"Mah, kami mau program anak.." ucap Jeremy saat dimeja makan.
Uhuk uhuk uhuuuuk... Chika tersedak mendengar ucapan Jeremy barusan, Jane langsung menyerahkan gelas berisi air pada Chika. Cepat Chika meraihnya dan meminumnya, Jeremy menepuk pundak Chika pelan
"Mama, nggak salah dengar kan?" Jane tak percaya
"Nggak, Mah. Tapi nggak secepat ini juga kok. Kami sudah terlanjur menandatangi beberapa PH. Dan lagi seperti yang aku tanya sama dokter kandungan, kalau program anak itu rahim Chika harus steril dulu. Kan Chika pake KB tuh, nggak mungkin bisa langsung jadi. Besar kemungkinan jadinya sih 75 % tergantung dari hormon yang kami miliki.." jelas Jeremy
Uhuuk uhukk uhukkk, Jeremy menepuk pundak Chika lagi. Sudah sejauh itu Jeremy berkonsultasi bahkan ia sampai menemui dokter kandungan. Sejak kapan Jeremy memikirkan ini semua. Batin Chika heran sambil menatap Jeremy.
"Chika sendiri, gimana ?" selidik Jane, Jeremy menatap Chika dengan tatapan penuh harap.
"Aku ngikut aja sih, mah..." jawab Chika tampak ragu
"Malas, ribet..." potong Jane cepat. Chika meringis menunjukkan giginya yang gingsul tapi imut.
"Kamu harus punya prinsip Chika, persoalan anak itu nggak gampang. Kalian harus memiliki kesepakan bersama, kalo nggak mana mungkin bisa jadi." Jane menandaskan
Sepi menguasai ruang makan, Chika hanya diam membisu begitu juga dengan Jeremy. Setelah mencuci piring Jeremy dan Chika menuju kamar untuk membuat kesepakatan baru. Chika meremas kepalanya, hal yang tak pernah ia duga jika Jeremy akan secepat itu menginginkan anak. Disaat karirnya lagi hangat - hangatnya menanjak di dunia hiburan tanpa Chika tahu kalau niat sebenarnya Jeremy hanya tidak ingin kehilangan Chika.
"Ay, kamu beneran pengen punya anak ?"Chika belum yakin, dengan tampang sok imut Jeremy memanyunkan bibirnya dan mengangguk pelan. Chika langsung menarik congor Jeremy keras..
"Awwww, sakit sayang..." Jeremy berbalik badan sambil melipat kedua tangannya di dada, Chika menggoda dengan menepuk pan*at Jeremy dengan telapak tangannya. Jeremy masih tak bereaksi, lantas gadis itu memeluk Jeremy dari belakang. Pemuda itu tersenyum lantas berbalik dan menatap Chika dengan tatapan hangat.
"Entah kenapa, setiap lihat kamu perasaan aku jadi tenang. Aku sayang sama kamu Chik, maukah kamu jadi istri aku..?" Jeremy sambil memegang kedua pipi Chika, gadis itu tersipu.
"Kan kita memang suami istri, kok kamu tanya gitu lagi sih !?" Chika memalingkan wajahnya yang bersemu merah. Seharusnya ia sudah sangat beruntung mendapat cinta yang begitu besar dari Jeremy. Namun ia tak bisa memungkiri ada sedikit hati yang ia sisakan untuk Michael. Sehingga sulit untuk membalas ucapan Jeremy. Chika hanya membalas dengan pelukan.
***
Jeremy dan Chika kembali ke Jakarta, saat melewati lobi apartemen ia melihat sosok pria yang sangat ia kenal. Chika lantas menarik tangan Jeremy dan membawanya berlari ke arah lift. Dengan nafas mereka yang tersengal - sengal mereka masuk ke dalam.
"Kamu, kamu kenapa sih." Jeremy sambil mengatur nafas
"Aku lihat, aku lihat Mon.. Monica.."Chika berbohong sambil menahan dadanya
Tring...
Pintu lift terbuka, mereka berjalan masuk ke apartemen. Namun seseorang menghalangi langkah mereka dari belakang.
"Baru sampai ya, ?" tanya wanita itu, berdua menoleh kebelakang. Wanita itu dengan terusan merah ketat, heels silver dan tas hurmis ditanganya, Chika terbelalak lebar menatap wanita itu.
"Monica?" Jeremy menatap sebelah mata ke arah Chika, bagaimana mungkin Monica tadi dibawah sudah sampai atas duluan. Jeremy heran
"Chik, ini uang tolong belikan 2 ekspresso dibawah sama mocacino dengan krim yang banyak. Ok, ohhh satu lagi. Cemilan juga ya. Tengkyuuu.." Monica gelendot mesra dilengan Jeremy dan membawanya masuk apartemen bersamaan dengan managernya. Chika mematung didepan pintu, kemudian beranjak pergi balik masuk lift setelah melempar tas ke dalam apartemen sampai mengenai manager Monica. Chika hanya mengangkat kelima jarinya, sambil berucap.. "Sorry.." dan ngelengos pergi.
"Mbak, 2 expresso sama 1 mocacino dengan krim yang paling banyak. Macaron mininya 2 kotak ya.." pesan Chika setibanya di caffe depan apartemen. Sambil menunggu didepan kasir.. Tiba - tiba seseorang mengelus kepalnya dari belakang, Chika tersentak dan menolah ke arah orang itu.
"Hay..." sapa pria tersebut dengan ramah, dengan memperlihatkan dua matanya yang sipit bak aktor Korea Park Hyung Sik. Chika tampak meleleh dibuatnya.
"H.. Hay.." Chika balik menyapa, lantas mereka memilih duduk dipojokan ruangan dekat dengan jendela yang menghadap ke jalan raya. Chika merogoh benda pipih dari tas mininya dan menelpon seseorang. Tak berapa lama Roby muncul. Chika berdiri dan menghampiri Roby sambil menyerahkan pesanan Monica.
"Kalau Jeremy tanya, bilang aku lagi ada urusan sama clien. Ok.." bisik Chika pelan pada Roby
"Siaaap, Mbak.." balas Roby sambil ngelengos pergi, Michael tersenyum kembali saat Chika duduk dihadapannya.
***
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Shylla
lanjut Thor
2020-06-02
0