Chika memandang Jeremy tanpa busana, ia hanya mengenakan boxer tengkorak berwarna putih sambil berpose ala Titanic dengan merentangan tangannya disamping kasur.
"Welcome to the world baby.." ucapnya sambil tersenyum jahil. Chika menutup matanya dengan kedua tangannya dan berhambur kepelukan Jeremy.
"Kenapa mencintai kamu sesulit ini, Chika.." bisik Jeremy ditelinganya. Chika melepaskan pelukannya dan menatap Jeremy dengan tatapan hangat. Jeremy membelai rambut Chika dan menyibakan rambutnya ke pina-nya.
Chika's POV
Michael, ia penghuni baru di sekolah, dan sudah menyedot perhatian semua kaum hawa termasuk Chika. Baru saja seminggu di sekolah, Michael sudah menjadi idola. Sorot matanya yang sipit, hidungnya yang mancung, serta dua alisnya yang tebal saling terpaut ditambah lagi dengan lesung pipinya yang dalam.
Jesika begitu mengaguminya, terlebih saat Michael memainkan piano sangat piawai dengan iringan musik bethoven Michael bak pianis terkenal dengan ketampanannya. Jesika yang melihat bersama teman - temannya langsung meleleh dibuatnya.
"Brooh, gue bisa nggak yah jadian sama Mich.?" tanya Jesika bersama dua temannya saat ditangga, Juan dan Aldi saling pandang lantas.
"Prrffff, bruakakakak... Heh, Jes. Tuh jerawat lu ilangin dulu. Ud kek potongan kacang panjang sama wortel didalam bakwan aja tau nggak. huahahaha.." celetuk Juan sambil ngakak dibarengi Aldi.
Mereka saling memandang lapangan basket yang dihuni XII IPA 1 dan disana ada Michael mendribel bola basket.
"Memang aku ini jelek banget ya !?" tanya Jesika lagi, matanya tak lepas menatap dilapangan. Juan dan Aldi saling pandang.
"Aneh - aneh aja sih pertanyaan lu, tapi kalau kami jawab iya gimana..? Ahahaha" Aldi ketawa ngakak sambil memegang perutnya. Jesika menyadari mereka akan berkata seperti itu.
Tak ada yang mau berteman dengan Jesika selain dua pemuda konyol itu. Karena Jesika juga tak bisa berteman lama dengan gadis seusianya. Ia lebih merasa nyaman jika berteman dengan pria. Karena Jesika sangat pintar dikelasnya, hingga banyak yang iri akan kepintarannya jadi hanya pemuda yang mendekatinya bukan karena cantik tapi karena ia pintar.
"Lu marah ? Kami khan, jawab apa adanya!" Aldi menyesal, dibarengi dengan anggukan Juan.
"Nggak sih, kenyataan khan! Bener ya, kalo cowok cari pacar itu harus cantik. Kalau gue jelek gini, nggak laku dong..?" cetus Jesika. Juan dan Aldi memandang Jesika hingga gadis itu tersipu sendiri.
"Cantik atau jelek itu nggak jadi ukuran, Non. Nggak semua cowok mikir gitu, dalam menjalin hubungan pertemanan ataupun pacaran yang dinilai itu ketulusan hatinya. Gue rasa cewek juga mikir gitu.." jelas Juan
"Lu memang jelek, tapi lu baik, cerita orang meski nggak penting tetep lu denger. Itu buat kita mikir kalo elu lebih menghargai orang. Gue yakin inner beauty lu bisa terpancar dari kebaikan lu. Yaaah, meskipun wajah lu nggak cantik - cantik amat.." Aldi menimpali
"Meski begitu pasti laku kok, mungkin saat ini lu belum beruntung aja buat gaet cowok. Lagian nih ya, Tuhan itu menciptakan makhluknya sepaket sama pasangannya. Soooo, tunggu aja. Mungkin juga salah satu dari kita.." Juan menyikut Aldi
"Iya, mungkin salah satu dari kita. Kita yang bakal ngolokin lu, ahahaha..." berdua ngakak
Jesika sempat berontak, pada Tuhan kenapa dulu ia tak usah dilahirkan saja jika hanya memberikan duka. Matanya sipit, hidungnya memang mancung, tapi beberapa wajahnya banyak ditumbuhi jerawat. Terlebih ada ginggsul giginya yang membuatnya tidak pede untuk tersenyum jika melihatkan giginya.
