Jeremy's Pov
Sydney
Dion sudah membujuk Jeremy untuk menjadi penerus perusahannya di Sydney sesuai dengan jurusan kuliah Jeremy di management advertising, tapi pemuda itu keukeuh menolak tawaran ayahnya dan lebih memilih menjadi aktor terkenal. Jeremy sangat haus akan popularitas, di elu - elukan banyak orang dan menjadi pusat perhatian menjadi tujuannya berkarir di dunia hiburan. Jeremy tak pernah tahu berapa pendapatan yang ia terima untuk bermain film, sinetron bahkan iklan. Karena semua yang memegang kendali adalah sekretaris ayahnya. Jeremy hanya menjalankan perintah sesuai kesepakan dengan PH, berdasarkan schedule yang sudah dirancang oleh ayahnya juga.
Dion mengirim gambar di ponsel Jeremy, pemuda itu membuka pesan yang ayahnya kirim. Sesaat Jeremy tersenyum lantas menatap ayahnya dengan sudut mata yang sinis.
"Dia yang akan menjadi asisten kamu, juga istri kamu. Bagaimana ? Papah tetap akan mengizinkan kamu untuk berkarir di industri ini. Asal kamu menikah." Dion melakukan itu lantaran mendapati akun gosip yang menyatakan jika Jeremy itu gay.
Dengan kekayaannya, Dion meminta pada seluruh akoneksinya untuk menutup akun gosip itu. Meski tak dipublikasikan pernikahan itu, setidaknya membuat Dion yakin bahwa anaknya tidak sakit.
Tepat pukul 19.00 waktu Sydney, mereka berdua turun dari mobil dan menuju private room mengiringi seorang pelayan sambil membukakan pintu.
Jeremy menatap gadis mengenakan dress mini warna toska dengan pita kecil dirambutnya yang bergelombang. Wajahnya cantik putih ada sedikit lessung pipinya yang dangkal saat tersenyum menyambut kedatanganya.
Ia tak menduga jika gambar difoto lebih cantik saat bertemu langsung, mulutnya ternganga tak mengatup membuat ayahnya berdehem.
"Ini tante Jane dan anaknya Jesika, panggilannya Chika. Begitu kan, Jane." Dion meperkenalkan 2 wanita didepannya, saat menyalami Chika Jeremy seakan mendapati sengatan listrik ditubuhnya.
"Pah, aku mau menikahinya.." tanpa Jeremy sadari sudah mencetus kata - kata yang seharusnya menjadi kalimat pembuka untuk Dion namun ternyata Jeremy tak sabaran. Terlebih Chika juga mengiyakan lamaran itu.
***
"SAYA TERIMA NIKAHNYA DAN KAWINNYA Jesika Jane Lana BINTI Lana Laurent DENGAN MASKAWINNYA YANG TERSEBUT DIBAYAR TUNAI"
Jeremy mengucap janji suci dengan sekali nafas. Karena memang ia sudah terbiasa dengan kalimat ijab kabul yang sering ia ucapkan dalam sinetron yang ia mainkan sehingga bukan hal baru lagi baginya.
Tanpa pikir panjang Jeremy membawa Chika ke Suit Room hotel mengadakan malam pertama. Meski ia tampak gugup karena baginya ini adalah sesuatu yang baru, Jeremy masih perjaka. Walaupun dia sering beradegan ciuman namun ia tetap menjaga kehormatan kejantanannya. Sejak usia 15 tahun ia sudah meniti karir di dunia keartisan. Hingar bingar diskotik dan tempat hiburan tak menyurutkannya untuk menjaga kepercayaan ayahnya untuk melakukan sesuatu yang tak terpuji. Ada anak buah Dion dibelakangnya yang selalu mengawasi 24 jam.
Hal - hal baru yang ia lalui bersama Chika membuatnya senang, baginya menikah dengan Chika adalah suatu anugerah yang tak ia sesali. Hanya saja dunia tak tahu keberadaanya, meskipun dalam hati Jeremy ingin mengungkapkan kepada dunia bahwa ia sudah memiliki istri yang cantik namun tak bisa dipungkiri bahwa ia juga haus perhatian dari semua orang.
Jeremy menyadari perasaanya yang kuat mencintai Chika, begitu pun dugaanya pada Chika yang ia anggap juga mencintainya. Itu terlihat dari kecemburuan Chika jika jeremy bersama artis wanita lain, apalagi dengan kontak fisik. Chika akan memalingkan muka, jutek bahkan langsung menghilang dari hadapan Jeremy. Itu dalah cara Jeremy menggoda Chika tanpa tahu perasaan Chika yang sesungguhnya.
"Mich..." Jeremy mendengar Chika memanggil nama seseorang yang bukan namanya, lantas mengabaikannya begitu saja.
Jeremy mengidap penyakit semacam nacissistic personality disorder, dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi dan merasa penting untuk dikagumi dan diperhatikan oleh semua orang.Ia menyadari saat ibunya wafat, sebelum itu Jeremy adalah orang yang tertutup, ditambah ia kehilangan sosok ibu yang memperhatikannya. Sehingga ia merasa sekeliling menjauhinya, hingga suatu ketika seorang gadis seusianya menghampiri.
"Jangan nangis kak, kakak sangat tampan. Kasian air matanya, tante akan tenang disana, tante akan sedih kalau kakak nangis." gadis kecil itu mengusap air mata Jeremy kecil dengan sapu tangan warna toska lantas pergi memengang tangan wanita paruh baya disampingnya. Jeremy menatap kepergian gadis itu sambil memegang sapu tangan.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments