Meraih Cintanya
Dentingan sendok, pisau, spatula, wajan panci dan alat masak lainnya sudah terdengar jelas di dalam dapur rumahnya yang berukuran 5x6 meter persegi itu.
Seorang perempuan menggelung rambutnya dengan asal saja. Peluh keringatnya membasahi sekujur tubuhnya saking capeknya beraktifitas di dalam dapur.
Suasana sarapan pagi itu sangat berbeda selama ini Sanjana selalu menghabiskan waktu makannya hanya sendiri saja, tanpa ada yang menemaninya melewati makannya. Tetapi kali ini berbeda halnya dengan hari-hari yang telah lalu. Hari itu keluarga suaminya meramaikan suasana.
Semua ini berkat kedatangan kedua mertuanya serta tamu yang tidak diundang yaitu kekasih gelap suaminya, membuat suasana pagi itu terasa hangat dan ramai. Tiba-tiba Pak Ahmed Muller menyodorkan sebuah amplop putih ke hadapan putranya.
Apa yang dilakukan oleh Pak Ahmed Satya Muller membuat Sayed Alfarizi Satya Muller keheranan serta kebingungan dan sama sekali tidak mengerti apa isi dari amplop itu. Sayed mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti.
Sayed menatap ke arah papanya,"Maaf Papa, amplop ini isinya apa? Kenapa aku diberikan amplop?" tanyanya Sayed dengan raut wajah kebingungan serta keheranan.
Pak Kamal tersenyum, "Bukalah Sayed! Papa yakin kamu pasti bahagia," titah Pak Ahmed.
Sayed hanya tersenyum tipis dan langsung menatap kearahnya Sania bukannya menatap kearah istrinya melainkan menatap ke Sanjana yang hanya terdiam sembari mengunyah makanannya.
Sania Mirza Hakim malah melototkan matanya yang di tatap sudah memperlihatkan wajah tidak senangnya dan cemberut seketika.
"Tapi Papa! Aku itu sangat sibuk di kantor dan lagi banyak tender proyek kerjasama yang saya tangani, apa kata pimpinan aku apa lagi aku hanya karyawan biasa saja, jika harus meminta izin untuk berlibur," Sayed berkilah yang berdalih untuk mencoba menggagalkan rencana kedua orang tuanya tersebut.
"Kalau masalah itu kamu tenang saja, tidak perlu kamu risaukan, biarkan papa yang mengurus semuanya, lagian Papa juga sudah berbicara langsung dengan kakak sepupu kamu dan dia mengizinkan kamu untuk cuti beberapa hari, malah Ardiansyah tidak masalah papa heran kamu yang sepertinya keberatan dengan usulannya Papa!" jelas Pak Kamal.
Sayed semakin berulah untuk menolak, "Aku hanya karyawan biasa Papa dan baru mendapatkan promosi kenaikan jabatan jika aku dengan seenaknya libur apa nanti katanya karyawan lain Papa?" Sanggahnya Sayed.
Sayed mati-matian berusaha untuk meyakinkan ayahnya agar segera membatalkan niatnya mereka untuk memberikan hadiah bulan madu ke Labuan Bajo.
Sayed kembali menatap kearah Sania dan meminta persetujuan secara tidak langsung darinya. Apakah harus menyetujui permintaan dari kedua orang tuanya atau tidak. Sania yang di tatap seperti itu hanya tersenyum sepintas lalu menganggukkan kepalanya. Dia sudah memiliki rencana khusus untuk itu semua itu. Sania hanya diam-diam menganggukkan kepalanya tanda setuju saja.
Sania tersenyum penuh maksud, "Aku harus ikut bersama mereka, agar bulan madu mereka tidak jadi kenyataan, kalau Sanjana sampai hamil, Mas Sayed pasti menggagalkan rencana pernikahan Kami yang sudah ada di depan mata." Batinnya Sania Mirza.
Sania segera mengarahkan pandangannya dan menatap kearah Sanjana dengan tatapan yang sangat licik dan tersenyum penuh arti.
"Aku berharap semoga saja Mas Sayed setuju dengan permintaan dari papanya dan semoga sebagai suami di sana nanti bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami yang selama ini tidak pernah sedikitpun dia lakukan walaupun kami belum saling mencintai dan aku akan berusaha untuk membuat Mas Sayed jatuh cinta padaku." batinnya Sanjana dengan penuh harap agar impiannya jadi kenyataan.
