Seorang Minoritas

Tak beberapa lama akhirnya Nafisha tiba dirumah Adriell. Ia menatap rumah Adriell yang mewah namun terlihat sangat sepi. Ia pun membunyikan bel dan penjaga rumah Adriell keluar.

"Ada yang bisa saya bantu nona?" tanya Pak Malik penjaga rumah Adriell.

"Permisi pak, saya ingin bertemu dengan Adriell." ucap Nafisha yang sopan.

"Silakan masuk non," ucap Pak Malik.

Nafisha pun berjalan mengekor dibelakang Pak Malik. Saat ia menginjakkan kaki dirumah Adriell tiba-tiba ia merasakan suasana yang berbeda dirumah itu. Dan saat ia masuk ke dalam rumah ia mengamati setiap sudut rumah Adriell dan ia dikejutkan dengan sebuah patung yesus yang cukup besar dan satu set miniatur patung rumah yesus terpajang disalah satu pojok rumah.

Entah apa yang sedang berada dipikirnya namun ia mulai paham dengan apa yang sedang ia lihat sekarang. Namun tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara Adriell.

"Nafisha," ucap Adriell.

Nafisha pun mulai tersadar dalam lamunannya.

"Adriell." ucap Nafisha yang terkejut.

"Mari, silakan duduk." ucap Adriell.

"Terimakasih, oh iya Adriell aku kesini karena merasa bersalah akan sikap aku ke kamu, seharusnya aku enggak selancang itu sama kamu. Aku minta maaf ya," ucap Nafisha yang memelas.

"Tak apa. Sudah lupakan yang terjadi." ucap Adriell.

"Aku akan selalu memaafkan mu karena sampai kapanpun diriku tak bisa membencimu." batin Adriell.

"Oh ya aku kesini bawain buah untuk kamu, tadi aku dengar kalo kamu jatuh dari motor jadi aku kesini buat njengukin kamu. Aku merasa sangat bersalah sama kamu sehabis pulang dari rumahku kamu jadi begini," ucap Nafisha.

"Jangan merasa seperti itu, aku tadi yang tak hati-hati. Dan terimakasih telah meluangkan waktu untuk berkunjung kesini." ucap Adriell.

"Bagaimana kondisimu saat ini?" tanya Nafisha.

"Aku tak apa hanya memar dan pergelangan kaki kiri sedikit terkirir. Mungkin beberapa hari ini akan membaik." ucap Adriell.

"Mengapa wajahmu seakan tak tenang. Apa ada hal yang ingin kamu tanyakan?" tanya Adriell.

"Aku bingung harus memulai dari mana, tapi..." ucap Nafisha yang menggantung.

"Apa yang ingin kamu tanyakan. Mengapa kamu seakan ragu?" ucap Adriell.

"Maaf jika menyinggung kamu tapi aku penasaran mengapa dirumah kamu ada patung yesus." ucap Nafisha yang ragu.

"Apakah sedari tadi hal itu yang membuatmu merasa tak nyaman ?" tanya Adriell.

Nafisha menjawab dengan menganggukkan kepalanya perlahan.

"Ku kira kau telah mengetahui jika aku adalah pengikut yesus. Kepercayaan yang dianut mayoritas siswa dikelas kita." ucap Adriell dengan santainya.

Namun berbeda dengan Nafisha yang terkejut mendengar kenyataan itu. Ia tak menyangka akan hal itu. Ya walaupun sekolah disana mayoritas beragama kristen namun bagi mereka yang memeluk agama islam difasilitasi musholla khusus putra dan putri tersendiri dan waktu sholat dikerjakan pada istiahat kedua jadi tak heran jika Nafisha tak mengetahui bahwa Adriell menganut kepercayaan berbeda darinya.

"Maaf jika ku tak memberitahumu sejak awal." ucap Adriell.

"Tak apa, aku hanya sedikit terkejut," ucap Nafisha.

"Bolehkan aku bertanya sesuatu." tanya Adriell.

"Apa yang ingin kamu tanyakan?" ucap Nafisha.

"Apakah bersekolah dimayoritas beragama kristen protestan kamu merasa dikucilkan?" tanya Adriell.

"Awalnya ku kira aku akan terkucilkan karena perbedaan agama ternyata persepsi ku salah. Apa yang aku takuti ternyata hanya sebuah ketakutan belaka, bahkan faktanya mereka menjunjung tinggi toleransi." ucap Nafisha.

"Menurut kamu apakah arti islam itu?" tanya Adriell.