"Lu itu kurang bersyukur aja, Jes. Apa lu tahu kekurangan orang - orang diluar sana. " Aldi mulai mengeluarkan kultumnya.
"Begitu banyak orang diluar sana mengalami cacat fisik, mental dan semacamnya. Apakah mereka mengeluh, iya mungkin saja mereka mengeluh dan kita tidak tahu. Tapi apakah mereka putus asa ? Nggak, Jes. Justru mereka akan terus berusaha untuk lebih baik lagi dengan keterbatasan yang mereka punya. Nah lu, jerawat itu bisa aja hilang. Kan ada tuh produk bermunculan atau sono datengin opah - opah koreyah lu. Buat oplas, beres khan.." Aldi menandaskan, Jesika dan Juan diam meresapi kata - kata Aldi barusan.
"Kesempurnaan hanya milih Allah, dan kekurangan hanya milik bunda Dorce seorang. Contohin tuh, lagian jerawatan nggak lu sendiri, khan ? No boddy perfect, Non.." Jelas Aldi lagi.
Tiba - tiba Juan beranjak dari tangga, menuju barisan bunga alyssum, debar - debar menyelimuti hati Jesika. Jangan - jangan pemuda itu akan memberinya setangkai bunga itu.
"Norak banget sih lu, Juan.." teriak Jesika, Juan mendekati Jesika dan meminta gadis itu untuk membuka lebar telapak tangannya.
"Perlu pejemin mata, nggak ?" tanya Jesika, Juan menggeleng cepat. Aldi tersenyum curiga melihatnya. Jesika pun membuka lebar telapak tangannya, dan Juan meletakkan sesuatu berwarna hijau dan mengeliat - liat (🐛) di telapak tangan Jesika.
"Kyaaaaaaa.... Somprreeeeet, juan. Bajindul lu yak.. Huuuuu..." Jesika melempar ulat itu ke arah Juan cepat dia menghindar, Jesika mengusap tangannya keseragam Aldi. Berdua terpingkal - pingkal ketawa, dan Aldi sampai terjatuh dilantai ngetawain Jesika.
Dari jauh Michael menatap tingkah mereka bertiga sambil tersenyum.
"Prrffff, ok.. haaaa ok, mianhae.. mianhae.." ucap Juan ngikutin kata - kata Jesika yang sering ia lihat saat nonton drama Korea. Juan meraih pundak Jesika dan membawanya duduk kembali ditangga sambil merangkulnya, Aldi masih lemas dengan ketawanya hingga air matanya keluar dari ujung matanya.
"Lu lihat kan, ulat barusan.. Heee.." Jesika sewot, Juan mencubit pipi Jesika yang cubby..
"Haaa, aduh sakit perut gue. Jadi ya, itu ulat lu pegang aja menjijikkan, bener nggak ? Tapi lu apa tau, kelak ulat ini akan jadi kupu - kupu yang cantik. Terbang ke sana kemari mencari alamat, ehhh bukan itu lagu yak. Intinya sama, elu saat ini adalah ulat yang menjijikkan, sorry. Tapi suatu saat elu akan jadi wanita cantik seperti kupu - kupu disana. Yakin aja lah.." Jesika menatap Juan yang masih merangkulnya.
"Betul, time change people change. Kan, Juan." Aldi menimpali ikut merangkul Jesika. Jesika akhirnya menyadari bahwa tindakannya adalah salah satu bentuk insecure yang ia alamai. Hanya karena beberapa kata yang ia dengar akhirnya membuatnya tidak pede pada dirinya sendiri. Dan ia beruntung memiliki sahabat seperti Juan dan Aldi, teman satu komplek sekaliagus saat mereka TK hingga SMA yang sama. Meskipun mereka berdua sering mengerjain Jesika.
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Trian -follow IG : @trianmt
wahhh
2020-06-04
0