part 16 bertengkar.

Aldrich menarik dan mengeluarkan napas dengan kasar, tidak mau berdebat dengan Livy, sambil menahan miliknya yang minta segera di tuntaskan, Aldrich membawa Livy keluar sampai didepan pintu kamar.

" Terserah apa katamu, dan cepat buatkan makan malam untukku dan harus sudah siap saat aku selesai membersihkan diri. " Perintah Aldrich.

" ta-tapi tuan Aldrich, aku tidak bisa memasak?" Livy menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa bingung tidak tahu harus melakukan apa.

"Kau harus bisa! karena sekarang kau tinggal di panthouse ku, apa kau lupa dengan peraturan yang sudah kita buat? " Aldrich berkata dengan tegas.

Livy menggeleng cepat.

" Tentu saja aku ingat, mana mungkin aku melupakan nya. "

" Bagus, sebutkan." Aldrich tersenyum pongah.

" Aku harus menuruti setiap perintah yang kau berikan dan tidak boleh membatah." Ucap Livy sambil mengepalkan kedua tangannya berusaha menahan emosinya saat teringat gara-gara menghindari ibunya dirinya terpaksa membuat perjanjian tersebut dengan Aldrich.

kalau saja ibu dan ayah akur tidak selalu bertengkar, mungkin aku tidak akan terjebak di tempat ini.

" God! jadi pergilah kedapur cepat buatkan makan malam." Ucap Aldrich dengan wajah datar langsung menutup pintunya dengan kasar, Aldrich tersenyum smirk sembari masuk kedalam bathroom.

" Hei! Tunggu.." Teriak Livy sambil menggedor-gedor pintu didepannya itu, namun tidak ada sahutan dari dalam kamar, Livy mendengus kesal memilih pergi kedapur sambil terus mengumpat Aldrich Dalam hati.

.

.

Setengah jam kemudian

Setelah selesai membersihkan diri Aldrich menatap kamarnya yang berantakan seperti kapal pecah karena ulah Istrinya.

" Mau sampai kapan aku bisa bertahan tinggal bersama wanita pemalas dan cerewet seperti dia, apa dia itu tidak bisa melakukan apapun selain menghamburkan uang." Gumam Aldrich dalam hati, lalu mengancingkan piyama tidurnya berjalan keluar kamar menuju dapur, karena perutnya sudah kelaparan.

" What! apa lagi ini?" Aldrich menatap membelalak terkejut saat melihat meja makan yang berantakan, cangkang telur dan sayuran berserakan di mana-mana. " Astaga mukamu itu" Aldrich menatap Livy yang terdiam berdiri di samping meja terlihat wajahnya belepotan, rambutnya acak-acakan, Aldrich pun menghela napasnya.

" Apa seperti ini caramu memasak, lama-lama bisa hancur dapurku ini oleh mu," Aldrich menyesal sudah membiarkan istrinya kedapur. " Mana makan malam untukku," tanya Aldrich menatap curiga kearah piring berisi nasi yang warnanya hitam gelap, lebih tepatnya mungkin gosong atau kebanyakan di beri kecap.

Dengan perlahan Livy mendorong piring itu.

" Ini tuan," Livy tersenyum menyeringai dalam hati.

" Apa ini? " Aldrich pun memakan sesuap nasi itu.

" Nasi goreng spesial" Ujar Livy dengan bangga.

" Bhruuf " Detik itu pula Aldrich menyemburkan kunyahan nasi di mulutnya tepat di wajah Livy.

" Tuan Aldrich ....!" Teriak Livy menggema di ruangan panthouse tersebut.

" Hei! kau pasti sengaja ingin meracuni ku ya, dengan membuat nasi goreng asin seperti ingus mu itu!" Sentak Aldrich tak kalah keras sambil menatap dengan tajam wanita di depannya yang terlihat sangat marah.

Livy yang kesal langsung meloncat kearah Aldrich dan menjambak rambut Aldrich dengan kuat, Aldrich pun tak mau kalah ikut membalas menjambak rambut Livy dan terjadi lah aksi saling menjambak diantara mereka berdua.

tit... tit..

Suara bel pintu panthouse pun berbunyi namun Aldrich dan Livy tidak mempedulikan suara itu.

Tit ..tit..

Lagi-lagi bel berbunyi membuat Aldrich dan Livy saling tatap sesaat, saat suara bel terus berbunyi, hingga mereka berdua mulai tersadar.

