Sinta pun melempar tas nya ke sembarang arah. Wanita itu berbaring di sofa.
Akhirnya setelah seharian penuh dengan rasa lelah yang sangat luar biasa akhirnya terbayarkan sudah. Sinta menghirup udara dengan sangat rakus dan menikmati keheningan yang mencengangkan di rumahnya.
Hingga pada akhirnya sang ibu yang berdiri di depannya mengejutkan Sinta. Sinta lantas bangun dan menatap sang ibu dengan menyengir.
"Mama!"
"Kamu ini kebiasaan belum buka sepatu. Buka dulu baru berbaring. Lihat ini sofa Mama jadi kotor," omel sang ibunda kepada Sinta.
Sinta pun menggaruk kepalanya. Wanita itu pun dengan malas membuka speatunya lalu menaruhnya di tempat rak sepatu.
"Itu udah ma."
"Dasar punya anak gadis kok kaya gini. Tidak ada peduli dengan sekitar. Kamu hanya tahu dengan urusan kamu saja," ucap sang ibu sambil mengomel.
Sinta paling malas mendengar sang ibu jika sudah mengomel. Ia datang ke rumah untuk mencari ketegangan setelah di sekolah dirinya malah jadi bulan-bulanan orang dan apalagi ia sangat kesal kepada guru yang tak bisa berbaik hati jika membagi tugas dan juga hukuman.
Sinta bahkan merasa sangat lelah sekali dengan guru yang bernama Nicholas. Ia ingin sekali pindah sekolah jika bisa.
"Sinta. Kamu dengerin Mama, tidak?"
"Dengerin! Mama Sinta selau dengerin ucapan Mama dan Sinta juga sudah hapal apa yang akan mama bilang," ucap Sinta yang terlampau sangat lelah.
"Bagus jika kamu selalu dengerin Mama. Tapi lebih bagus lagi kalau kamu mendengarkan juga diterapkan di dalam kehidupan kamu. Ini jangan masuk telinga kanan keluar telinga kiri," omel sang ibu.
"Iya mamaku sayang." Sinta menghampiri sang Ibu dan mengacu pipinya. "Udah ya Mah jangan marah-marah, nanti Mama cepat tua loh," ujar Sinta santai.
Sang ibunda lantas berkacak pinggang. "Kamu tidak perlu berkata seperti itu. Karena mama emang udah tua."
Sinta berpikir dua kali lagi. Ia rasa apa yang diucapkan oleh ibunya juga sangat benar. Bahkan ingin diamati seperti apapun emang ibunya sangat tua. Pantas saja dia suka marah-marah kepada Sinta.
"Mama emang tua. Sinta baru sadar."
"Dasar anak kurang ajar kamu yah. Masuk sana ke kamar kamu. Belajar yang benar. Kamu ini kerjaannya selalu aja yang tidak ada faedahnya."
Sinta pun teringat dengan surat pemanggilan orang tua. Apa ia akan berikan sekarang saja surat tersebut kepada sang ibu. Tapi apakah setelah ini akan ada perang dunia ketiga saat ia memberikan surat tersebut.
"Mama, ada surat cinta dari Sinta."
Sang ibu pun mengerutkan keningnya merasa penasaran dengan surat yang dibicarakan oleh Sinta.
"Surat seperti apa?"
Sinta pun mengeluarkan surat tersebut dengan pelan-pelan. Ia tersenyum jahil kepada sang ibunda.
"Tara!! Ini adalah surat cintanya. Jangan lupa dibaca yah," ujar Sinta dan kemudian langsung berlari.
Wanita itu masuk ke dalam kamarnya dengan kecepatan kilat. Sementara itu, sang ibu yang belum tahu apa-apa pun merasa heran.
Ia memandang ke arah sang anak dan menggelengkan kepala.
"Anak itu dasar. Membuat setres orang tua saja."
Nurul pun membuka amplop tersebut. Ia sangat hati-hati dan juga amat penasaran dengan isinya.
Ia membaca surat itu dan seketika matanya membulat saat mengetahui dari mana asal surat itu dan apa isinya.
"Dasar anak kurang ajar!" geram Nurul dan mengacak-acak surat tersebut. Napasnya pun memburu. Tampaknya bom atom siap menghajar negara api. "SINTA!!"
