Kebangkitan garis keturunan

Tidak ada cahaya, tidak ada udara, tidak ada benda apapun di sini, hanya kegelapan pekat yang ada, apa aku sudah mati.

Sebuah suara muncul di kepalaku.

"Ini adalah dunia kekosongan" kata suara tersebut.

"Tuan..akhirnya kau datang menemuiku" tambahnya.

"Hah"

Aku bingung dan tidak mengerti, bukannya aku sudah mati, terkena Destiny Control Magic.

(Destiny Control Magic : Sihir yang mengontrol takdir)

"Sihir yang tidak masuk akal"

"Tuan benar...Kekuatan dari Destiny Control Magic sangat abnormal...Tetapi Tuan tidak perlu kawatir...Destiny Control Magic memiliki kekurangan yang signifikan"

"Apa itu?"

"Keberadaanku"

"Apa maksudmu?...aku tidak mengerti"

"Aku adalah kekosongan...Bahkan takdirpun tidak bisa mempengaruhiku....Dan kau adalah Tuanku....Aku adalah bagian dari kekuatanmu...Aku tercipta karenamu"

"Kekosongan..keluarkan aku dari sini!"

"Tuan kau mengkhawatirkan Nyonya Mikasa"

"Kau bahkan mengetahui pikiranku"

"Tuan tidak perlu khawatir...nyonya Mikasa baik baik saja"

"Aku tidak bisa tenang...sebelum melihatnya secara langsung"

"Tuan...Di sini hukum waktu tidak berpengaruh...Meskipun Tuan berada di sini selama setahun...Di luar bahkan tidak ada satu detik pun"

"Menarik...Apa ini juga kekuatanmu?"

"Ya Tuan...Tuan aku menyarankanmu tidak langsung kembali saat ini"

"Kenapa?"(Zeldris)

"Sekarang nyonya Mikasa dan Mine sedang membangkitkan garis keturunan mereka...Tuan adalah pemicu kebangkitan mereka...Akan lebih baik jika Tuan muncul begitu mereka berhasil membangkitkannya"

"Baiklah...Aku akan mengikuti saranmu"(Zeldris)

Badai silih bergema di Hutan yang porak poranda akibat perang tersebut.

Bentrokan pedang, tangisan kematian, raungan kemarahan terdengar di sepanjang medan perang.

Mikasa mengayunkan pedangnya dengan gila-gilaan "bunuh mereka semua" hanya itu yang ada di pikirannya.

Kemarahan adalah sumber kekuatannya, melampaui batas kekuatan yang dia miliki sebelumnya.

Mine yang tidak jauh darinya juga sama, dia mengayunkan pedangnya secara membabi buta.

Meski belum lama mengenal Zeldris, buih cinta dan kasih sayang muncul tersembunyi di dalam hatinya.

"Mikasa...Hentikan perlawanan yang sia sia, kamu hanya ditakdirkan untuk menjadi milikku" Asura berkata dengan percaya diri.

"Asura...apa kamu sudah melupakanku?" Rudra berkata dengan kesal.

"Aku di sini hanya untuk menjadikan Mikasa sebagai selirku" tambahnya.

"Kalian berdua diam" Kata Mikasa sambil mengayunkan pedangnya.

Serangannya sangat tidak terduga, dia hanya mengandalkan insting membunuhnya.

Tebasan pedangnya mengiris bagian perut kiri Rudra, darah segar terus mengalir dari luka tebasan tersebut.

Luka yang dialami Rudra tidaklah sederhana, karena hingga membuatnya batuk darah.

Nasib Asura juga tidak jauh beda sama Rudra, menghadapi serangan pedang Mine yang tidak masuk akal, pedangnya seperti memiliki mata sendiri.

Asura terbaring tak berdaya dengan tubuhnya dipenuhi luka pedang.

Langit yang semula cerah berubah menjadi merah darah.

Aura niat membunuh yang mereka berdua lepaskan menyebabkan binatang buas di sekitar hutan mati seketika bahkan manusia pun terpengaruh.

"Ara ara ara...Niat membunuh yang sangat lezat"

Seorang wanita cantik memiliki rambut berwarna putih dan pupil mata berwarna merah muncul di hadapan mereka berdua.

"Siapa kamu?" Kata Mikasa dengan waspada.

"Testarossa" kata wanita itu dengan senyum yang sangat anggun.

"Dimana Zeldris?" tambahnya.

"Dia...." Mikasa berkata sambil meneteskan air mata, sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.

"Testarossa...Apa yang membuatmu kemari?"

Suara seseorang yang mengejutkan Mikasa dan Mine.

Seorang pria tiba tiba muncul di belakang Testarossa dari udara kosong.

"Tentu saja menemuimu" Testarossa berkata sambil tangannya melingkar ke leher pria tersebut.

Kembali ke medan perang.

Aku keluar dari dunia Kekosongan saat mengetahui Mikasa dan Mine berhasil membangkitkan garis keturunan mereka.

Keduanya tumbuh sangat kuat, orang bisa melihat sihir padat mengelilingi mereka berdua, bahkan aura pembunuhnya bisa langsung membunuh manusia biasa.

