BAB 06 - Mahkota Itu di Kepala.

Hanya lelaki tolol yang membuat wanitanya kesakitan.

Itu adalah slogan Justin karena memang dia selalu berhasil membuat wanitanya mendessah nikmat, bukan teriak lantaran sakit. Begitu yakin dia akan membuat Agny merasakan hal yang sama. Tidak hanya Justin, wanita itu juga mencoba percaya jika pria ini tidak akan membuatnya kesakitan.

Akan tetapi malam ini faktanya yang terjadi justru berbeda, semua bohong dan Justin masuk kategori pria tolol yang sempat dia maksudkan. Agny benar-benar mengutuk pria yang kini tidur membelakanginya. Sakitnya masih terasa dan kini bisa-bisanya dia seakan Justin buang begitu saja.

"Dasar pembohong, menyesal aku percaya," gumam Agny ingin sekali menarik rambut Justin hingga akarnya tercabut semua.

Beberapa menit berlalu wanita itu kini menatap langit-langit kamar, sejuta mimpi harus Agny kubur malam ini. Butiran kristal mengalir dari pelupuk matanya.Tangis Agny bukan hanya karena sakit secara fisik, melainkan batinnya itu juga terluka. Hancur sudah, tidak ada Agny yang suci seperti janjinya pada diri sendiri.

Agny menyesal? Tidak, sama sekali dia tidak menyesal meski memang garis takdirnya luar biasa menyakitkan. Dia tidak punya cara, hanya dengan cara ini hutang mendiang papanya dianggap lunas. Meski paham jalan ini sangat-sangat salah, Agny hanya sebatas manusia lemah tanpa kuasa yang ingin berbakti pada sang papa terakhir kalinya.

Dengkuran halus Justin terdengar, tampaknya pria itu benar-benar terlelap setelah berhasil mendapatkan Agny seutuhnya malam ini. Tiada Agny duga, dia yang berusaha bertahan sesulit itu nyatanya tetap jatuh juga ketika uang berkuasa.

Meski Justin terlelap begitu nyenyak, Agny sama sekali tidak bisa tidur dan kini duduk seraya menaikkan selimutnya hingga menutupi leher. Rambut panjang tergerai menutupi punggungnya, mungkin malam ini Agny tidak akan tidur sama sekali.

Di saat yang sama Justin tiba-tiba terbangun karena merasa ada sesuatu yang berbeda di sampingnya, dia hendak memeluk tubuh wanita itu namun Agny tidak lagi berbaring di sampinynya. Dia menyipitkan mata kemudian terkesiap kala mendapati Agny sedang duduk dengan tatapan kosong ke depan.

"Aaarrrgghhh!!" pekik Justin benar-benar membuat telinga Agny bahkan terasa sakit.

"Kaget ... kenapa posisimu harus seperti itu?" tanya Justin masih menyesuaikan napasnya, pria itu memang terkejut apalagi rambut panjang Agny terurai hingga punggungnya.

Agny tidak menjawab, dia hanya terdiam kemudian beralih menatap ke luar seakan tengah meratapi sesuatu yang benar-benar hilang. Justin bangun, masih dengan keadaan polos dan keduanya hanya berlindung di bawah selimut itu.

"Kenapa? Apa sakitnya berlanjut?"

"Tidak, aku insomnia," jawabnya sebenarnya berbohong karena faktanya memang masih merasakan sedikit sakit.

Jawaban Agny membuat Justin mengerutkan dahi, bukankah seharusnya selepas melakukan hal semacam itu wanita juga akan tidur nyenyak, lantas kenapa Agny justru tidak bisa tidur.

"Katakan padaku, kenapa? Tidak mungkin hanya insomnia," ucap Justin kemudian meraih dagu Agny agar dapat menatap wajahnya dengan jelas, pria itu terhenyak kala melihat mata wanita di hadapannya sudah memerah lantaran tangisnya.

"Kenapa menangis? Menyesal?"

"Tidak, hanya sedih saja ... secepat itu aku rusak," jawab Agny tersenyum getir kemudian menepis tangan Justin yang berusaha menenangkannya.

"Rusak? Rusak apanya?"

"Wanita tanpa mahkota, rusak, 'kan? Mamaku pernah bilang begitu sebelum dia pergi tahun lalu," ungkap Agny kemudian, dia berusaha menahan air mata pada akhirnya hancur juga.

"Mahkota yang mana? Mahkota itu di kepala, bukan di sana ... tidak ada istilah wanita rusak, sama saja," ucap Justin kemudian, dia paham apa yang Agny tangisi. Akan tetapi semua memang sudah terjadi lantas mau bagaimana lagi, pikirnya.