Tiba-tiba terdengar suara mobil memasuki halaman rumah Adriell. Dan itu mobil orang tua Adriell. Saat masuk kedalam rumah Mama Mona melihat Nafisha yang berhijab membuatnya sedikit tak nyaman.
Adriell mencium tangan kedua orang tuanya. Lalu ia memperkenalkan Nafisha.
"Pa,Ma kenalin ini Nafisha teman Adriell." ucap Adriell.
"Selamat sore, om dan tante." ucap Nafisha yang menganggukkan kepalanya dan menunjukkan senyum ramahnya namun sedikit canggung.
Sapaan Nafishanya pun dibalas senyum hangat oleh orang tua Adriell. Namun entah mengapa Nafisha merasa kehadiran membuat Mamanya Adriell menjadi tak begitu nyaman. Melihat kondisi seperti itu membuat Nafisha segera pamit untuk pulang.
"Adriell, aku pulang dulu ya, udah mau magrib juga. Semoga lekas sembuh. Om tante saya pamit." ucap Nafisha sambil memberikan senyum ramahnya.
"Hati-hati dijalan." ucap Adriell.
Nafisha pun menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
Ia pulang dengan hati sedikit kecewa, Entah mengapa namun saat rasanya ia ingin menyendiri ditempat yang sunyi.
Sementara Adriell seakan sedang dihakimi oleh Mamanya
"Sampai kapanpun Mama enggak menyetujui kamu berhubungan dengan seorang muslim." ucap Mama Mona.
"Biarkan Adriell untuk berteman jangan kamu membatasi lingkup pergaulannya." ucap Papa Darwin.
"Mama tak mempermasalahkan jika ia berteman dengan siapapun tapi untuk merajut cinta dengan seorang muslim sampai kapanpun Mama tak setuju." ucap Mama Mona dengan tegas.
"Ma, tapi ini perasaan Adriell. Adriell berhak menentukan langkah Adriell sendirinya." ucap Adriell.
"Mama bilang tidak ya tidak. Besok hari terakhir kamu bersekolah disini setelah itu kamu ikut kakak kamu tinggal dinegara H." ucap Mama Mona.
"Tapi ma, kenapa Mama menjadi egois." ucap Adriell.
"Egois? Terserah kamu ingin menyebut Mama apapun tapi untuk apa kalian bersama jika akhirnya hanya untuk saling menyakiti. Semakin dalam rasa kamu semakin sakit pula akhirnya." ucap Mama Mona.
Papa Darwin hanya bisa menjadi penonton diantara anak dan ibu itu karena ia tahu yang dilakukan istrinya adalah untuk kebaikan putranya.
Mama Mona seakan bersikap egois namun sebuah masalalulah yang membuatnya seperti itu. Ia pernah jatuh dan mencintai seorang lelaki muslim namun akhirnya perasaan itu menjadi sebuah luka. Perbedaan prinsipnya yang membuat mereka menjadi saling menjauhi hingga akhirnya saat ini mereka bisa menemukan pasangan yang seiman. Mama Mona tak ingin apa yang pernah ia rasakan harus dirasakan oleh putranya. Jadi itulah cara yang terbaik agar Adriell tak jatuh cinta terlalu dalam lagi pada Nafisha.
Sedangkan Adriell tak tahu harus melakukan apa. Keadaan membuatnya menjadi bimbang.
Keesokan harinya mentari bersinar sangat cerah. Namun berbeda dengan keadaan Adriell yang terlihat murung.
Adriell sengaja berangkat lebih awal karena menghindari Papa dan Mamanya. Adriell duduk termenung sendirian dimeja belakang tiba-tiba Defa dan Gio mengejutkannya.
"Tumben amat?" tanya Defa.
"Gw besok pindah ke negara H," ucap Adriell.
"Apa?" ucap Defa dan Gio secara bersamaan yang membuat seluruh siswa melihat kearah mereka. Tak terkecuali Nafisha dan Diana.
Merekapun tiba-tiba mati gaya karena menanggung malu.
"Hari ini, hari terakhir gw sekolah disini. Karena Nyokap gw enggak menyetujui hubungan gw sama Nafisha. Jadi mereka mengirim gw ke negara H." jelas Adriell.
"Emang enggak ada pilihan lain?" tanya Defa.
"Itu udah keputusan nyokap gw yang bersifat mutlak." jelas Adriell.
"Semangat dan semoga sukses sob. Kita akan selalu berdoa yang terbaik buat elu" ucap Defa.
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Ketika seluruh siswa menyambutnya dengan suka cita berbeda dengan Adriell yang tak menginginkan hari ini usai.
"Nafisha." ucap Adriell.
Nafisha yang hendak berjalan keluar kelas menghentikan langkahnya.
"Ada apa?" tanya Nafisha.