"Islam adalah agama rahmatan lil'alamin sebagai bentuk rahmat dan rasa kasih sayang Allah SWT, karunia dan nikmat yang diberikan kepada makhluknya di seluruh alam semesta. misi kita sebagai umat islam menciptakan tatanan masyarakat yang adil sejahtera bagi seluruh umat manusia didalam Ridha Allah, Sang Maha Pemurah." jelas Nafisha.

"Mengapa islam menyebut dirinya damai?" tanya Adriell.

"Karena memang islam adalah agama yang membawa, mengajak dan menyerukan perdamaian." jelas Nafisha.

"Menurut kamu apakah arti kafir itu?" tanya Adriell.

"Bagi ku kafir itu adalah mereka yang hatinya tertutup oleh kebenaran." ucap Nafisha.

"Lalu apakah bagi kamu orang yang beragama non muslim itu hatinya juga tertutup oleh kebenaran? karena mereka menyebut kami kafir. Namun bukankan tak ada agama yang mengajarkan menuju kesesatan semua agama mengajarkan kebaikan? Lalu dimanakah letak kesalahan kami?" tanya Adriell.

Nafisha bingung tak bisa berkata-kata akan penjelasan Adriell.

"Aku terlahir dari minoritas.

Apakah aku salah jika aku bukan islam?

Kepercayaan yang aku anut dari nenek moyang membuatku harus merasa tersisih.

Aku memiliki Tuhan, namun mengapa mereka menyebutku kafir?

Bukankah islam adalah agama yang damai?

Namun mengapa sebuah dalil seakan menyerukan ajaran kebencian pada agama lain.

Apakah ini yang dinamakan toleransi?

Tumbuh ditengah-tengah masyarakat muslim dan dikucilkan karena perbedaan keyakinan

Aku terima segala resikonya

Karena aku percaya pada janji Tuhan akan membawa bahagia bagi pengikutnya" ucap Adriell.

Nafisha seakan hanyut dalam kisah Adriell. Ia merasa terenyuh akan ungkapan isi hati Adriell.

"Aku tak pernah tau bagaimana rasanya di posisimu namun mungkin aku takkan bisa setegar dirimu saat ini. Maaf jika islam membuatmu merasa terluka akan sebutan kafir," ucap Nafisha yang menguatkan Adriell.

Dibalik sikap Adriell yang terlihat calm ternyata ia pernah memendam sebuah lukanya sendirian. Ia sosok yang tangguh dan tegar ia selalu berusaha tersenyum walaupun hatinya sedang hancur.

______________________________________________

Pembelajaran untuk para readers sekalian dari eps ini kita belajar bahwa kita harus menjaga lisan kita bukankah sebuah pepatah mengatakan bahwa lisanmu harimaumu, Maka jaga lisan kalian agar tak melukai perasaan seseorang. Mungkin yang kalian anggap bercanda atau hanya lelucon diam-diam bisa melukai hati mereka. Ucapan itu bagai belati yang apabila mengenai seseorang lukanya akan selalu terkenang.

Dan bagi readers juga yang mungkin hidup berdampingan dengan umat agama yang berbeda semoga bisa menjaga toleransi. Bagi yang beragama islam mohon untuk tidak menyebut seseorang yang bukan islam dengan sebutan kafir kita bisa menyebutnya dengan non islam itu lebih baik bagi mereka.

Hargailah setiap agama didunia ini, jika mungkin mereka berbeda keyakinan maka jangan ngejudge mereka, apapun agama mereka yakinlah tak ada agamanya yang mengajarkan keburukan. Setiap agama selalu mengajarkan kebaikan. Rangkulah mereka mari kita hidup didalam kerukanan bersama ketatanan Bhinneka Tunggal Ika. :-)

Semoga novel ini bisa menjadi inspirasi bagi readers sekalian. Mohon maaf jika author masih banyak kekurangan.

Happy reading.

—————————————————————————

Yuk simak terus cerita Author. follow juga ig Author: Naaernaa02.

Jangan lupa like,vote dan rate ya readers❤️🙏🏻Biar Author makin semangat buat ceritanya😉

Jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yang membangun di kolom komentar agar author bisa mengembangkan cerita author 😁

Next>>

Terpopuler

Comments

Bell

Bell

cerita ny sma kek kisah saya🤗

2022-02-08

0

Lilik Nur Rida

Lilik Nur Rida

saya sedang menjalani cinta beda agama.semoga mendptkan jln yg terbaik

2021-04-06

0

Irwan

Irwan

keren ya bener thor 👍👍👍

2020-10-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!