Part 4

Sinta meletakkan sepedanya di parkiran. Saat ia turun teman-temannya pun sudah menunggu dirinya. Ia melambaikan tangan kepada mereka semua.

"Sinta!" Seru mereka kepada Sinta.

Sinta lantas tersenyum lebar lalu berlari ke arah mereka.

"Hey, semalam kamu kenapa tidak ikut nongkrong?"

Shinta pun berpikir beberapa kali. Tapi benar tidak ada gunanya jika ia ingin membohongi mereka. Ujung-ujungnya mereka juga tahu bahwa dirinya semalam mendapatkan hukuman.

Terlebih malam tadi harus mengerjakan membuat soal sebanyak 100 soal. Itu bukanlah sesuatu pekerjaan yang mudah. Apalagi soal tersebut harus dicatat menggunakan tulis tangan bukan diketik.

"Biasalah kerjakan tugas."

Mereka pun tertawa. Karena sejatinya mereka tak pernah peduli dengan tugas. Mereka juga datang ke sekolah bukan untuk sekolah tapi untuk adu gaya dan juga untuk bertemu teman-temannya.

"Rajin amat Kamu ngerjain tugas. Mending nganggurin aja," hasil salah satunya yang sudah seperti iblis di dalam geng mereka.

Sinta pun memutar bola matanya. Jika ia bisa pun dia akan melakukan hal tersebut. Tapi dirinya sudah berjanji kepada orang tuanya agar tak mengecewakan Ayah dan ibunya.

"Maaf tapi mama dan papa Aku pasti bakal marah ke aku tuh aku nggak dikasih uang jajan lagi," keluh Sinta.

Perjalanan beberapa tahun menempuh pendidikan di sini cinta baru sadar jika dirinya terlalu mengabaikan tugas. Hal itu ya sadari bukan karena nasehat dari Nicholas akan tetapi ia melihat orang tuanya yang selalu saja mengharapkan dari dirinya yang terbaik.

Sinta berpikir, sesekali membuat orang tuanya senang bukanlah sesuatu hal yang buruk. Ia pun bertekad untuk mengerjakan tugas.

Makanya beberapa hari belakangan ini ia jarang sekali berkumpul dengan teman-temannya.

"Maaf, tapi karena kita sudah mau semester akhir makanya aku coba mau mengambis. Lagi pula kan ini terakhir kalinya kita berada di sini."

Mereka pun ini berpikir. "Bener juga sih."

Geng yang sangat terkenal dengan kenakalannya itu pun berjalan masuk ke dalam kelas dan menjadi perhatian orang-orang saat ia berjalan melewati koridor.

Tak lama Bel tanda masuk pun berbunyi. Sinta dan kawan-kawan lantas masuk ke dalam kelas. Hari ini adalah pelajaran matematika. Pelajaran salah satu yang paling sulit menurut anak-anak murid.

Teman-temannya baru saja datang sudah menggibah. Entah kenapa akhir-akhir ini Sinta sendiri juga malas untuk bergabung dengan mereka. Mereka juga tak merasa aneh dengan Sinta. Karena memang cinta yang paling berbeda di antara mereka. Bisa disebut ialah yang paling polos di dalam geng tersebut.

"Eh sebentar lagi kan ada acara ulang tahun sekolah."

"Bukan sebentar lagi. Tapi besok malam cuy, makanya tuh anak OSIS pada kerja rodi hari ini,"kata Melani menjelaskan.

Sinta pun tertarik dengan pembicaraan mereka. Yang memandang ke arah teman-temannya.

"Serius? Sebentar lagi dong kalau gitu?"

"Yap sebentar lagi," ucap Margaretha.

"Wih siap-siap nih baju buat party."

"Ada party nya juga?" tanya Sinta sangat terkejut. Sebab tak biasanya ada party juga.

"Iya tuh tumben banget, kan?"

"Banget malahan."

Melani pun memandang ke arah Sinta.

"Gimana nih Sin? Pergi gak malah besok?"

"Eum liatin aja deh."

"Kamu harus pergi. Pokoknya di antara kita semuanya harus pergi," ucap Margaretha. "Gak mau tau, kamu juga Sinta harus pergi. Lagipula ini adalah moment langka. Apa pengen ngesia-siain moment kita?" tanya Margaretha.

"Iya-iya aku pergi."

"Yey entar aku kasih kamu baju bagus pokoknya," ucap Melani sambil mengedipkan matanya.