Mengapa Testarossa ada di sini. Gumamku.

"Testarossa...apa yang membuatmu kemari?"

Aku berkata sambil melihat Mikasa dan Mine yang terkejut dengan kemunculanku yang tiba tiba.

"Tentu saja menemuimu" Testarossa berkata dengan lengan melingkari leherku.

"Kamu merindukanku" kataku sambil memeluk pinggangnya.

"Ya sangat merindukanmu" Testarossa berkata sambil menyandarkan kepalanya di dadaku.

Testarossa mengenakan gaun bangsawan oriental berwarna hitam, sebagai ras iblis primordial dia memiliki kekuatan yang sangat mengerikan.

Meskipun begitu dia jarang menggunakan kekuatannya dan lebih sering mengandalkan kecerdasannya dalam bertarung.

Testarossa salah satu tercerdas di antara wanitaku yang lainnya, dan itulah yang membuatnya menjadi wanita paling berbahaya yang kumiliki.

Mikasa terbangun dari keterkejutannya, dia berlari menghampiriku dan memelukku dari belakang.

"Sayang...Syukurlah kamu baik-baik saja" kata Mikasa dengan air mata yang mengalir di pipinya.

"Mikasa...Maaf sudah membuatmu khawatir" kataku. Kugunakan Space Magic untuk menukarkan tempat Mikasa dan Testarossa, menggunakan punggung tanganku untuk menghapus air matanya.

"Ara ara ara...Aku sangat cemburu" Kata Testarossa sambil mencubit punggungku.

Setelah aku berurusan dengan mereka berdua, melihat Mine yang berdiri diam dalam keadaan linglung.

Aku menghampirinya dan memeluknya, Mine membalas pelukanku dan menangis di pelukanku.

"Bagaimana kamu masih hidup?" tanya Rudra tak percaya.

"Ini mustahil...Apa Destiny Control Magic tidak berpengaruh padanya?" Kata Asura dengan marah.

"Ara ara ara...Kamu memiliki sihir yang sangat menarik...Aku bahkan tidak yakin bisa menghadapinya..Tetapi kamu salah memilih lawan" kata Testarossa sambil melihat Rudra dengan iba.

Melihat hal tersebut Rudra sangat marah, jengkel, frustasi, seluruh pikiran negatif muncul di kepalanya.

Asura juga tidak berdaya, dia menatapku dengan tatapan membunuh, tapi karena keadaan lukanya sangat parah dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Tatapanmu...Aku sangat tidak menyukainya" Testarossa berkata dengan senyum dingin.

Udara bergetar, niat membunuh yang mematikan berkumpul di tubuhnya.

"Kamu hanyalah sampah...Seorang sampah berani melihat Zeldris Ku yang manis seperti itu...Aku akan membunuhmu"

Testarossa memusatkan sihirnya di udara membentuk bola sebesar bola voli dan melemparkan bola sihir tersebut ke Asura.

"Continuous Dark Magic" Testarossa berkata dengan dingin.

(Continuous Dark Magic : Sihir Kegelapan beruntun)

Ledakan serangan tersebut mengguncang seluruh Kerajaan Celiana.

Asura yang menjadi pusat ledakan tersebut hampir mustahil selamat.

Tetapi seorang wanita cantik muncul di depan Asura, wanita itu menerima serangan bola sihir yang seharusnya di terima Asura.

Wanita tersebut memiliki pupil mata berwarna emas dan memakai gaun istana berwarna orange.

Akibat ledakan tersebut gaun istananya menjadi compang camping.

Hem...Kenapa wanita ini tidak asing bagiku. Gumamku.

"Siapa pun yang ikut campur harus mati" Testarossa berkata dengan acuh tak acuh.

"Saudari Testarossa...Tolong berhenti dia kenalanku" kata Mikasa memohon.

Testarossa mengabaikan permohonan Mikasa dan terus memusatkan sihirnya membentuk bola sihir.

Melihat itu Mikasa meraih tanganku dan menatapku dengan mata memohon.

"Sudah cukup Testarossa" kataku pelan.

Testarossa menghilangkan bola sihirnya dan segera meninggalkan tempat ini menggunakan "Spatial Magic".

"Hahhh". Aku menghela nafas dengan berat.

"Sayang...Saudari Testarossa marah apa yang harus aku lakukan?" Mikasa bertanya dengan khawatir.

"Tidak apa apa...Amarahnya akan reda setelah dia menyendiri" kataku menghibur.

"Kamu bisa menemuinya dan meminta maaf sesudahnya!" tambahku.

"Baik sayang" Mikasa berkata dengan tersenyum.

"Mikasa...Maaf telah membuatmu dalam masalah" kata wanita tersebut dengan nada menyesal.

"Terima kasih atas bantuannya...Tuan Zeldris" tambahnya.

"Tidak masalah" kataku dengan tenang.

"Asuna...Sepertinya kamu mengenal suamiku"

Kata Mikasa dengan curiga.

"Tentu saja aku mengenalnya...Dialah yang menyelamatkanku empat tahun yang lalu" Asuna berkata dengan senyum bahagia.

"Apa" Kata Mikasa dengan teriakan terkejut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!