part 13

Di sebuah panthouse yang mewah dan megah, halaman yang luas dan kolam renang dengan air yang jernih menggoda setiap mata yang melihat untuk menyelami air jernih tersebut, nampak di dalam ruangan penthouse dua insan tengah berdebat kecil.

" Pokoknya aku tidak mau tinggal disini Aldrich!" marahnya wanita berambut pirang itu melipat tangannya di depan dada sambil merengut kesal.

" Terserah kau saja, mau tetap tinggal disini bersama ku atau tinggal di jalanan, kau tinggal pilih yang mana?, aku sih tak masalah kau tidak mau tinggal di panthouse ku ini." Ujar seorang pria dengan santainya menatap dalam dan tajam pada wanita di hadapan nya itu.

Livy di buat terkejut dengan Aldrich yang tiba-tiba mengatakan bahwa mereka mulai sekarang akan pindah dan menetap di panthouse milik suaminya itu yang letaknya berada di tengah kota, dengan alasan tak masuk akal.

Karena livy telah menghamburkan uang sesuka hatinya dan berujung pada sebuah hukuman Livy harus membersihkan panthouse dan melayani semua kebutuhan suaminya itu.

Livy menggeleng cepat dan kebingungan, seingatnya pekerjaan rumah itu hanya di lakukan oleh para pelayan, karena memang sejak kecil hingga dewasa Livy tidak pernah memasak atau mencuci, bahkan Janson dan Melisa selalu memanjakan Livy putri tunggalnya itu.

Tentu livy gelisah berada jauh dari kakek Abraham sebab kakek suaminya itu sangat menyayanginya, walau kedekatan Livy dan kakek terbilang singkat, tapi, sikap penyayang kakek mampu membuat wanita itu merasa di hargai dan mendapatkan kasih sayang.

" Tapi, aku tidak tahu caranya beberes apalagi memasak, lagi pula aku tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah semacam itu," jelas Livy memang benar adanya.

Mendengar itu Aldrich langsung mendekat menyentuh dagu istrinya agar mendongak menatap wajah nya.

" Maka dari itu kau harus belajar menjadi wanita sungguhan, bukan hanya bisa menghamburkan uang cuma-cuma." Sindir Aldrich dengan telak membuat Livy salah tingkah berada dalam posisi sedekat itu, memang itu benar kenyataanya.

Livy memutar bola matanya berkali-kali ia kehabisan akal untuk mencari sebuah alasan.

" em, tapi kan-?"

" Tidak ada tapi-tapian, ingat jangan lupa saat aku pulang harus sudah ada makanan kau paham, aku masih ada pekerjaan di kantor jadi baik-baik lah di sini." Ucap Aldrich dengan tegas. Setelah melepaskan cekalan dari dagu istrinya.

" Oke,oke, kau tenang saja semuanya pasti beres," balas Livy menyeringai selintas ide muncul di otaknya, ia segera memesan sebuah jasa pembantu paru waktu online di ponselnya.

" God girls ... " Aldrich mengacungkan jempolnya kearah Livy lalu menyambar jasnya di sofa. " Aku pergi dulu, jaga dirimu." Pamit Aldrich kemudian meninggalkan Livy di ruangan tersebut.

" Aku pasti baik-baik saja, kecuali Dirimu yang merenggut first kiss pertama ku ," Celetuk Livy berhasil menghentikan langkah Aldrich tepat di ambang pintu. pria itu membalik badan menatap Livy dengan alis berkerut.

" CK, wanita seperti mu belum pernah berciuman, cupu banget dan ya, bagus lah aku menang banyak atas dirimu." Ejek Aldrich memutar tubuhnya berlalu pergi dari sana, senyum tipis terlukis di wajah tegasnya, ada rasa bangga dalam dirinya ternyata dia laki-laki pertama menyentuh istrinya.

Tidak sia-sia usahanya membujuk kakeknya supaya mengizinkan nya membawa Livy pindah ke panthouse miliknya agar lebih leluasa mengerjai istri kecil pembangkang nya tersebut.

" Hei, aku bukan cupu yaak dasar suami luknut !" Maki Livy tidak terima berlari keluar ruangan mencoba mengejar suaminya sampai didepan pelataran panthouse tapi percuma mobil Aldrich sudah berjalan keluar gerbang.

Dengan gontai Livy kembali masuk kedalam sambil menunggu seorang pekerja paruh waktu nya datang Livy menonton siaran drama Korea one night in Dubai kesukaannya di ruang tengah.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***