____________

Sinta membuka kotak yang diberikan oleh Melani. Karena kata perempuan itu ia wajib mengenakan baju tersebut.

Namun saat melihat isinya malah ia sangat terkejut dengan isi di dalam kotak itu. Benar-benar di luar nalar.

Sinta pun mengambil baju dari dalam kotak tersebut. Seketika matanya membulat melihat baju kurang bahan  yang sangat tak masuk di akal jika ia mengenakan baju tersebut.

Mengenakan baju pendek saja Sinta tak mau apalagi harus mengenakan baju tak berbahan tersebut. Anak itu tetap menjaga kesopanan di era anak muda yang banyak mengumbar keindahan tubuh mereka.

Sinta bertepuk jidat saking tak menyangka dengan isi dari kado tersebut. Ia pun melemparkan baju itu dan menarik napas panjang.

Ia tak akan menggunakannya. Sampai kapan pun tak akan. Meskipun teman-temannya yang menyuruh dirinya. Tetap saja kehormatan nomor satu.

Sinta pun berjalan ke arah lemarinya. Ia mengobrak-abrik lemari tersebut demi mendapatkan pakaian yang pas dikenakannya nanti.

"Si Melani niat kasih baju ke aku gak sih? Kenapa kesannya kaya gak ikhlas kek gitu?" tanya Sinta tak mengerti akan hal tersebut. Wanita tersebut menarik napas panjang dan kemudian menatap lemarinya dengan pasrah. Karena memang ia tak tahu harus menggunakan baju yang mana. Karena menurutnya semuanya sangatlah bagus.

"Aku benar-benar merasa bingung."

Pintu kamarnya pun terbuka. Hampir saja jantung Sinta copot, tapi untungnya wanita itu bisa bernapas dengan lega setelah melihat siapa orang yang telah datang.

"Mama."

Sang mama memerhatikan Sinta dengan lamat-lamat dan merasa bingung.

"Kenapa kamar berserakan?"

Hampir saja sang ibu emosi. Tapi langsung dipeluk oleh Sinta untuk menahan amarah sang ibu agar tak meluap.

"Mama santai dulu. Jadi gini, Sinta mau cari baju buat ngerayain ulang tahun sekolah."

"Tidak pakai seragam memangnya?"

Sinta pun menggaruk kepalanya. "Tidak Ma. Kan acara kek party gitu Ma. Malam ini."

Nurul sangat kaget dengan ucapan anaknya. Ia pun menatap sang anak dengan sangat dalam.

Apa yang baru saja disebutkan anaknya tadi? Seperti Party dan tengah malam? Itu sangat membahayakan.

"Kamu yakin mau pergi? Itu bahaya buat kamu lho. Kenapa sih ibunya malah buat acara gak bermutu. Itu jelas-jelas gak baik, acara party tengah malam kaya gitu. Emang gak ada moral yah. Perasaan kamu kemarin sekolah di sana gak ada acara kaya gini," omel sang ibu yang merasa tak terima jika anaknya harus pergi ke acara yang mirip seperti tempat club' tersebut. "ini siapa yang jadi guru? Memang gak bener nih lama-lama sekolahnya. Gak tau apa itu bahaya buat anak-anak di bawah umur."

"Jadi Sinta boleu pindah sekolah dong?" semangat wanita itu.

Sang ibu menatap Sinta dengan pandangan yang sangat tajam. Ia pun menarik napas panjang dan kemudian mendekati anaknya.

"Mama hanya marah. Kamu mau pindah cari duit yang banyak. Biaya masuk situ mahal, dan kamu mau pindah."

"Ishhh," sesal Sinta. Padahal ia ingin sekali pindah sekolah. Sebab terlalu lelah karena guru yang bermana Nicholas sialan itu. Apakah guru itu tidak bisa mati saja? Sinta benar-benar membencinya.

_________

TBC

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.

Terpopuler

Comments

ˢ⍣⃟ₛ🍾⃝𝓡ͩ𝓱ᷞ𝔂ͧ𝓷ᷠ𝒾𝓮ͣᴸᴷ㊍㊍

ˢ⍣⃟ₛ🍾⃝𝓡ͩ𝓱ᷞ𝔂ͧ𝓷ᷠ𝒾𝓮ͣᴸᴷ㊍㊍

mungkinkah akan terjadi one night incident with my teacher di party..?? 21+++ gak kak ceritanya...??? hehe

2022-12-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!