Seorang wanita cantik yang terlihat sangat dewasa dari penampilan dan perilakunya sedang duduk di lorong rumah sakit dengan sangat cemas. Dia terus mengigit kuku jarinya, kebiasaanya dari dulu jika di landa kecemasan.
"Kania kamu dari mana saja? Ayah terus-terusan mencari mu. Keadaanya semakin memburuk!!" Dania terlihat sangat lega melihat kedatangan adiknya.
"Maaf Kak, aku baru saja bertemu dengan Farel!!"
"Siapa dia? Apa calon suami yang kau janjikan pada Ayah?" Tanya Dania.
"Iya Kak" Kania menunduk sendu. Dania tau jika adiknya itu sedikit ragu dengan keputusannya.
"Lalu dimana dia sekarang? Kenapa kamu tidak membawanya kesini?? Bukankah kalian akan menikah??" Dania celingukan mencari seseorang.
"Maksud Kakak?"
"Keadaan Ayah semakin memburuk Dek, kata dokter Ayah harus segera di operasi Dek!! Keadaan Ayah semakin melemah!!"
"Apa Kak? Aku mau lihat Ayah sekarang!!" Kania memasuki ruangan Ayahnya dengan wajah sendu.
"Bagaimana keadaan ayah Bun?" Kania menghampiri Bunda yang duduk di samping ranjang Ayahnya.
"Ayah Nak" Bunda memeluk Kania tanpa bisa menjawab apa yang Kania tanyakan.
"Kania? Kamu dimana Nak?" Lirihan Ayah membuat Kania melepaskan pelukan Bunda.
"Kania disini Yah, ini Kania!!" Kania menggenggam tangan Ayah yang terasa dingin.
"Mana calon suami kamu Nak?" Suara lemah itu sangat menyayat hati Kania.
"Sebentar lagi pasti datang kok Yah!!" Bohong Kania. Karena sejujurnya Kania belum menghubungi Farel.
Kedua orang tua Kania memang langsung menyetujui ketika Kania menyebutkan nama Farel yang akan menjadi calon suaminya. Sejak pertama kali mereka bertemu memang Ayah terlihat sangat menyukai Farel. Maka setelah Farel setuju untuk menikahinya, Kania langsung memberitahukan kabar bahagia itu kepada kedua orang tuanya.
"Ayah ingin segera menikahkan kamu. Ayah takut waktu Ayah sudah tidak lama!!" Tangan Kania
terasa di genggam erat oleh Ayahnya.
"Tidak!! Ayah pasti kuat, karena Ayah yang akan menikahkan Kania!!" Kania berusaha tersenyum meski hatinya menolak.
Dania memeluk sang Bunda dengan menahan isak tangisnya. Ia tak mau Ayahnya mendengar jika semua orang menangisinya. Dania juga merasakan sakit melihat Ayahnya dalam keadaan berjuang antara hidup dan mati, meskipun Dania hanya anak angkat.
"Kakak!!"
"Iya Dek?" Dania mengusap air matanya lalu mendekat ke Kania dan Ayahnya.
"Tolong bantu aku menyiapkan pernikahan ini, aku akan menghubungi Farel. Kita akan menikah sekarang juga!!" Keputusan Kania saat ini tentu saja membuat Dania dan Bunda menjadi kebingungan.
"Kak??" Panggil Kania sekali lagi.
"Dek, bisa Kakak bicara sebentar?" Dania membawa adiknya keluar dari ruangan itu.
"Ada apa sih Kak?" Kania berhenti setelah sedikit menjauh dari kamar sang Ayah.
"Dek, kamu yakin dengan pernikahan ini? Pernikahan bukan hal yamg main-main!!" Dania tau jika adiknya itu tidak yakin dengan keputusannya sendiri.
"Aku Yakin, harus yakin demi Ayah!!" Jawab Kania dengan lugas.
"Dek, boleh Kakak tanya?" Dania sedikit ragu.
"Tanya apa? Bukannya Kakak sudah dari tadi bertanya?" Jawaban Kania tidak membuat Dania tersinggung sama sekali.
"Apa kamu masih mencintai Al__"
"Sudahlah Kak, jangan bahas soal itu lagi!!" Kania selalu saja menolak saat Dania menyinggung tentang masa lalunya.
"Maafkan Kakak"
"Lebih baik Kakak bantu aku siapkan semuanya sekarang, kita sudah tidak ada waktu lagi!!" Akhirnya Dania melakukan apa yang diinginkan adiknya. Ia mulai mengambil ponselnya, menghubungi beberapa orang yang bisa membantunya.
Kania mencari nama Farel dalam riwayat panggilannya, kemudian dengan tidak sabar memencet ikon bergambar telepon do sana.
"Halo Kania, ada apa?" Sahut Farel tanpa menunggu waktu lama untuk mengangkatnya.
"Rel, bis nggak kamu datang ke rumah sakit sekarang?" Kania tidak bisa menutupi rasa gugupnya.
"Memangnya ada apa? Ayah kamu kenapa?"