" Apa kau mengundang temanmu?" Tanya Aldrich menyelidik pada Livy, dengan mereka masih saling menjambak.

" Tidak ," Livy menggeleng, pikirnya ia tidak membuat janji dengan siapapun. Detik berikutnya di susul suara benda terjatuh dan umpatan.

" Aldrich!!, " Teriak Livy dengan wajah penuh emosi saat melihat suaminya melepaskan dirinya dan berlalu pergi begitu saja ke ruang depan. " Sial! apes banget hari ini ." Gerutu Livy bangkit berdiri sambil mengusap pantatnya yang mencium lantai.

" Mau kemana, ini ada paket untukmu." Seru Aldrich saat melihat Livy hendak pergi dari ruang dapur. Wanita itupun membalik badannya.

" Paket? Aku tidak belanja online, mungkin salah kirim itu kurir." Livy menautkan alisnya seraya menatap paper bag di tangan Aldrich.

Aldrich mendekati Livy dan menyarahkan paper bag itu pada Livy. " Hadiah dari kakek untuk mu." Kata Aldrich dengan wajah di tekuk lalu berjalan menuju kamarnya.

" Suruh istrimu memakai nya saat kalian bercinta dan cepat buatkan kakek cicit, sebelum pria renta ini pergi dari dunia ini" pesan kakek.

"Kakek kau sungguh keterlaluan, aku sudah menuruti menikahi wanita nakal dan cerewet itu, tapi sekarang meminta cucu, aarrrgh" Umpat Aldrich dalam hati.

Livy yang bingung melihat sikap Aldrich langsung berlari mengejar Aldrich menuju kamar." Eh.. tunggu aku!" Serunya sambil mengambil isi di dalam paper bag tersebut.

" Kenapa kakek memberikan aku baju seperti ini " Tanya Livy pada Aldrich sembari merentangkan baju saringan tahu itu.

Aldrich membalikan badannya menatap pada Livy, lagi-lagi istrinya itu sangat cerewet, seharusnya diumur istrinya yang sudah dewasa itu, tentu tahu apa kegunaan baju haram itu.

" Untuk dimakan ... " Aldrich mentoyor kening Livy dengan kesal. " Jelas-jelas itu baju tidur ya tentu buat tidur. " Aldrich berjalan menuju meja kecil lalu membuka laptop nya dan mulai mengerakkan mouse di tangan kanannya perlahan sambil matanya fokus ke kolom pencarian di laptop nya itu.

" Aku tahu, tapi ini terlalu tipis aku tidak biasa menggunakan baju seperti ini " Livy membolak balik baju haram itu. sembari melirik kearah Aldrich, atau lebih tepatnya matanya menangkap sebuah kalender mini diatas meja kecil tersebut.

" Kalau kau tahu kenapa masih bertanya." Aldrich menghela napas berat. dengan tetap fokus pada kegiatannya.

" ah.. aku lupa aku harus mengerjakan materi untuk besok!" Pekik Livy saat teringat pelatihan di kampusnya ia langsung berlari keluar dari ruangan sembari melempar asal baju haram di tangan nya dan tepat mendarat di atas kepala Aldrich.

" Livy!!" Teriak Aldrich dengan lantang dan menengok kebelakang hendak membuat perhitungan dengan istrinya, namun sudah tidak ada keberadaan Livy di ruangan tersebut. " **** dia sudah kabur ." Umpat Aldrich menatap kesal pada baju saringan tahu di tangannya.

" Maaf kek sepertinya untuk yang satu ini aku belum bisa memenuhi keinginan kakek, untuk memberikan cicit, aku tidak mencintai nya." Monolog Aldrich memejamkan matanya sesaat lalu kembali membukanya perlahan.

" Drrrt..... Drrrttt...." Aldrich menatap ponselnya dengan senyum menyeringai. Ia segera menutup laptopnya lalu bejalan keluar dari ruangan.

" IM come back." Aldrich tersenyum devil menyambar kunci mobilnya lalu mengecek kamar Livy terlebih dahulu, setelah memastikan Livy sudah tidur ia bergegas pergi dari panthouse nya tidak lupa menugaskan dua pengawal pribadi untuk berjaga di sekitar panthouse.

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Mampir lagi.lanjut..💪

2023-01-11

1

Aerik_chan

Aerik_chan

Humorku retjeh sekali 🤣🤣 😅

2023-01-09

2

宣宣

宣宣

makin seru .... nexttttt kak..... semangatttttt 💪💪💪

2023-01-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!