18

"Kita berangkat bareng ya Dek? Sekalian cari sarapan dulu!!" Ucap Alam yang sedang memakai sepatunya.

"Enggak ah, malu di lihat teman kantor!!" Tolak Kania.

"Astaghfirullah Dek, apa Kakak ini terlihat tidak pantas jalan sama kamu? Sampai kamu malu begitu?" Alam menatap Kania dengan keningnya yang berkerut.

"Bukan malu karena itu. Tapi aku nggak mau mereka sampai tau tentang kita. Aku nggak mau ada gosip yang nggak baik. Apalagi aku masih baru di sana" Jelas Kania karena takut Alam tersinggung lagi.

"Ya sudah terserah kamu. Tapi kiat cari sarapan dulu ya? Setelah itu kamu bisa naik taksi" Ucap Alam meraih tas jinjingnya.

"Hemmm" Balas Kania acuh, Kania memastikan penampilannya sekali lagi di depan cermin.

"Udah cantik kok, cantik banget malahan" Puji Alam dengan jujur, Kania memang gadis yang sangat cantik. Alam mengaku jika dulu dirinya itu b*ta karena tidak bisa melihat gadis secantik dan setulus Kania.

Kania hanya mengedikkan bahunya saja lalu berjalan mendahului Alam.

-

"Oh ya Dek, password apartemennya berapa?" Tanya Alam saat di dalam lift yang hanya terisi mereka berdua.

"Nanti aku kirim aja!!"

"Kamu mau sarapan apa?" Alam sepertinya tidak membiarkan suasana hening walau sebentar saja.

"Nggak tau, terserah aja deh!!" Jawab Kania acuh.

Namun semua tidak sesuai harapan Alam yang selalu mengajak Kania berbicara. Nyatanya istrinya itu berkali-kali mengabaikannya. Jadi Alam lebih memilih diam.

"Ngapain sarapan disini?" Bibir Kania mengerucut saat Alam memarkirkan mobilnya di dekat gerobak bubur ayam langganan mereka dulu.

"Katanya tadi terserah. Ya usah di sini aja!! Itung-itung nostalgia sama kenangan kita, iya kan?"

"Kenangan menyakitkan ngapain di ingat!!" Balas Kania berhasil menyentil hati Alam.

"Iya, Kakak tau. Kakak minta maaf!!" Alam harus terus sabar menghadapi Kania. Jika dulu dia yang mengabaikan maka kini Kania yang mengabaikan. Alam membiarkan hatinya merasakan apa yang di rasakan Kania dulu.

"Ayo turun!!" Kania dengan malas menuruti perintah Alam. Tidak mungkin kan jika Kania mencari sarapan di tempat lain karena hari sudah mulai siang.

"Bang, buburnya dua ya? Yang satu nggak usah pakai daun bawang!!" Kania melirik Alam yang memesan bubur untuknya. Kania tak menyangka jika Alam masih mengingat jika Kania tidak menyukai daun bawang.

"Iya Mas. Oh pacarnya sudah pulang ya? Biasanya kan sendiri makanya saya heran kok pesan dua" Abang bubur itu melihat ke arah Kania yang duduk agak jauh darinya.

"Iya Bang, tapi sekarang dia sudah jadi istri saya" Pamer Alam dengan bangga.

"Wah selamat ya Mas, setelah lama menanti begitu pulang langsung di nikahi" Ucap tukang bubur itu sambil tangannya meracik bubur pesanan Alam.

Kania semakin mengerutkan keningnya karena mendengar ocehan tukang bubur itu.

"Apa dia curhat ke mana-mana sampai tukang bubur aja tau kalau aku pergi?" Batin Kania kesal.

"Nih Dek buburnya. Spesial tanpa daun bawang buat kamu. Dapat salam juga loh dari Abangnya" Kania menoleh Abang bubur uang ternyata sedang memperhatikannya.

Karena tak enak hati akhirnya Kania memberikan senyum tipis untuk tukang bubur berkumis tebal itu.

"Kenapa dia bisa tau kalau aku pergi? Curcol kemana-mana?" Tanya Kania dengan ketus.

"Jadi kamu dengar omongan kita?"

"Gimana nggak dengar, orang ngomongnya aja keras banget" Gerutu Kania.

"Dulu Abangnya pernah tanya kenapa Kakak kesini sendiri terus, karena biasanya sama kamu. Ya Kakak jawab seadanya aja" Alam mulai menyuapkan bubur ke mulut setelah menambahkan kecap kedalamnya.

"Halah alasan saja" Jawaban Kania mampu membuat Alam kembali tersenyum.

Tak butuh waktu lama ke dua mangkuk itu sudah tandas tak tersisa. Sepertinya energi mereka akan penuh sampai nanti siang karena telah menghabiskan satu mangkuk bubur langganan Kania.

