Resah...

Saat aku membuka pintu rumahku, jantungku hampir saja terlepas!

Duniaku seolah berhenti sejenak!

Aoyama!

Dia berdiri di hadapanku sekarang!

Dia menatapku dengan tatapan penuh kekecewaan, terlebih, ketika dia menatap ke arah gundukan besar di perutku.

Matanya berkaca-kaca menatapku...

"Siapa sayang...?" Young Joon menghampiri kami

Dia menatap Aoyama dengan tatapan tidak suka, kemudian merangkulku.

"Masuklah, kami sedang sarapan sekarang, istriku..."

"Tidak usah, aku hanya mampir sebentar untuk memastikan alamat yang temanku berikan." Ucap Aoyama

Aku dapat melihat ekspresi wajah Aoyama.

Aoyama tampak terpukul melihat apa yang baru saja dia saksikan.

"Baiklah, aku permisi dulu." Ucapnya kemudian ia berlalu

Namun, dia tiba-tiba menghentikan langkahnya, dan berbalik ke arah kami.

"Selamat, atas kebahagiaan kalian." Ucapnya lagi, kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

Young Joon menyadari apa yang saat ini ku rasakan.

Dia segera mendekap erat tubuhku, dan membelai lembut rambutku.

***************************

Aku masih memikirkan kejadian tadi pagi.

Ini benar-benar membuatku tidak bisa tidur!

Young Joon sudah terlelap seraya mendekap tubuhku dari belakang, seperti biasa.

Aku melepaskan dekapan Young Joon, dan segera bangkit dari ranjang entah hendak melakukan apa. Namun tiba-tiba, Young Joon menarik tanganku pelan

"Kau mau kemana?" Suara Joon terdengar parau

"Aku mau pipis." Aku berkilah

Young Joon tiba-tiba bangun dari tidurnya.

"Ayo, biar ku antar."

Young Joon terbangun, dan segera berdiri di hadapanku.

Yeah... Young Joon selalu melakukan ini setiap kali aku terbangun di malam hari.

Entah itu karena ingin buang air, ataupun hanya sekedar minum.

Ini bermula ketika kami mulai kembali hidup bersama di Berlin.

Ketika aku bertanya kepadanya tentang hal ini, dia selalu menjawab...

"Aku sudah pernah merasakan sakitnya ditinggalkan, dan aku tidak ingin, itu kembali terulang."

Percaya atau tidak, selama di Berlin, aku selalu ikut ke kantor Young Joon, setiap kali Young Joon bekerja.

Dia tidak pernah membiarkanku hilang dari pengelihatannya, walaupun hanya sedetik.

******************

"Ada apa denganmu!" YoungJoon tampak kesal sesaat setelah mencumbuku.

Ini adalah kali ke-5 aku menolak ajakannya untuk bercinta, lebih tepatnya, 5 hari setelah kedatangan Aoyama.

Aku mengalami depresi yang cukup hebat, hingga cukup mengganggu mood ku ketika di atas ranjang. Di tambah lagi, ada sesuatu yang tidak beres denganku!

Perutku merasakan nyeri yang cukup menganggu. Dan saat ini, nyerinya terasa lebih hebat dari sebelumnya!

Perutku terasa tegang sekali!

"Sayang... Ada yang salah dengan perutku..." Aku meringis kesakitan, seraya memegang perutku.

Keringat dingin sudah membasahi wajahku.

Young Joon terbangun, dan segera menyalakan lampu meja, lalu menatap wajahku khawatir.

"Wajahmu pucat sekali, sayang..." Young Joon benar-benar khawatir melihat keadaanku.

"Kita ke rumah sakit sekarang juga!" Serunya!

Young Joon segera bersiap!

Sedangkan aku masih terus meringis menahan rasa sakit yang setiap detik, terasa semakin hebat!

Aku dapat merasakan sesuatu mengalir dari area sensitifku.

Dan ketika aku membuka selimut yang menutupi bagian bawah tubuhku, berapa terkejutnya aku, melihat begitu banyak darah disana!

Aku terbelalak, dan lemas setika!

"J-joon..." Ucapku lirih.

Young Joon yang tengah mengenakan pakaian, segera menghampiriku!

Dan betapa terkejutnya dia, melihat keadaanku saat ini!

Matanya terbelalak, dan dengan sigap membopong tubuhku!

Entah apa yang terjadi selanjutnya, karena semua menjadi gelap sekarang...

Aku hanya dapat mendengar samar-samar, suara Young Joon memanggil namaku.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***