Cukup lama Meysa berdiam diri di toilet. Begitu keluar ia tak hanya mendapati Rena dan Erza disana, karyawan toko florist kakak yang sedari siang pergi mendekor kini sudah kembali ke toko. Bahkan sore pun perlahan memudar berganti gelap, bersamaan dengan suara azan yang mulai berkumandang dari beberapa mesjid terdekat di kawasan itu.
“Dari mana saja, Mey. Lama sekali, kamu habis bertapa di toilet, ya?” ucap Rena memberi komentar.
Meysa sama sekali tak berniat menjawab pertanyaan sahabatnya itu. Ia lebih memilih mengobrol dengan karyawan lain, berbasa-basi menanyakan kelancaran dekorasi untuk aqiqah dan acara lamaran siang tadi. Selain menjual berbagai macam buket florist, usaha milik kakak iparnya itu juga menyediakan jasa dekorasi untuk acara.
“Bemana tadi, kak?"
“Aman sekali Mey. Yang punya acara puas dengan hiasan dekornya kita, sesuai request kata!"
“Dia orang bilang lebih bagus daripada de pe gambar!”
“Wih, bagus sekali sudah kalau begitu kak!" ucap Meysa dengan aksen logat kota itu. Hanya saja ia jarang menggunakannya ketika berbicara dengan Rena.
“Eh, kamu orang te pulang? So maghrib ini?" Sahut salah seorang wanita dewasa yang baru muncul sambil membawa keranjang berisi beberapa bunga juga ada kresek berlogo mini market.
“Ini so mau pulang, kak. Cuma tadi Meysa lama bertapa di wc,” sindir Rena. Gadis itu langsung menunjuk Erza yang tengah asyik mengobrol dengan salah satu karyawan, sorot mata Rena seakan menegaskan jika Ia sedang memperingatkan Meysa agar tidak mengabaikan pria tersebut, apalagi dia sudah rela capek-capek menunggunya.
Wanita dewasa bernama Pida itu hanya mengangguk kemudian kembali berkata “Eh, Mey. Kalau pulang kau bawa ini bunga stau, sama ini."
Meysa menerima kresek berlogo salah satu mini market itu dari tangan Pida. Kresek yang berisi beberapa macam Snack. Membuat Meysa bisa menebak tugas apa yang akan diberikan padanya.
“Ada yang pesan snack buket, Mey. Dua! satu full silverqueen, satu di mix saja!"
“Ini uang untuk beli kain wrap.”
“Eh, Ndak usah kak, di rumah masih banyak kain wrapku." tolak Meysa, tangan kirinya langsung meraih keranjang kecil berisi bunga yang akan dijadikan hiasan tambahan untuk snack buketnya nanti. Ya, gadis ini memang kerap kali mendapat tugas tambahan membuat Snack buket.
Lenyap sudah niat akan menulis untuk update novelnya yang sudah di komen banyak pembaca yang menantikan kelajutan cerita Karangannya. Sudah dipastikan akan ada banyak notifikasi dan dm dari penggemarnya yang menagih karena sudah tiga hari tidak up.
Begitu selesai mengobrol, Meysa, Rena dan Erza segera keluar dari toko.
“Heh Meysaroh, sini itu motor!" Teriak Rena ketika Meysa sudah menyusun barang bawaannya di depan dan bersiap untuk naik, membuat keningnya mengkerut heran.
“Sana, kau sama Erza! Kasian anak orang kau abaikan, sudah rela-rela bajemput juga.”
Kalau urusan mengabaikan Erza, Rena memang kerap kali menjadi orang yang paling pertama memprotesnya.
“Ck, kau saja yang kesana!"
“Ih, bagaimana ceritanya Mey. Yang PDKT kamu orang, masa iya saya yang boncengan.” Penolakan Meysa membuat Rena makin ngegass. Membuat Erza yang sudah berada di motor tengah menunggu Meysa hanya tersenyum. Semoga saja pria malang itu tidak dengar! Rena membatin.
Akhirnya setelah didesak, Meysa mau berboncengan dengan Erza. Gebetan yang digantungnya sejak zaman prasejarah, saking lamanya tidak diberi kepastian! Erza sudah hampir menyerupai peninggalan sejarah yang harus diabadikan di museum. Untung Erza tak mudah rapuh dan berkarat. Kalau tidak, mungkin sudah lama dia patah hati dan menyerah karena Meysa tak kunjung membuka hati untuknya.
“Kita temenan saja lah, Za! Kalau pacaran terus putus nanti tidak seru lagi.” Begitu kata Meysa setiap kali menolaknya.
“Aku ini mau jadi jomblo abadi yang hidup tenang tanpa pacaran sampai bertemu jodoh. Aku tidak ingin tambah dosa untuk orang tua kalau harus pacaran, Za!”
Kadang juga Meysa mendadak jadi alim dan menjadi mama Dedeh demi untuk menyampaikan siraman rohani bahwa dia tidak ingin pacaran hanya karena takut jadi beban Bapak dan beban dunia. Itu tidak bagus untuk masa depannya di akhirat kelak.
