah Nafisha.

"Seharusnya sejak awal aku mendengarkan kata ibu, segala penantian yang ku jalani hanya sebuah kesia-siaan saja. Dua tahun aku menunggunya namun hanya sebuah kata pamit yang ia sampaikan. Sungguh bodoh diri ini yang terlarut dalam sendu hingga berteman pada sepi menunggunya kembali namun semuanya hanya menyakiti hati. Aku membenci segala tentangnya." ucap Nafisha dengan airmata yang terus mengalir.

Hal itu sontak membuat Diana larut dalam kesedihan Nafisha namun ia harus terlihat tegar untuk menenangkan sahabatnya itu.

"Kamu sabar ya Sha, mungkin ini memang jalan dari Tuhan kamu ikhlaskan dia ya." ucap Diana.

"Dia jahat, aku membencinya." teriak Nafisha tanpa ia sadari ibunya mendengar segala ucapannya pada Diana.

"Fisha, kamu jangan sedih mungkin ini yang terbaik untuk kamu." ucap Ibunya yang tiba-tiba masuk.

"Ibu, Fisha minta maaf seharusnya aku dengerin kata-kata ibu sejak awal." ucap Nafisha yang merasa bersalah.

"Semua ini telah terjadi kamu tak perlu sesali semuanya saat ini, jadikan ini semua pembelajaran untuk hidup kamu kedepannya. Kamu masih punya mimpi yang harus kamu perjuangkan saat ini, Semangat jangan terlalu larut dalam sendu." ucap Ibunya sambil menenangkan Nafisha.

"Kamu lebih baik istirahat biar cepet sembuh ibu dan Diana keluar dulu ya sayang." ucap Ibunya.

"Iya bu." ucap Nafisha.

Ibunya dan Diana pun akhirnya pergi meninggalkannya untuk beristirahat.

Nafisha berjalan menuju kearah jendela, ia memandang keluar tanpa arah. Ia seakan putus asa akan hidupnya, penantian yang ia jalani hanya sebuah kesia-siaan saja.

"Dan sekarang semuanya terasa jelas bagiku" ucap Nafisha dengan air mata yang membasahi pipinya.

>>

"Elu gila ya." ucap Defa dengan orang disebarang sana.

"Maksud elu apa?" tanya Adriell yang penasaran.

"Gw udah tau semuanya dari Diana. 2 tahun dia nungguin elu hingga akhirnya elu balik kesini hanya pengen ketemu elu malah buat dia terbaring koma selama 10 hari dan lebih parahnya elu kesini cuman mau ngucapin kata pamit, elu enggak mikirin perasaan dia, seharusnya dari awal jangan buat dia menanti kalo endingnya cuman elu buat sakit hati, gw kecewa sama elu sob." ucap Defa sambil mengakhiri panggilannya.

Semenjak kepergian Adriell ke negara H Defa dan Gio semakin dekat dengan Nafisha dan Diana hal itulah yang membuatnya menganggap mereka seperti adik perempuan mereka jadi ia tak ingin ada seseorang yang menyakiti adik-adiknya.

"Gw juga enggak mau berada diposisi seperti ini, seandainya gw bisa nentuin jalan gw saat ini gw masih mau bareng-bareng sama kalian semua, tapi takdirlah yang memisahkan kita." ucap Adriell pada dirinya.

Adriell tak tahu apa yang harus ia lakukan, ia sungguh tertekan pada keadaan ini. Satu sisi ia adalah korban dari keegoisan Mamanya. Namun satu sisi ialah yang disalahkan atas apa yang terjadi pada Nafisha.

>>

Keesokan paginya Defa menjenguk Nafisha dirumahnya. Saat itu Nafisha dan Ibunya berada dipekarangan rumahnya untuk menikmati suasana pagi.

"Pagi tan," ucap Defa yang mencium tangan Ibu Nafisha.

"Pagi juga nak Defa." ucap tante Risma.

"Ehh Defa kamu ada apa kesini?" tanya Nafisha.

"Aku kesini mau nganterin kue buatan Mama sekalian njengukin kamu." ucap Defa.

"Makasih atas kuenya malah membuat repot, sampaikan ucapan terimakasihku pada Tante Nadin ya." ucap Nafisha.

"Iya nanti aku sampaikan ke Mama. Oh ya udah jam segini aku berangkat ke sekolah dulu nanti aku sama yang lain kesini lagi. Kamu jaga kesehatan semoga lekas pulih." ucap Defa pada Nafisha.

"Iya-iya." ucap Nafisha.

"Tante Risma saya pamit ke sekolah dulu." ucap Defa pada Ibu Nafisha.

"Iya nak Defa hati-hati dijalan dan terimakasih telah meluangkan waktu untuk menjenguk Nafisha." ucap Tante Risma.

"Iya tan, saya duluan. Permisi." ucap Defa.

Lalu Defa pergi meninggalkan rumah Nafisha, namun sebelum ia pergi ke sekolah ia menjemput Diana dulu.

Sebenarnya diantara Defa dan Diana muncul benih-benih cinta karena sering bersama namun mereka sadar perbedaan keyakinan adalah sesuatu hal yang mencolok diantara mereka hingga akhirnya mereka memutuskan untuk saling mendukung satu sama lain.

———————————————————————

Yuk simak terus cerita Author. follow juga ig Author: Naaernaa02.

Jangan lupa like,vote dan rate ya readers❤️🙏🏻Biar Author makin semangat buat ceritanya😉

Jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yang membangun di kolom komentar agar author bisa mengembangkan cerita author 😁

Next>>

Terpopuler

Comments

Arini Ferdiansyah

Arini Ferdiansyah

adriell, deva n gio. bersyahadat ajahh. jd bs halalin nafisha n diana dehh,,,
🤭🤭🤭

2020-10-04

1

Rena Gimun

Rena Gimun

like

2020-09-21

0

SR_Muin

SR_Muin

like

2020-08-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!