"Kakak pesankan taksi ya?" Ucap Alam. Kania baru ingat kalau dia tidak mau satu mobil dengan Alam sampai kantor.

"Hemmm" Jawab Kania acuh.

"Tenang saja Dek, Kakak sudah menyiapkan beribu-ribu kesabaran untuk menghadapi kamu. Jadi Kakak tidak akan pernah marah jika kamu mengacuhkan Kakak seperti ini" Batin Alam sambil memesankan taksi online untuk istri tercintanya itu.

"Kalau ada apa-apa hubungi Kakak ya Dek. Kakak ada di belakang" Ucap Alam sebelum Kania memasuki taksi yang baru saja tiba.

"Iya" Jawab Kania singkat. Lalu tangannya meraih pintu taksi itu.

"Dek!!"

"Apa lagi?" Kania bertanya malas.

"Kamu nggak pamit sama suami kamu?" Alam mengangkat tangan kanannya ke depan Kania.

"Aku berangkat dulu!!" Kania meraih tangan itu dengan malas. Mengangkatnya hingga ke depan wajahnya, lalu dengan ogah-ogahan menempelkan punggung tangan itu ke bibir Kania.

Setelah itu Kania menaiki taksinya tanpa menghiraukan Alam lagi. Sementara Alam masih berusaha membuat bibirnya berhenti untuk tersenyum.

Kania beberapa Kali menoleh ke belakang, melihat mobil Alam yang terus berada di belakangnya. Kania risih melihat tingkah aneh Alam ini.

"Kenapa juga harus ngikutin? Kenapa nggak duluan aja?" Batin Kania.

***

Hari berjalan begitu cepat bagi Alam setelah menikah dengan Kania. Mungkin rasa bahagianya yang membuat Alam bisa menikmati harinya dengan lepas tanpa beban. Berbeda dengan dulu Alam merasa satu jam saja bagaikan satu hari, karena tidak ada semangat dalam hidupnya setalah kepergian Kania.

Alam sudah keluar dari ruangannya lebih awal dari karyawan yang lain. Ia sengaja menunggu Kania di loby karena sejak tadi Kania belum juga membalas pesannya.

Rencananya Alam akan mengajak Kania untuk berbelanja kebutuhan mereka di apartemen. Mengingat kemarin tidak ada satu bahan makanan pun di sana.

Alam tersenyum melihat sosok cantik berambut panjang yang keluar dari dalam lift bersama karyawan lainnya.

"Kan__" Belum sempat Alam meneriaki Kania. Alam melihat Kania melambaikan tangannya ke arah lain, bukan ke arahnya.

Begitu kecewanya Alam saat Kania menghampiri Farel dengan senyum cantik yang mengembang di bibirnya.

Alam terus melihat keduanya dari kejauhan, sampai Farel membawa Kania pergi dengan mobil mewahnya.

***

Disinilah Alam sekarang, di swalayan dekat apartemen milik Kania. Yah, Alam akhirnya memutuskan untuk berbelanja sendiri tanpa Kania. Alam memang merasakan sakit melihat Kania bersama Farel. Tapi Alam hanya bisa pasrah, tidak bisa menyuarakan rasa cemburunya. Alam takut jika tiba-tiba Kania berubah pikiran dan pergi lagi dari hidupnya.

Alam sudah merasa puas melihat trolinya yang sudah terisi penuh. Pria tampan itu mulai mendorong trolinya menuju kasir. Alam merasa jalannya sudah benar dan pada tempatnya tapi ada troli lain yang menabraknya dari samping. Karena terhalang rak yang cukup tinggi sehingga orang di baliknya tidak bisa melihat kedatangan Alam.

"Maaf saya tidak sengaja" Ucap salah satu orang itu, tanpa melihat Alam

"Tidak masalah" Jawab Alam datar.

"Pak Alam?" Kaget Farel, ternyata orang yang di tabraknya adalah orang yang ia kenal.

"Iya Pak Farel. Mau belanja ya? Silahkan, saya permisi dulu. Mari Bu Kania?" Kania mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk setelah menyadari keberadaan Alam di sana.

Kania seperti dejavu, mendengar suara Alam yang dingin seperti ini, itu membuatnya mengingat Alam tiga tahun yang lalu.

-

-

-

-

-

Happy reading readers, semoga kalian suka!!

Jangan lupa tinggalkan jejak mu😘

Terpopuler

Comments

Siti solikah

Siti solikah

alam rasakan sekarang

2025-03-25

0

niluh eka karyani

niluh eka karyani

Elang, Bela, itu nama karakter dr cerita yg mana

2023-12-10

2

devaloka

devaloka

ya rasanya kania juga gitu dulu

2023-11-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!