Ada keraguan dibenak Nafisha untuk menemui Adriell namun entah mengapa logika dan perasaannya seakan membuatnya bimbang. Akhirnya Nafisha mengumpulkan seluruh keberaniannya dan menemui Adriell.
"Maaf aku sedang sibuk saat ini, sebaiknya kamu pulang." ucap Nafisha.
"Please...Kasih waktu aku beberapa menit aja." ucap Adriell sambil menyatukan kedua telapak tangannya seakan sedang memohon.
"Aku butuh jawaban mengapa kamu menjauh?" tanya Adriell.
"Aku enggak menjauh. Aku masih tetap sama." jawab Nafisha.
"Tapi perasaanku bilang jika kamu seakan menjauh," ucap Adriell.
Nafisha hanya diam dalam kebisuannya. Ia tak tahu harus mengatakan apa. Dan ia pun tak mungkin mengatakan apa yang sebenarnya ia rasakan. Ia merasa dilema dengan pertanyaan yang dilontarkan Adriell.
"Nafisha, Ku mohon beri aku satu alasan untuk tetap berada disini," ucap Adriell.
"Apa maksud kamu untuk tetap berada disini?" tanya Nafisah.
"Aku ragu untuk mengungkapkan ini namun..." ucap Adriell menggantung seakan sebuah keraguan hadir dibenaknya.
"Aku tak paham akan semua ini," ucap Nafisha.
Adriell menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya dengan perlahan. Saat ini jantung berdetak dengan kencang. Ia o
merasa sangat gugup bahkan ia mulai berkeringat dingin. Rasanya ia ingin sesaat menghilang dari bumi ini.
"Aku tak tahu harus memulainya dari mana namun saat itu, saat ku temukan dirimu dalam kesendirian saat itu pula diriku mulai jatuh hati padamu entah mengapa rasa ini hadir secara tiba-tiba. Aku pun berdoa pada Tuhan agar kita bisa berjumpa lagi esok. Dan Tuhan menjawab doa ku dengan kasihnya hingga kita dipertemukan lagi bahkan lebih dekat lagi. Jujur ku tak sanggup mengatakan semua ini namun ku tak tahu sampai kapan aku bisa bertahan untuk mengagumi dalam diam. Hingga tanpa ku sadari dirimu seakan menjauh tanpa sebab. Hari demi hari ku termenung dalam sunyi mencoba mencari sebuah kesalahan yang ku sendiri tak tahu dengan pasti alasannya. Hingga saat ini ku berada disini untuk meminta segala kejelasannya," ucap Adriell.
Nafisha pun mulai tak sanggup menatap mata Adriell, ia mulai hanyut dalam kisah sendu ini, matanya pun mulai berkaca-kaca.
"Jangan mencoba untuk membuatku terkesan akan kata-kata manismu. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi namun ku tak ingin terluka,bahwa ku tahu faktanya diriku hanya sebuah pelarian saja." ucap Nafisha.
"Pelarian? Tak ada yang menjadikan dirimu sebagai pelarian." ucap Adriell.
"Zeva, bukankah ia wanita yang tengah kau luluhkan hatinya setelah sekian lama bersama ternyata harus kandas begitu saja. Kamu masih ingin merangkai cerita bersamanya kan?" ucap Nafisha.
"Bagaimana kamu bisa berspekulasi seperti itu, Bahkan kamu sendiri tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lalu bagaimana sebuah asumsi itu keluar dari pemikiranmu?" ucap Adriell.
"Tapi bukankah faktanya memang seperti itu." ucap Nafisha.
"Kamu terlalu cepat menyimpulkan sebuah hal tanpa kamu tahu apa fakta yang sedang terjadi. Entah dari siapa dan bagaimana kamu mengetahui masalaluku namun apapun yang terjadi antara aku dan Zeva kita memiliki jalan masing-masing, ia pun mempunyai kebahagiaan sendiri begitupun sebaliknya." jelas Adriell.
"Itu hanyalah sebuah pembelaan darimu saja." ucap Nafisha.
"Ku harapan saat ini kamu tak memojokkan ku dengan pertanyaan-pertanyaan yang harus mengingatkanku pada lembaran-lembaran kisah dimasa lalu. Setiap orang memiliki masalalunya sendiri dan ia pun berhak untuk mendapatkan kebahagian dimasa mendatang."
"Jika asumsimu yang menimbulkan keraguan bagimu. Maka tanyakan itu pada hatimu. Maaf telah membuatmu tak nyaman dengan kehadiranku, aku pamit. Dan ini untukmu." ucap Adriell sambil memberikan sebuah paperbag pada Nafisha. Ia pun pergi meninggalkan rumah Nafisha dengan perasaan yang kacau.