Adriell membuka tasnya dan seakan mencari sesuatu didalamnya. Lalu ia mengeluarkan artificial red rose flower led dari tasnya.
"Maaf aku tak bisa menemanimu lagi disini. Mama ku mengirimku bersekolah dinegara H. Ku harap ini bisa menemani setiap malammu yang sunyi." ucap Adriell sambil memberikan hadiahnya pada Nafisha.
Nafisha terkejut mendengar apa yang Adriell katakan.
"Tapi mengapa? Apakah ini karena sebuah keyakinan kita yang berbeda?" tanya Nafisha.
Adriell hanya diam seribu bahasa.
"Adriell tolong jawab aku." ucap Nafisha dengan mata berkaca-kaca.
"Maaf, Tapi aku berjanji suatu hari nanti aku akan kembali kesini untuk menemuimu lagi. Namun untuk saat ini aku harus pergi." ucap Adriell yang pergi meninggalkan kelas.
Defa dan Gio pun mengejar Adriell. Mungkin saat hatinya benar-benar hancur.
Sedangkan Nafisha benar-benar merasa terluka, Dianapun mencoba menenangkan Nafisha.
_____________________________________________
"Makasih kalian selalu ada buat gw." ucap Adriell pada Gio dan Defa.
"Kita akan selalu ada buat elu sob." jawab Gio.
"Gw titip jagain Nafisha ya." ucap Adriell.
"Kita janji bakal jagain dia buat elu." jawab Defa.
"Tapi apakah elu bakal balik kesini lagi?" tanya Defa.
"Aku tak tahu, Tapi suatu hari nanti aku akan kembali ke kota ini untuk menepati janjiku pada Nafisha." ucap Adriell.
Mereka bertiga sudah seperti keluarga karena telah berteman sejak kecil. Jadi tak heran jika mereka saling menjaga satu sama lain.
Gio dan Defa pun membantu Adriell untuk berkemas-kemas karena besok Adriell akan melakukan penerbangan ke negara H.
>>
Sesampainya dirumah Nafisha melihat sebuah mobil terparkir disana. Saat Nafisha masuk ia terkejut melihat orang tuanya telah kembali.
"Ibu. Fisha rindu." ucap Nafisha yang memeluk ibunya.
"Ibu juga rindu dengan putri kecilnya ibu." ucap ibunya sambil mencubit pipi Nafisha.
"aww sakit bu." ucap Nafisha yang memelas.
"Udah sana bersih-bersih dulu nanti kita buka oleh-olehnya." ucap Ibunya.
"Siyap bu boss." ucap Nafisha.
Setelah selesai membersihkan diri Nafisha pergi ke ruang keluarga untuk menemui orang tuanya. Ia melihat seluruh paperbag yang berisi oleh-oleh untuknya. Namun tiba-tiba ia dibuat terkejut atas pertanyaan ibunya.
"Fisha, gimana sekarang kabar Adriell? ibu lama enggak ketemu sama dia." ucap Ibunya.
"Adriell itu siapa?" tanya bapaknya.
"Adriell itu temennya Nafisha yang sering nganterin Nafisha pulang pak." jawab istrinya.
"Gimana kabar dia sekarang? Besok suruh main kesini ibu mau ngasih oleh-oleh." ucap ibunya.
"Kabarnya baik bu. Adriell udah enggak bisa main kesini lagi." ucap Nafisha yang sedikit muring.
"Kenapa? Apa kalian sedang marahan?" tanya ibunya.
"Mama Adriell melarang Adriell dan Nafisha berhubungan karena beda keyakinan lalu alasan itu yang membuat Adriell harus pindah ke negara H." jawab Nafisha.
"Bapak juga enggak menyetujui jika kalian berhubungan. Kalian itu beda agama beda keyakinan." ucap Bapaknya.
"Tapi pak..." ucap Nafisha.
"Lebih baik kamu ikhlaskan Adriell pergi, dia punya jalannya sendiri." ucap Ibunya.
Nafisha saat ini benar-benar membenci keadaan. Karena keadaanlah yang membuat mereka saling menjauhi.
—————————————————————————
Yuk simak terus cerita Author. follow juga ig Author: Naaernaa02.
Jangan lupa like,vote dan rate ya readers❤️🙏🏻Biar Author makin semangat buat ceritanya😉
Jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yang membangun di kolom komentar agar author bisa mengembangkan cerita author 😁
Next>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Bell
aku 3 tahun pacaran sma yg beda agama😄
2022-02-08
1
Lidia Tikla
cinta beda agama emang sakit, saya pernah begitu, ujung-ujungnya putus
2021-04-22
2
Mae Mae
sedih membacanya...😢 kayak kisah ku dulu....sampai skrag tdak pernah ketemu walpun skli saja. kami dikota berbeda. andai kisah kami seperti didunia fiksi novel.mugkin berakhir indah😢
2021-02-01
0