Sayed mulai kesal dengan semua keputusan Papanya yang sepihak itu, "Tapi, seharusnya semuanya dibicarakan terlebih dahulu denganku, jangan langsung mengambil keputusan sepihak saja, apa papa sama sekali tidak menghargai ku!" gerutu Sayed yang mulai naik emosinya yang sedikit kecewa dengan keputusan dari kedua orang tuanya itu.
Pak Ahmed bmenatap jengah kearah anak tunggalnya itu, "Papa! tidak ingin mendengar kata tapi lagi dari Kamu oke," Gertaknya pak Kamal yang langsung berdiri dan tidak setuju dengan penolakan dari anaknya itu.
Ibu Trie Husnah pun mengikuti langkah suaminya dan tidak ingin lagi mendengar penolakan atau kata-kata apapun yang terlontar dari mulut putranya itu.
Mereka hanya berharap rencana mereka itu berhasil sehingga Sanjana setelah pulang dari Labuan Bajo bisa segera hamil calon cucu mereka.
"Ya Allah… semoga saja rencana kami berjalan lancar sesuai dengan harapan kami," batinnya Bu Husnah seraya membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
Berselang beberapa menit kemudian, Sania dan Sayed pamit untuk berangkat ke kantornya bersama. Sanjana ingin mengantar suaminya hingga ke depan pintu, tapi langkahnya terhenti karena langsung dicegah oleh Sayed tanpa peduli dengan perasaan yang dialami oleh Sanjana.
Pak Ahmed dan istrinya Bu Trie Husnah Muller setelah makan pagi berpamitan kepada anaknya dan juga menantunya itu. Sanjana Arimbi Agung.
"Makasih cukup di sini saja, karena Mama dan papa sudah tidak ada lagi disini, bersihkan saja sisa makanan yang ada di meja!" Bentaknya Sayed.
Sayed langsung merebut tasnya dari dalam genggaman Sanjana dengan kasar. Ia kembali hanya bisa terdiam dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Tidak perlu seperti itu juga Mas Sayed, kalau Mas enggak mau tidak perlu kasar begitu juga!" Ketusnya Sanjana.
Sanjana kemudian melirik kepergian suaminya dengan tatapan biasa saja. Mereka tanpa berucap sepatah kata pun, sedangkan Sanjana langsung berjalan ke arah sahabatnya itu setelah merasa Sayed sudah berada di dalam mobilnya.
Sanjana pun membisikkan sesuatu ke telinganya Sania, tapi sebelum membisikan perkataan tersebut Sanjana celingak-celinguk terlebih dahulu dan memperhatikan sekelilingnya untuk memastikan jika mereka hanya berdua saja di tempat itu. Sanjana melakukan hal itu agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. Ia ingin bermain cantik menghadapi pelakor tersebut.
"Aku yakin kamu udah lihat kan apa yang kami lakukan semalam dan itu bukan yang pertama kalinya kami melakukan hal itu, bahkan kamu melakukan lebih dari apa yang kamu lihat semalam dan bersiaplah setelah di Labuan Bajo kamu akan lebih terluka lagi, aku bersumpah akan segera menendang kamu dari kehidupan rumah tanggaku!" Sarkasnya Sanjana yang hanya Sania yang dengar perkataan dari istri sahnya kekasihnya tersebut.
Sanjana berjalan berlenggak lenggok di hadapan Sania yang sengaja bergaya seperti itu untuk mengejek dan menghina pelakor yang sudah berani mengganggu ketentraman keluarganya. Ketidakberdayaan Sania menjadi kemenangan dari Sanjana.
Sanjana jika di hadapan suaminya akan berpura bersikap lemah dan jika ia hanya berdua dengan Sania selingkuhan suaminya Sayed.
Mobilnya Sayed perlahan-lahan meninggalkan garasi rumahnya dan menuju perusahaan tempat mereka bekerja. Sayed dan Sania satu perusahaan cuma beda divisi, Sayed di divisi keuangan sedangkan Sania di divisi Humas. Tetapi, hari ini Sania tidak masuk kerja karena kurang fit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Dian Daeng Baji
ceritanya baru lagi
2022-12-03
0
Fitry Resky Nero
aku berharap punya mertua yang baik pula
2022-12-03
3
Fia ismail
mertua yang baik 🤭
2022-12-03
2