Sementara Nafisha dilanda kebimbangan. Ia merasa tak enak hati pada Adriell pasalnya ia telah lancang menanyakan sesuatu hal yang bersifat pribadi. Dan sepertinya Adriell tengah merasa kacau saat ini.
"Seharusnya aku tak melakukan ini semua," batin Nafisha seakan menyesali perbuatannya.
Lalu Nafisha membuka paperbag pemberian Adriell dan ia terkejut melihat isinya. Ternyata Adriell memberinya sebuah pigura sketsa foto Nafisha saat berada di danau dengan sebuah keterangan "Saat ku temukan dirimu dalam kesunyian."
Ia benar-benar merasa bersalah akan sikapnya pada Adriell.
"Akankah ini memang nyata atau hanya sebuah cinta fatamorgana
Aku tak mengerti dengan keadaan
Namun saat ini ku seakan membenci asumsiku
Mengapa saat ini keraguan itu perlahan mulai menghilang
Sedangkan saat itu ku sangat menyakininya
Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan saat ini."
Nafisha merasa sangat dilema saat ini.
>>
Sementara Adriell mengendarai motornya dengan keadaan yang kacau, perasaannya seakan sedang hancur.
"Nafisha, mengapa asumsimu seakan menimbulkan keraguan pada dirimu."
"Zeva..."
Ingatannya pun mulai berputar mengingat moment kebersamaan bersama Zeva. Setiap jam setiap menit hingga setiap detik kebersamaan mereka mulai berputar dipikiran Adriell ketika saat itu mereka dipisahkan karena sebuah keadaan yang membuat mereka saling terluka. Tanpa Adriell sadari bahwa seorang anak kecil sedang mengambil bola ditengah jalan Adriell pun kehilangan kendali ia pun membelokkan motornya ke pinggir hingga tiba-tiba ia jatuh.
Saat itu ada beberapa orang yang berada disana mereka pun mulai membantu Adriell. Untung Adriell hanya luka memar-memar saja namun pergelangan kaki kirinya terkirir karena tertindih motornya.
Bagi Adriell hari ini merupakan hari yang buruk baginya. Tak hanya hatinya yang hancur raganya pun ikut menjadi sakit. Entah bagaimana nasib malang itu menimpa namun inilah yanh harus ia jalani.
Sore itu Nafisha sedang bersantai di gajebo Bik Ina datang dengan membawa jus dan camilan.
"Ini non minumnya," ucap Bik Ina.
"Terimakasih Bik," ucap Nafisha sambil membaca novelnya.
"Oh ya non, temennya non Fisha yang tadi siang itu siapa? Mas Adriell ya?" tanya Bik Ina.
"Iya Bik kenapa emangnya?" tanya Nafisha yang masih fokus pada novelnya.
"Bik Ina denger dari orang sekitar tadi mas Adriell jatuh dari motornya dideket taman non." jelas Bik Ina.
Setelah mendengar ucapan Bik Ina, Nafisha langsung menutup novelnya. Ia seakan khawatir akan keadaan Adriell.
"Bik Ina tau dari mana?" tanya Nafisha yang penasaran.
"Dari tukang ojek depan non namanya mang Dani," jelas Bik Ina.
"Makasih Bik atas infonya. Yaudah Bik, Nafisha keluar dulunya." ucap Nafisha.
Nafisha pun pergi ke pangkalan ojek mencari yang bernama mang Dani. Setelah menemukan orangnya Nafisha pun meminta diantar ke rumah Adriell.
Selama perjalanan ia gelisah dan bimbang. Keadaan membuatnya menjadi merasa sangat bersalah. Pikirannya pun berlarian entah kemana.
—————————————————————————
Yuk simak terus cerita Author. follow juga ig Author: Naaernaa02.
Jangan lupa like,vote dan rate ya readers❤️🙏🏻Biar Author makin semangat buat ceritanya😉
Jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yang membangun di kolom komentar agar author bisa mengembangkan cerita author 😁
Next>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Lidia Tikla
namanya kaya anak aku Adriel, maaf ya thor
2021-04-22
0
🎀ᵀᵗᵇ'ˢnadyan
Hai... Kk nyicil 5 like dulu ya..
Semangat ✍️✍️✍️
Mampir lagi di "haruskah Cinta dimiliki"
Saling support
2020-10-12
0
Yayuk Nu Amoreea
busyeeet thor anak gua jd mamang tukang ojek wkwkwk dhani
2020-10-06
0