Alam hari ke delapan

Di alam bangsa horgat, biasanya suku Desa Nangtaruh menyebut dengan istilah alam hari ke delapan. Yang juga merupakan tempat persembunyian manusia ketika menggunakan Ilmu selisih besi. Ilmu selisih besi adalah Ilmu yang digunakan oleh manusia untuk menghilangkan raga mereka ketika disergap banyak musuh.

Bangsa horgat adalah salah satu bangsa makhluk astral yang mengalirkan ilmu sihir putih kepada manusia pilihan, jadi mereka adalah makhluk astral pendamping manusia yang bergelar dukun secara turun temurun, dan tugas dukun beraliran sihir putih adalah untuk menolong dan mengobati bangsa manusia.

Panglima Karwasan Dalih Enggar memanggil para bala tentaranya, dan berbagai macam jenis makhluk bangsa horgat telah berkumpul dan siap menerima titah penguasa alam horgat itu.

Sebenarnya kejadian yang menimpa Panglima Meruya benar-benar di luar kendali mereka, tak satupun dari mereka yang tau dengan kejadian yang menimpa Panglima Meruya hari itu, kejadian itu seolah terselubung dan tak dapat ditembus oleh indra bangsa horgat. Panglima karwasan dalih enggar yang merupakan sahabat pendamping Panglima Meruya pun tak mengetahui perihal kepergian sahabatnya ke tempat itu, karena Panglima Meruya merapalkan mantra rengkuluh yang membuat Panglima Karwasan dan yang lainnya tak bisa mendampingi kepergian panglima Meruya dihari tetakhirnya.

Mantra rengkuluh adalah mantra dimana ketika sang tuan memutuskan ikatan batin dengan para sahabat pendamping dari bangsa horgat.

Panglima Karwasan Dalih Enggar menunjukan penglihatan Moya yang telah menggunakan ilmu louguning kepada para bangsa horgat.

"Wahai bangsa horgat ... Pusaka teluganwiru dan nyawa panglima Meruya telah hilang oleh tangan orang-orang itu!!" seru Panglima Karwasan dalih enggar dengan suara yang terdengar menggelegar.

Seketika suara riuh memenuhi alam perkumpulan bangsa Horgat.

Brrrruggg ... Brrruuuggg ... Brrrruuuggg

Langkah berat dan besar menyisir kerumunan bangsa horgat, terlihat Bagariung makhluk bertubuh besar, bercula merah, berbulu hitam lebat, dan bermata merah darah menghadap pada panglima Karwasan.

"Wahai tuanku panglima Karwasan Dalih Enggar, Izinkan hamba mendampingi Moya si penerus Panglima Meruya." Bagariung meminta izin kepada Panglima Karwasan dalih enggar.

Bagariung dan para tentaranya yang berjumlah ribuan roh merupakan pengendali senjata pusaka tumbak gahan. Tumbak gahan adalah senjata yang diwariskan secara turun temurun dalam garis keturunan Panglima Meruya. Tumbak gahan konon selain dijadikan senjata untuk menumpas musuh juga bisa menjadi tunggangan tuannya dengan kekuatan ribuan roh di bawah kendali Bagariung.

"Hamba juga!!" sahut Datu Sranjani, Perempuan cantik bertanduk perak.

Datu Sranjani adalah pengendali senjata pusaka pipit perunai. Konon pipit perunai adalah kumpulan roh hewan kecil yang dipelihara di dalam sebuah botol dan hanya diberi makan logam seperti besi dan timah saja. Senjata pipit perunai bisa diperintahkan untuk menyerang dan melukai musuh.

"Izinkan hamba juga untuk mengemban tugas ini wahai Panglima Karwasan Dalih Enggar!!" sergah Tlagam, yang merupakan makhluk astral pemimpin kumpulan roh pengendali mandau maya. Mandau maya adalah senjata mandau yang tak kasat mata yang bisa menebas organ dalam musuh, sejauh mata sang tuan memandang.

"Baiklah, aku perintahkan kalian wahai tiga punggawa penguasa pusaka sakti!! mendampingi Moya sang penerus Panglima Meruya, untuk mengambil kembali pusaka teluganwiru yang hilang, dan untuk membalas perlakuan laknat para bedebah serakah yang tak termaafkan!!" perintah Panglima Karwasan Dalih Enggar pada tiga punggawanya.

Ketiga punggawa sakti utusan alam horgat pun menerima titah penguasa mereka.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***