_________
Seharian penuh dirinya disidang di dalam ruangan BK. Ruangan yang sangat menakutkan bagi anak-anak yang lain.
Tapi tidak dengan Sinta yang sudah biasa keluar masuk ke dalam ruangan BK. Bahkan ruangan ini tak asing lagi dengan dirinya.
"Sinta!"
Sinta pun menatap ke arah sang ibu. Ia menarik satu alisnya. Tampaknya ibunya sangat syok setelah tahu kebiasaan Sinta di sekolah.
"Kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan benar-benar keterlaluan. Jika ayah mu tahu kamu akan habis. Kamu ini kenapa jarang mengerjakan tugas. Terutama tugas Fisika? Dan kamu juga ternyata sering bolos. Sikap kamu ini kira-kira benar tidak Sinta? Kamu mengecewakan Mama."
Sebenarnya ada kesedihan yang sangat mendalam di lubuk hati Sinta saat mendengar kekecewaan sang ibunda. Ia belum bisa menjadi anak yang seperti diharapkan oleh ibunya.
"Maafkan Sinta." Sinta yang terkenal nakal itu pun tahu caranya meminta maaf.
Karena memang dia hanya pemalas tak ingin mengerjakan tugas dan sering terlambat saja. Selebihnya ia sangat baik dan juga peduli dengan sesama. Ia tahu berada di dalam geng yang salah.
Di mana teman-temannya merupakan anak-anak nakal yang tak memiliki atitude dan juga suka merosting orang dan bahkan tak pandang bulu, guru-guru pun kerap menjadi korbannya.
Tapi hanya Sinta lah yang masih memiliki nilai kebaikan atitude, namun berbeda jika dengan Nicholas. Ia akan menjadi siswi yang paling menyebalkan di sekolah.
"Ingat Sinta mulai hari ini kamu jangan lagi melakukan kesalahan yang sama. Apakah kamu tidak kasihan kepada orang tua kamu?"
Sinta pun memandang orang tuanya. Siapapun pasti akan sangat kasihan kepada orang tuanya. Tak terlebih dirinya yang juga merasakan hal yang sama.
"Sinta tahu Sinta salah. Tapi Sinta tidak bisa berjanji."
Sang ibu pun mulai lelah dengan putri kandungnya. Ia pun berdiri dari tempat duduknya dan langsung keluar dari ruang BK.
"Ingat Sinta! Jangan pulang jika kamu tidak ingin merubah sifat buruk mu itu."
Sinta pun terdiam. Dirinya memang salah dan Sinta pun mengakuinya.
Tiba-tiba ada orang yang muncul di depan Sinta. Jantungnya hampir saja copot karena kehadiran orang itu yang sangat tiba-tiba.
"Kenapa sih Pak?"
"Kamu sudah puas dengan ceramah di dalam? Apa kamu masih belum mengerti juga dengan apa yang kamu lakukan?"
Sinta pun berpikir sejenak. Perasaan dirinya tak melakukan keslahan apapun di dalam.
"Apaan sih Pak."
"Nasehat orang tua itu didengarkan jangan kamu abaikan. Sudah menjadi kebiasaan kamu mengabaikan nasehat orang," ucap Nicholas.
"Bapak sok tau banget."
"Jelas saya tahu banyak tentang kamu. Karena kamu adalah murid saya. Ingat pelajaran Fisika nanti ada pr. Awas saja jika Pr kamu belum selesai."
Sinta pun bertepuk jidat. Ia baru ingat jika ada pr hari ini. Habislah dirinya sudah karena Sinta lupa untuk mengerjakan pr tersebut.
Ia bahkan tak ingat apapun sama sekali tentang pr tersebut.
"Maaf Pak dari pada saya lama nungguin Bapak masuk, jadi Sinta bilang sekarang aja kalau pr nya Sinta gak kerjakan."
"Tunggu hukuman saya di kelas," ucap sang guru.
Nicholas tak mau ambil pusing karena hanya mengurus Sinta. Muridnya tidak hanya satu Sinta saja tapi juga sangat banyak. Dengan sifat yang beragam pula.
______
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
🍾⃝𝓡ͩ𝓱ᷞ𝔂ͧ𝓷ᷠ𝒾𝓮ͣᴸᴷ㊍㊍
haiis.. hati hati pak Nikolas.. entar jatuh cinta loe kalo bencinya berlebihan..
2022-12-04
1