09

Seira Manoko, wanita yang sangat Dion cintai itu meninggal karena kanker pay**ra stadium akhir yang dimilikinya. Dion tak pernah mengetahui karena istri yang ia cintai itu tak pernah cerita dan Dion sendiri tak pernah bertanya tentang kondisi istrinya. Meskipun ia pekerja keras, Dion selalu mengasihi istrinya dengan penuh cinta. Memberikan apa saja pada Seira meskipun ia tak memintanya, hanya satu hal yang tak pernah Dion lakukan. Bertanya apa keinginan Seira, sekalipun Dion berusaha untuk peka membawanya jalan - jalan, menghabiskan waktu cukup berdua saja tanpa Jeremy namun Dion masih kecolongan yang satu itu. Iyaaaa, penyakit Seira yang mematikan.

"Aku sangat terpukul, Jane. Tapi yang ku tahu, hidup kamu lebih parah. Kenapa kamu dulu menolak lamaranku ?" Dion mengenang saat mereka SMA dulu.

"Hhhhh, karena saat itu aku tak ingin menikah. Terutama sama kamu.." cetus Jane tersenyum dingin, Dion tersenyum simpul.

"Lantas apa yang akan kamu lakukan sekarang ?" sambung Jane, Dion menatap gadis polos yang tidur dengan tenang itu, sambil tersenyum.

"Kenapa aku harus serapuh ini, sedangkan wanita sepertimu harus kuat menopang hidup. Apalagi hidup di tempat sempit ini. Sunguh membuatku sesak.."

"Memang kamu mau memperkerjakan aku, dengan usiaku dan anak yang aku miliki ini." Jane mencoba menelisik, Dion tersenyum.

Jane ditempatkan sebagai teller di salah satu bank milik Dion, meski usianya tidak muda lagi dan memiliki anak namun paras Jane yang baby fase mengalahkan segalanya. Jane memasukkan Chika di sekolah favorit, ia masuk dengan jalur prestasi dari SD sampai beranjak SMA, begitu lulus SMA ia pindah ke Sydney untuk kuliah disana jurusan desain grafis. Namun yang ibunya sayangkan Chika lebih memilih menjadi beauty vloger.

Sedangkan Jeremy sejak ditinggal ibunya yang wafat, ia pindah ke Sydney. Hingga usianya 15 tahun baru pindah ke Indonesia dan menjadi bintang iklan pada saat itu. Lantas ditawari beberapa judul sinetron, film hingga ia seterkenal ini. Walaupun sebenarnya ia sudah tajir melintir sejak orok namun keinginanya hanya menjadi aktor terkenal. Sampai usianya beranjak 21 tahun, Dion membawa Jeremy ke Sydney untuk bertemu dan menjemput Chika dan ibunya.

Dengan lampu yang temaram, dua orang laki - laki berjas itu berjalan beriringan menuju private room disalah satu restoran di Sydney. Seorang pelayan membukakan pintu, dua orang wanita yang sangat mirip itu sudah duduk menunggu disana. Jeremy terperangah menatap gadis dengan dress selutut berwarna toska, dan ada hiasan pita kecil bersemayam diatas rambutnya yang bergelombang berwarna coklat. Jeremy terus memandang gadis didepannya itu tanpa berkedip.

"Eheeeem.." Dion mendehem sambil menyikut lengan Jeremy.

"Jeremy, ini tante Jane dan dia Jesika anaknya. Panggil saja Chika. Begitu kan, Jane." Dion memperkenalkan dua wanita didepannya pada Jeremy, lantas dua wanita itu menjabat tangan Jeremy bergantian, saat tangan Jeremy menyentuh tangan Chika seperti ada desiran angin yang menerpa wajahnya.

"Pah, aku mau nikah sama dia." begitu tiba - tiba Jeremy berseloroh membuat seisi ruangan melotot menatapnya heran.

"Kamu tidak akan menyesalkan, atas ucapan kamu barusan ?" Jane curiga.

"Enggak, tante. Ehhh, mah.." jawab Jeremy mantap, Chika makin melotot menatap Jeremy yang sedari tadi melihatnya tanpa berkedip.

"Chika, bagaimana dengan kamu. Apa kamu menerima lamaran kami ?" tanya Dion sedikit ragu. Lama Chika menjawab, ia menatap wajah ibunya disamping, Jane mengisyaratkan dengan anggukan pelan.

"Iyaa, om. Ehhh, pah." jawab Chika dengan wajahnya bersemu merah

"Yeeeeeee..." Jeremy kegirangan.

Dalam waktu yang singkat, tanpa dihadiri banyak tamu hanya ada Chika, Jane, Dion, Jeremy serta beberapa anak buahnya Dion yang menghadiri upacara pernikahan sederhana itu. Karena mereka memang menutupi demi karir masing - masing anak mereka. Bahkan tak ada acara tukar cincin, ataupun buket bunga yang bertaburan dimana - mana.

Dengan kebaya putih yang ia sulap menjadi mini dress itu mampu menggugah jiwa kejantanan Jeremy meronta - ronta. Tanpa aba - aba Jeremy menggendong Chika masuk suit room hotel meskipun orang tua mereka masih disana menyantap hidangan ala kadarnya. Bunga mawar yang dihias membentuk love itu berhamburan dilantai saat Jeremy menyibakkan kainnya hingga terjuntai.

"Apa ini yang kesekian kalinya, kenapa kamu diam dan tampak tenang ?" Jeremy berusaha membuka resleting baju Chika yang ada dibelakang punggungnya.

"Aku rasa bukan tenang, tapi gugup." jawab Chika sekenanya, dan mereka pun menikmati malam pertama.

Namun Chika menitikan air mata, dalam hatinya ia berharap bersama Michael menghabiskan malam pertamanya. Bayangannya jauh berlari - lari ditaman sambil bersepeda ria. Baca buku di perpustakan, main keyboard dengan lagu tak jelas didengar.

"Mich.."

"Apa ?? Chika, lu bilang apa barusan." Jeremy penasaran, Chika menggeleng mantap. Ia terkejut kenapa harus memanggil nama Michael dihadapan Jeremy disaat mereka melakukan malam pertama. Ia berharap Jeremy tidak akan mendengar.

Terpopuler

Comments

Trian -follow IG : @trianmt

Trian -follow IG : @trianmt

next thor

2020-06-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!