“Dosa anak perempuan itu ditanggung Ayahnya, kalau aku pacaran berarti aku jadi donatur dosa untuk bapakku. Cukup jadi beban dunia, aku tidak mau jadi beban untuk Bapak!"
Padahal dia sendiri kadang buka tutup aurat seenaknya. Bukankah itu juga termasuk mendonasikan dosa ke Ayah? Hmmnt dasar Meysaroh!
Motor yang mereka kendarai berhenti tepat di lampu merah persimpangan jalur dua dari arah toko. Disusul dengan Rena yang juga berhenti tepat di samping mereka. Tidak cukup 10 menit, mereka akan segera sampai di kompleks perumahan tempat tinggal ketiganya. Kebetulan Erza juga tinggal di perumahan yang sama, begitupun dengan Rena yang memutuskan ngekos di kostan milik keluarga kakak Ipar Meysa.
“Ke hutan kota yuk,” celetuk Rena. Wajah yang biasa galak itu kini kelihatan sumringah.
“Yok!”
“Pergi saja sendiri!"
Sahut Meysa dan Erza secara bersamaan, membuat Rena langsung mengerucutkan bibir ketika mendengar jawaban Meysa.
“Aku kan mau bikin buket, Rena!”
“Oh iya, lupa.” Rena cengengesan sambil tepuk helm yang melindungi jidatnya. Anggap saja sedang tepuk jidat.
”Lagi pula Erza pasti capek dari pulang kerja, Iya toh, Za?" Meysa mencolek punggung Erza.
“Kalau saya sembarang, oke oke saja!”
Obrolan itu harus berakhir ketika lampu lalu lintas berubah jadi hijau dan semua kendaraan mulai melaju, berganti dengan lampu merah yang membuat kendaraan dari dua arah berlawanan di depan berhenti.
Tiba di depan rumah, Meysa langsung turun. Ia tersenyum sambil mengucapkan terimakasih pada Erza. Kalau Meysa sudah bisa tersenyum, itu artinya dia sudah tak lagi mengingat sang Bintang.
“Mey!"
“Ya?"
“Kenapa chatku dari kemarin tidak kau balas?" tanya Erza.
“Hah?”
“Kamu nanya? kamu bertanya-tanya?” celetuk Meysa yang malah menirukan kata-kata yang sedang viral. Membuat Erza menyerngit heran.
“Mau diruqiyah kamu, Mey?!" Erza yang tahu kalau mood Meysa sudah kembali baik pun ikut dibuat terkekeh mendengar celetukan gadis yang memang memiliki tingkah agak nyeleneh.
“Kena virus cepmek, ya!” Keduanya lalu tertawa bersama.
“Maaf ya Za, aku belum sempat upgrade WA, sudah kadaluarsa!"
Mendengar jawaban Meysa, Erza lalu mengangguk. “Diupdgrade lah Mey, siapa tau juga perasaanmu padaku bisa terperbaharui!” canda Erza yang membuat keduanya kembali tertawa.
Setelah Erza pergi, Meysa langsung mendorong pagar besi dengan tinggi sepinggang orang dewasa itu. Beruntung Meysa cukup tinggi, jadi bisa dikatakan setinggi pinggangnya. Ya, walau sebenarnya ia tak terlalu tinggi, tapi ideal untuk ukuran tinggi wanita Indonesia.
“Sana tidur!" cebik Meysa saat menoleh ke kanan, malah mendapati Rena tangah senyum-senyum sendiri dengan posisi masih di atas motor.
“Atau mau bantu bikin buket?"
Rena menggeleng dengan senyum yang masih mengembang seperti adonan donat.
“Seperti tadi kan adem, Mey. Kamu terlihat seperti orang normal yang mau membuka hati."
Meysa hanya bisa memutar mata malas mendengar ocehan unfaedah sahabatnya itu. Rena memang selalu menganggapnya orang tak berperasaan setiap kali mengabaikan laki-laki yang mendekatinya, terutama Erza. Bahkan si Ren-tenir itu selalu menghardiknya seolah dirinya sudah tidak normal karena tidak tertarik pada laki-laki.
“Dasar suporter setan!" Panggilan itu memang sengaja Meysa sematkan sebab Rena selalu mendukungnya melakukan dosa, salah satunya mendorongnya untuk terus pacaran dengan Erza.
“Pendukung garis keras segala jenis dosa!”
“Eh, enak saja kamu, Mey!" teriak Rena tak terima. Sedangkan Meysa lebih memilih mengacuhkannya dan masuk ke dalam rumah yang berada tepat di samping kosnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
auliasiamatir
andai perasaan bisa di upgrade,😭😭🙄
2023-02-28
0
Kimmy Geral
jngn bertengkar 😁
2023-01-12
0
Oktavia
❤️❤️❤️🥰
2022-12-11
1