Di meja makan, Karina tidak berselera untuk makan, namun ia harus tetap menjaga sikap nya di depan orang tua nya. ia benar-benar muak melihat Arman yang ada di samping nya saat ini.
Tiba-tiba ponsel Arman berbunyi, Karina spontan menoleh dan melihat ke ponsel Arman yang ia letakan di samping piring, nama Olivia yang menghubungi Arman. Karina tersenyum dan memutar bola mata malas nya karena ini jelas kedua nya masih berhubungan baik.
Arman yang tahu ia melakukan kesalahan lagi pun hanya bisa mematikan telefon dari Olivia. Olivia yang ingin bertemu dengan Arman dan meminta penjelasan tentang apa yang ia dengar dari Bu Windi pun merasa kesal karena Arman mengabaikan nya.
"Kenapa tidak di angkat Nak.", Tanya pak Anwar.
"Dari kantor Pak, nanti saja."Saut Arman.
Karina menghela nafas sesak yang sejak tadi ia rasakan, sungguh muak ia ingin segera mengakhiri makan mereka.
••
"Pak, Buk, Saya akan pulang ke rumah Mama karena Ada urusan, tidak apa-apa kan, saya tidak disini."Ucap Arman. mendengar hal itu Karina barulah menoleh kearah Arman, karena ia rasa pria ini bisa di ajak kerja sama.
"Tapi Mama kamu tidak apa-apa kan?, sehat kan?." Tanya Bu Ningsi.
"Tidak Bu, Sehat saja."
"Oh ya sudah, hati-hati ya."Ucap Bu Ningsih lagi. Arman pun mengiyakan sembari menoleh ke arah Karina yang lansung membuang pandangan nya.
Setelah berpamitan, Arman pun pergi dengan enggan, ia ingin keluarga kecil nya kembali, ingin tetap di rumah ini bersama Sisi dan Karina, tapi saat ini ia rasa sangat tidak mungkin.
"Karina, Kamu ada masalah sama Arman ya?." Tanya Bu Ningsi. Karina agak kaget mendengar pertanyaan ibu nya. Ia melihat dan ragu untuk menjawab.
"Kok ibu tanya begitu??" Jelas karena ia sudah menjaga sikap nya untuk menutup masalah mereka berdua. namun naluri seorang ibu seolah membuat perasaan seorang ibu menyadari kalau Menantu dan Anak nya sedang tidak baik-baik saja.
"Ibu mu itu dari rumah merasa khawatir sama kalian, Makanya Ibu ajak Bapak mu buat ke sini melihat kalian, Apa kalian baik-baik saja nak?." Tutur Bu Ningsi kembali dengan pertanyaan yang sama.
Karina sejenak terdiam, lalu ia pun ragu rasa nya ingin menjawab. tiba-tiba Bu Windi datang dan mengagetkan Karina.
"Kalian merayakan keberhasilan sudah merebut harta anak saya ya?, merayakan kesedihan putra saya ya setelah bercerai."Ucap Bu Windi.
Karina melihat keluar dan melihat Arman sudah pergi, seperti nya Arman tidak tahu ke datangan ibu nya disini.
"Bu Windi, apa maksud anda seperti itu?." Tanya Bu Ningsi tidak mengerti, ia bertanya kembali dalam kebinggungan. Karina merasa geram melihat ibu mertua nya, tapi mulut nya seolah tidak bisa mengatakan apa pun saat ini, terlebih saat ini ada Ibu dan Ayah nya.
"Tanya Putri anda ini, bagaimana perasaan nya setelah bercerai dengan Arman. menikmati rumah putra ku dan mendapatkan jatah bulanan setiap bulan, itu kan yang dia ingin kan." Ucap Bu Windi.
"Bercerai?". Pak Anwar dan Bu Ningsi melihat Karina yang tampak diam.
"Bener kah itu nak?, kalian sudah bercerai?." Tanya Bu Ningsi.
"Silakan duduk dulu Bu Windi, kita bisa bicarakan dengan kepala dingin, Jujur kami baru tahu tentang hal ini, Bahkan Arman barusan saja pergi tidak memberitahu kami hal ini."Ucap Pak Anwar. mendengar Arman baru saja dari Sini, Bu Windi agak terkejut. namun masih bersikap biasa saja.
"Tidak usah duduk, saya ingin mengingatkan Karina untuk tahu malu sedikit, Dia sudah memilih menceraikan Arman, aarti nya dia sudah siap dengan resiko nya, hidup sendiri dan berjuang sendiri. Paling tidak, tahu malu sedikit untuk mengingat kalau rumah ini milik putra saya, tapi masih memiliki muka untuk tetap tinggal disini."Ucap Bu Windi. Perkataan ibu mertua nya itu sangat lah menyakitkan bagi Karina.
Bahkan rumah ini pun Menjadi masalah bagi mertua nya itu.
"Arman sampai detik ini masih tidak bisa melupakan mu, Paling tidak pergi jauh jauh, sampai Arman tak mampu menemukan kalian."Ucap Bu Windi lagi.
"Cukup Bu Windi, saya rasa anda sudah keterlaluan, kalau Putri saya sampai menceraikan putra anda, pasti putra anda sudah melakukan hal yang sangat sulit untuk di maafkan, Sekarang kalau saya tanya pada anda, kesalahan apa yang di perbuat putra anda, apa anda ingin memberitahu saya, biar saya dengan lansung dari anda." Ucap Bu Ningsi yang jadi ikut kesal karena Mulut Bu Windi terus berbicara dan merendahkan putri nya.
"Kalian semua sama saja, tidak tahu diri, kalau bukan karena anak saya, saya rasa kalian masih hidup memgembel."Ucap Bu Windi lagi.
"Sesusah susah nya kami Bu, kami tidak pernah sampai mengemis, kami mejadi petani membesarkan anak saya. saya rasa anda yang harus mengoreksi diri anda, kelakuan anda saja seperti ini, tidak seperti orang tua yang baik, kalau putra anda melakukan kesalahan saya rasa itu cerminan dari diri anda."Ucap Bu Ningsi lagi.
"Bu, udah buk."
Bu Windi kesal mendengar perkataan Bu Ningsi. "Percuma bicara sama kalian, dengar ya, ini adalah rumah putra saya, segera tinggalkan rumah ini kalau kalian masih punya malu." Ucap nya lagi sebelum akhir nya ia berjalan pergi.
Bu Ningsi sangat geram rasa nya ingin menghajar Bu Windi dan menarik nya kembali, namun Pak Anwar menahan nya.
•••
Bantu Like dan Vote nya ya teman-teman, karya ini sedang di ikuti lomba menulis, Mohon dukungan nya untuk tekan 👍 dan ❤️ nya ya.
Makasih semua nya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Sukliang
hei nenek bau tanah lum2 sdar2 juga
2024-04-15
0
Kezia Kalimah
peran cewe goblok dan bloon..
2024-03-14
0
Windi
amit amit Karina letoy bin bodoh
2023-03-09
1