Seiring berjalannya waktu, akhirnya hari bahagia yang di tunggu-tunggu dimana saat ini Bima dan Nadia akan melaksanakan Ijab Kabul.
Penghulu pun menjabat tangan Bima.
Bima sendiri grogi hingga keluar sedikit keringat dingin dari dahinya.
"Rileks saja, saya harap mempelai pria tidak salah dalam melaksanakan Ijab Qobul." gurau sang Penghulu untuk sedikit menghibur Bima.
"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikahkan engkau Ananda Bima Wijayanto Bin Ahmad Wijayanto dengan Nadia Ramadhani Binti Abdul Ramadhan dengan mahar uang tunai sebesar seratus juta , perhiasan satu set lengkap dan seperangkat alat sholat dibayar Tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Nadia Ramadhani Binti Abdul Ramadhan dengan mas kawin tersebut tunai!"
Bima pun mengucap dengan satu kali tarikan nafas.
"Bagaimana para saksi? Sah?"
Sah!
Teriak mereka semua dengan raut penuh syukur.
Prosesi selanjutnya adalah pembacaan doa lalu akan dilanjutkan resepsi.
Bima memandang wajah cantik Nadia yang ditutupi oleh sedikit polesan make up tipis, dia menyematkan cincin bermata berlian dijari manis milik Nadia.
Sementara Nadia, dia pun membalas dengan mencium punggung tangan Bima lalu diikuti oleh kecupan di dahi yang Bima berikan kepada Nadia.
Resepsi pun dilanjutkan dengan meriahnya.
"Aku tidak menyangka jika kita akan menjadi pasangan suami-istri, Nadia." ucap Bima dengan senyum tipis.
"Sama, Mas. Jodoh itu tidak ada yang tahu dan tentu saja rahasia Allah." Jawab Nadia dengan lembut.
Genggaman tangan di jemari Nadia tidak Bima lepaskan, dia sangat nyaman dengan genggaman itu.
Nadia sangat bersyukur karena akhirnya di usianya yang sudah menginjak dua puluh delapan tahun dirinya telah melepas masa lajang.
Beberapa jam kemudian.
Setelah resepsi selesai dan semua para tamu undangan bubar, akhirnya sepasang pengantin baru itu bisa beristirahat dengan nyaman.
"Apa kamu mau mandi?" Bima bertanya dengan pelan.
"Sepertinya tidak, Mas. Sudah malam juga dan aku tidak tahan dengan hawa dingin." Sahut Nadia sambil membersihkan sisa make up yang masih menempel di wajahnya.
Bima memandang Nadia said cermin dan hal itu tdiak disadari oleh Nadia seorang.
Perlahan langkah Bima mendekat ke meja rias dimana Nadia masih duduk nyaman disana.
Kedua lengah kokoh itu bergelantung di leher Nadia.
Nadia hanya mampu menutup bibir mungilnya rapat-rapat, jantungnya berdetak tidak karuan kala Bima terus menatapnya dengan sangat lekat.
"Setelah selesai ini, aku ingin kita langsung melakukan malam pertama. " Ujar Bima tanpa mengalihkan padangan.
Glek.
Nadia menelan ludah dengan kasar. "T—tapi?" Ujarnya terbata.
"Ada apa? Apa kamu kelelahan? Jika kamu lelah maka sebaiknya kita istirahat saja, aku juga tidak ingin menyiksamu."
Cup
Sesudah mengatakan hal itu, Bima mengecup pucuk kepala Nadia.
Bima menurunkan tangannya yang tadi mengalung di leher kini turun ke bawah. Melihat Nadia yang hanya diam saja hal itu seperti pertanda lampu hijau bagi Bima.
"Aku tidak akan memaksa jika kamu menolak ataupun memundurkan waktu untuk kita melakukan malam pertama." Ucap Bima sambil merem*s bongkahan semangka Nadia.
"A—aku, aku mengizinkannya dan siap melayanimu, Mas. Sentuhlah aku karena aku adalah milikmu." Ucap Naida karena merasakan ada drsirsn aneh yang mengalir di seluruh tubuhnya ketika Bima mere*mas bongkahan indah itu.
Bima menegakkan tubuhnya, dia segera menggendong tubuh Nadia ala bride style dan mereka berjalan menuju ranjang.
Sedetik kemudian, Bima langsung melu*mat bibir mungil milik sang istri dan terjadilah pergumulan antara keduanya.
**Visual Nadia 😍 semoga kalian suka 🌹
HAPPY READING
JANGAN LUPA SELALU TINGGALKAN JEJAK SERTA DUKUNGAN AGAR OTHER MAKIN SEMANGAT UP, TERIMA KASIH 🥰
🏵️🏵️
SAMBIL MENUNGGU UP DARI OTHOR, YUK MAMPIR KE NOVEL INI DULU 🌹**
Blurb:
Penelusuran Gaib Rania
Author: Novi putri ang
Mobil hitam melintas di atas tanah berlumpur, diluar nampak hujan deras yang tak kunjung reda. Dan kilatan guntur terlihat di langit menyambar, dengan gemuruh yang menggelegar.
Malam ini terasa mencekam. Dari kejauhan, bayangan sebuah rumah kuno terlihat di antara pepohonan besar, bersembunyi di balik kegelapan.
"Aah. Perasaan apa ini, kenapa perasaan tidak enak mengganggu pikiranku?" batinku berkata seakan ada sesuatu yang akan terjadi setelah ini.
Ya, benar saja. Kisah mistisku belum berakhir. Meskipun aku telah meninggalkan Desa Nenekku, Desa Rawa Belatung. Aku selalu saja berurusan dengan hal-hal gaib. Penelusuran gaib yang terus membawaku bertemu dengan sosok makhluk tak kasat mata, yang terus mengikuti setiap perjalanan hidupku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments