Alih-alih yang datang Jemmy dan sebelumnya pamit membelikan Amel sarapan, malah Tianka yang langsung menerobos masuk tanpa permisi. Amel yang tengah menyisir rambutnya sambil mematut penampilannya di depan cermin wastafel di sebelah meja kerja, menatap malas kedatangan Tianka. Tianka sudah langsung menatapnya dengan sinis. Seperti kejadian kebanyakan dan seolah sudah menjadi tradisi sekaligus kebiasaan, pelakor selalu lebih galak bahkan merasa lebih berkuasa dari istri sah.
“Harusnya kamu sadar kalau kamu enggak lebih cantik dari aku!” sinis Tianka sembari bersedekap.
Amel mengerjap menatap heran Tianka, tapi kemudian ia menyikapinya dengan masa bodo. Ia memilih fokus menyisir rambut sepunggungnya. Terlebih baginya, apa yang tengah Tianka lakukan menegaskan, wanita cantik yang merasa jauh lebih baik darinya itu, malah takut kepadanya. Amel yakin, Tianka menganggapnya sebagai ancaman, dan bisa jadi, alasan wanita itu ke sini sengaja untuk menyerangnya melalui beberapa tawaran yang akan Tianka sanggupi, asal Amel pergi dari kehidupan Jemmy.
“Lihat lah, tubuh kamu hanya tinggal tulang. Kenapa juga kamu sibuk berdandan, kamu pikir, kamu bisa lebih dari aku!” Tianka makin ketar-ketir terlebih yang ia serang malah mengabaikannya.
“Andai aku dan Jemmy sampai punya anak—” Tianka yakin apa yang ia katakan barusan langsung menjadi jurus pamungkasnya menghancurkan Amel. Namun seperti sebelumnya, Amel tetap mengabaikannya.
Tianka terpejam pasrah terlebih di depan sana dan hanya berjarak sekitar empat meter darinya, Amel yang berdiri menyampinginya sampai kembali memoles bibirnya dengan gincu merah, padahal tanpa dipoles lagi, bibir berisi milik Amel sudah merah. Kenyataan yang sukses membuat seorang Tianka makin ketar-ketir. Tianka takut, melalui kecantikannya Amel makin membuat Jemmy bertekuk lutut, andai istri sah dari laki-laki yang ia cintai itu makin cantik.
“Aku punya tawaran menarik untuk kamu dan aku tidak akan mengulangnya, jadi pastikan kamu memanfaatkan kesempatan ini!” tegas Tianka.
Amel tetap diam meski ia masih bisa mendengar dengan baik. Ia memasukkan gincunya ke dalam tas kosmetik berwarna pink yang kemudian ia masukkan ke dalam tas bepergiannya di sebelah wastafel.
Geram karena Amel terus mengabaikannya, Tianka berkata, “Aku akan memberimu apa pun, asal kamu melepaskan Jemmy. Aku punya segalanya bahkan keluargaku lebih kaya dari orang tua Jemmy. Tinggalkan Jemmy dan aku akan memberimu semuanya. Benar-benar semuanya!”
“Aku mau mulutmu,” sergah Amel sengaja memotong ucapan Tianka. Ia menatap datar sekaligus dingin Tianka yang seketika bungkam menatapnya tak percaya.
Amel memang tidak sampai meledak-ledak seperti apa yang Tianka lakukan. Namun, balasan Amel barusan sukses membuat seorang Tianka merasa tertampar.
“Aku ingin merobek mulut kamu yang selalu seenaknya memaki orang lain. Lalu, aku juga ingin nyawa kamu agar dunia ini tidak makin kotor oleh kelakuan orang seperti kamu!” lirih Amel yang masih berucap tegas. “Hanya itu, tapi bisa aku pastikan, kamu tidak sanggup, terlebih sekarang saja meski aku hanya diam, kamu sudah ketakutan!”
Tianka menggeragap. Ia menghela napas asal kemudian berkata, “Aku tidak memberikan kedua permintaanmu sebagai pilihan.”
Amel menatap geli sembari menyeringai kepada Tianka.
“Pilihlah, daripada kamu sama sekali tidak memilih dan otomatis tidak mendapatkan apa-apa, terlebih bisa aku pastikan, setelah ini, Jemmy tidak bisa berpaling dariku lagi!” ucap Tianka. Di depan sana, Amel mengambil sebuah mug putih berukuran besar dan masih mengepulkan uap, dari meja kerja wanita itu. Kenyataan tersebut menegaskan isi mugnya dalam keadaan panas dan bisa jadi tak kalah panas dari dada Tianka yang bergemuruh menahan takut. Iya, ia takut kepada Amel karena setelah apa yang terjadi, Jemmy tetap memilih wanita itu.
Dalam diamnya, jauh di lubuk hatinya sana, Tianka sibuk memaksa otaknya untuk berpikir, menyusun rencana agar ia mampu menakuti Amel dan berakhir membuat istri sah dari laki-laki yang sangat ia cintai, mundur atau malah ... mati.
“Aku akan memberimu banyak uang agar kamu bisa hidup mewah dan juga, membangun gubuk tak bermutu ini yang kamu sebut, butik!”
“Asal kamu tahu, alasan Jemmy memilih kamu hanya karena dia pura-pura. Jemmy kasihan kepadamu terlebih ... terlebih lihatlah kamu yang sekarang! TAMPANG KAMU BENERAN MENYEDIHKAN, MEL!”
Namun bagi Amel, jauh di lubuk hatinya, makin Tianka sibuk bicara sekaligus meyakinkannya, makin jelas pula bahwa wanita itu takut bahkan ketakutan kepadanya.
Sembari menyesap cokelat panasnya dan itu merupakan cokelat panas buatan Jemmy sebelum pria itu pergi mencari sarapan untuk mereka, Amel mendekati Tianka.
“Tadi sebelum pergi, Jemmy membuatkan aku cokelat panas. Kamu mau?” tanya Amel sambil tersenyum manis kepada Tianka meski jauh di lubuk hatinya, ia sudah sibuk memaki wanita cantik di hadapannya. Berbeda dari biasanya, kini kedua mata Tianka yang kembali dihiasi softlens warna hazel, tampak sembam bahkan bengkak. Amel yakin, kenyataan tersebut terjadi karena Tianka sudah menangis dalam kurun waktu sangat lama. Selain itu, Tianka yang sibuk meyakinkannya bahwa Jemmy hanya kasihan kepadanya, terlepas dari Tianka yang juga tengah memberinya tawaran agar ia mundur, tampak sangat gelisah. Tianka benar-benar tidak bisa tenang.
“Kamu takut kepadaku?” Amel menyeringai dan sengaja mengejek Tianka.
Setelah mendengkus kesal sambil menatap marah Amel, Tianka nekat merebut mug berisi cokelat panas dari tangan kanan Amel. Tianka berniat menyiramkan cokelat panas tersebut ke wajah dan juga bagian tubuh Amel yang lain, termasuk dada, misalnya. Sayangnya, seruan yang Jemmy lakukan membuat konsentrasinya buyar dan malah ia yang mendapatkannya dari Amel.
Cokelat panas yang awalnya akan Tianka guyurkan ke wajah Amel, malah menimpa wajah dan turun ke dadanya. Tianka menjerit histeris sekaligus kesakitan sebanyak dua kali dan memang sengaja demi mendapatkan simpati Jemmy. Sebab setelah mengguyur, Amel juga sampai melempar keji mug-nya dan mengenai pelipis kiri Tianka. Mug tersebut berakhir pecah di lantai setelah sampai membuat pelipis kiri Tianka benjol terbilang parah.
“Ya ampun Jemmy, ini sakit banget. Panas, berasa langsung melepuh wajah, leher, dan juga dada aku. Kamu lihat sendiri kan, bagaimana kelakuan Amel kepadaku padahal—” isak Tianka mencoba menguasai keadaan dengan mengalihkan fakta.
“Kamu yang salah karena Amel enggak mungkin menyerang kamu kalau kamu enggak memulai!” bentak Jemmy sengaja memotong ucapan Tianka.
Tianka langsung bungkam menatap tak percaya Jemmy yang tetap menatap marah kepadanya bahkan baru saja, pria itu membentaknya.
“Jem ...?” lirih Tianka masih menatap tak percaya Jemmy. Ia mengemis perhatian sekaligus belas kasihan Jemmy yang langsung berubah semenjak tahu Amel nyaris keguguran.
Amel memilih mundur, mengalihkan tatapannya dari pecahan mug di hadapannya dan sudah sempat membuat pelipis kiri Tianka agak benjol. Amel keluar dari ruang kerjanya.
“Aku sudah kasih kamu semuanya, tapi begini balasan kamu ke aku, Jem?!”
“Aku enggak pernah minta! Kamu sendiri yang menyerahkan diri ke aku, Ti! Lagi pula, aku sudah memberimu peringatan agar kamu menjaga jarak dariku apalagi dari Amel, lalu kenapa sekarang kamu malah datang dan menyerang?”
Obrolan barusan masih bisa Amel dengar karena ia belum sepenuhnya keluar dari ruang kerjanya. “Kenapa aku berpikir, kejadian seperti ini akan terus terjadi jika aku tetap bersama Jemmy?” Pikir Amel. Ia bersedekap kemudian memilih duduk di bangku tunggu yang ada di depan pintu ruang kerjanya. Baru saja, Tianka keluar dan menerobos pintu ruang kerja Amel dengan kasar. Bisa Amel pastikan, ulah Tianka membuat wanita itu makin kesakitan.
Ketika akhirnya tatapan Amel dan Tianka bertemu karena tidak sengaja, Tianka yang wajahnya masih dihiasi cokelat kental, kembali menatap Amel dengan tatapan marah. Kedua mata Tianka sudah sangat merah, terlepas dari wanita cantik itu yang memang masih menangis.
“Sudah sakit hati, sakit fisik juga. Itulah yang aku rasakan, Ti. Dan sekarang, kamu sedang merasakannya,” batin Amel yang kemudian menghela napas dalam dan mengembuskannya pelan melalui mulut. Entah lah, belum apa-apa saja, rasanya sangat melelahkan. Terlebih ia yakin, Tianka tidak akan tinggal diam.
“Tunggu pembalasanku, Mel! Aku akan menghancurkan kamu dan bayi kamu! Dan aku, akan merebut Jemmy dari kalian karena dia milikku!” Ancam Tianka, tapi Amel kembali mengabaikannya. Yang ada, Amel terkesan mati rasa kepadanya.
Ulu hati Amel mendadak terasa sangat ngilu gara-gara ucapan Tianka yang lebih terdengar sebagai ancaman. Bahkan meski Tianka sudah langsung pergi, Amel merasa wanita itu benar-benar akan membuktikan ancamannya yaitu menghancurkannya dan juga calon bayinya, selain Tianka yang juga akan mengambil Jemmy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Fani Indriyani
Geus lepaskeun atuh mel,ntong plin plan..lamun niatn rek balas dendam ka jemmy mah gampang,tinggal hidup bahagia tanpa jemmy..
2024-03-04
3
novi 99
ya Elahhhh , Amel ribet bener ...
tinggalin aja si Jemmy ... punya pelakor modelan begitu jg .
2023-12-02
0
Sandisalbiah
kaya dibumi udah gak ada laki² lain aja.. lebih canti dan kaya raya.. nyatanya ngemis laki org... tianka² ..situ waras...?
2023-09-01
2