"Kita harus menikah sekarang juga Rel, keadaan Ayahku semakin memburuk!!" Kania mengeluarkan isak tangisnya.
"Tenang Kania, kamu jangan menangis. Aku akan ke sana sekarang juga. Aku akan menikahi mu!!" Farel tanpa berpikir panjang mengikuti kemauan Kania untuk menikahinya walau tanpa adanya cinta dari Kania.
"Cepatlah Rel, aku tunggu!"
***
Di ruangan yang penuh dengan rasa haru itu sudah siap seorang gadis cantik dengan balutan kebaya putih sederhana. Wajahnya yang cantik hanya di selimuti bedak tipis dan rambutnya di biarkan tergerai tertutup selendang berenda berwarna putih.
Hanya tinggal menunggu satu orang lagi yang belum hadir di sana yaitu calon pengantin pria.
Wajah Ayah yang tadinya pucat pasi kini terlihat cerah dan berseri. Kania tidak menyangka jika menuruti keinginan Ayahnya bisa membuat sang Ayah menjadi sebahagia ini.
"Permisi Bu, apa calon pengantin prianya bisa di hubungi lagi? Soalnya kita harus segera membawa pasien ke ruang operasi!" Ucap seorang perawat yang bertugas mendampingi Ayah. Karena setelah pernikahan ini berlangsung, Ayah akan segera berbaring di meja operasi.
"Tunggu sebentar Sus!! Biar anak saya mencoba menghubungi calon suaminya" Bunda mencoba menahan Suster yang akan membawa suaminya.
"Sebentar Suster, biar saya hubungi lagi" Kania sedikit menyingkir dari beberapa orang yang ada di sana termasuk penghulu dan dua orang saksi yang Kania sendiri tidak tau Dania mendapatkan mereka darimana.
Terakhir kali Kania mendapat kabar dari Farel adalah saat pria itu mengatakan dalam perjalanan ke rumah sakit. Tapi setelah itu ponselnya tidak bisa di hubungi lagi.
Kania tak putus asa, dia tetap mencoba menghubungi Farel meski hanya jawaban dari operator yang Ia dapatkan.
"Gimana Nak?" Bunda juga mulai khawatir dengan Kania yang terlihat kebingungan. Kania hanya menjawab pertanyaan Bunda dengan gelengan.
"Saya mohon tunggu sebentar lagi ya Suster?" Ucap Kania.
"Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi Nona!" Sahut suster itu sudah mulai jengah. Ia beberapa kali mengecek keadaan Ayah yang semakin menurun.
"Sebentar saja Sus, saya mohon!!" Kini Dania memohon kepada Suster yang berbadan gemuk itu.
"Baiklah tapi tidak bisa lama" Sahutan itu membuat Kania sedikit bernapas lega. Hanya sedikit tidak banyak.
Kania masih mondar-mandir dengan ponselnya yang berulang kali di tempelkan di telinganya. Wajah cemasnya tentu saja tidak bisa di sembunyikan walau wajahnya sudah tertutup bedak.
"Kamu Yakin Farel mau menikah denganmu?" Dania sedikit berbisik kepada Kania.
"Kenapa Kakak bicara seperti itu!!" Kania menatap Dania tajam.
"Kakak ragu karena sampai sekarang dia belum juga datang!!" Kania ingin membalas perkataan Dania namun suara Ayahnya membatalkan niatan itu.
"Kania!!" Panggil Ayah yang terbangun dari tidurnya.
"Iya Ayah, ini Kania Yah. Lihat Kania sudah siap untuk Ayah nikahkan!!" Kania memperlihatkan penampilannya kepada Ayahnya.
"Putri Ayah memang cantik!" Senyuman lemah menghiasi wajah Ayah.
"Dimana calon suamimu?" Ayah mencoba melihat sekelilingnya yang tidak menemukan pria yang akan menjadi menantunya.
"Sebentar lagi pasti datang kok Yah!!" Kania mengusap tangan Ayahnya.
Sudah beberapa menit berlalu tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan Farel. Ponselnya juga masih sama, tidak bisa si hubungi.
"Permisi, ini sudah lebih dari batas watu yang di berikan oleh Dokter. Kita haris segera ambil tindakan!!" Suster itu bersuara lagi.
"Betul Bu, saya juga harus menikahkan di tempat lain!!" Penghulu yang sedari tadi diam kini mulai memprotes kedatangan mempelai prianya yang sangat lama.
"Saya mohon tunggu sebentar lagi, pasti calon suami saya segera datang!!" Mohon Kania menahan tangisannya.
"Sebenarnya dimana calon suami kamu Nak?" Tanya Ayah dengan suaranya yang hilang timbul.
"Saya calon suaminya!!" Sahut seseorang dari pintu yang baru saja di bukanya.
-
-
-
-
-
Happy reading😘
Jangan lupa tinggalkan jejak mu!! 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Siti solikah
farel atau alam
2025-03-25
0
Muawanah
alam dah aahh
2025-03-22
0
Heryta Herman
hhuuuuhh..si alam???...
memang ya..alam dan dania tdk punya perasaan...memaksakan kehendak sendiri..egois..
2024-06-27
0