Akara Rindu Dalam Penantian

Akara Rindu Dalam Penantian

1 (Masih Memikirkannya?!)

“Apa aku boleh memanggilmu dengan sebutan, Bulan?'

“Kenapa gitu?"

“Karena aku menemukanmu di ujung malam, kamu bikin malam gelapku jadi lebih terang!"

“Aku sayang kamu, aku mau sama kamu, kamu beneran mau sama aku? Kita sama-sama sampai akhir, kan?”

“Bulan dan Bintang akan selalu sama-sama berdua lewatin malam!”

Rangkaian chat dari seseorang cinta virtual terus berkelana di kepala Meysa. Sudah setahun berlalu, tapi ia sama sekali belum sepenuhnya lupa akan kenangan yang diukir bersama laki-laki yang dipanggilnya dengan sebutan Bintang. Nama aslinya Kai'ulani, hanya saja dulu pria itu menyebutnya Bulan dengan alasan ia menemukannya pada pekatnya malam. Sedangkan Meysa pun turut memanggilnya dengan sebutan Bintang. Tentunya dengan alasan yang sama.

Kala itu Meysa berada pada titik terberat dalam hidupnya. Perpisahan kedua orang tua membuat Meysa begitu terpuruk hingga keisengannya membawa dia mencoba sebuah fitur chat random dengan seseorang di sebuah aplikasi dan mempertemukannya dengan sang Bintang.

Kenal dengan seseorang seperti Bintang membuat hari-hari Meysa jadi lebih berwarna, terlebih lagi mereka selalu bercerita banyak hal. Bahkan Bintang selalu bisa membuatnya tertarik dengan setiap sajak yang diberikan padanya. Meysa memang mempunyai keahlian dalam merangkai kata, bahkan ia juga terbilang sering menyalurkan bakat halunya di sebuah platform baca tulis novel online. Punya kesamaan suka merangkai diksi menjadi sajak indah membuat Meysa makin nyaman dengan pria pemilik nama Asli Kai'ulani itu.

Hanya berawal dari ketikan, mereka akhirnya saling jatuh cinta, setiap saat bertukar cerita melalui pesan. Bahkan setiap hari melakukan panggilan video, layaknya anak muda yang kasmaran pada umumnya. Hanya saja, beberapa bulan setelah itu Bintang yang pernah berjanji akan mengukir kisah bersama malah meninggalkan Meysa saat sedang sayang-sayangnya. Entahlah, ia sama sekali tak tahu apa alasannya. Tiba-tiba saja pria itu mendadak tak bisa dihubungi, membuat ia harus merasakan galau yang berkepanjangan pada saat itu. Padahal Meysa benar-benar sudah mantap ingin menjadikannya tujuan hidup dan bersiap menanti sampai nanti waktunya bertemu tiba. Namun, kini semua hanya tinggal kenangan. Meski begitu Meysa masih menyimpan semua foto dan obrolan dengan Kai yang sempat ia cadangkan dan arsipkan.

“Mey, Meysa!"

Suara seseorang yang berteriak memanggil namanya membuat ingatan tentang kenangan manis yang pernah ia ukir bersama sang Bintang harus buyar. Meysa yang duduk di meja kasir menoleh pada sosok Rena, sahabatnya yang mendekat sambil membawa dua mika bakso bakar dan sosis bakar.

“Makan Mey. Aku lapar, mumpung masih sepi dan yang lain belum kembali.”

“Makanlah, Ren, aku tidak berselera!” Meysa menjauhkan minuman Boba dan makanan yang Rena sodorkan di hadapannya barusan.

“Kenapa lagi? Galau?"

“Sok tau kau, Ren!"

“Siapa yang tidak tahu, Meysaroh? Kau ini Queen of galau everytime and everyday."

Bersahabat dengan Meysa sejak masih mengenakan seragam abu-abu, tentu membuat Rena hafal mati dengan setiap gerak-gerik sahabatnya itu. Bahkan bau kentutnya pun dia hafal. Bisa dibilang setiap napas yang Meysa hembuskanpun juga Rena hafal, mana yang hembusan napas kebahagiaan dan mana hembusan napas kesedihan. Benar-benar ikatan batin yang kuat, bukan?!

Ya, Meysa dan Rena berasal dari salah satu kota kabupaten di barat Sulawesi. Hanya saja kini keduanya sedang berada di ibu kota provinsi yang ada di bagian tengah Sulawesi. Meysa bekerja di toko florist milik Kakak Ipar yang merupakan asli sana.

Sedangkan Rena adalah seorang guru di salah satu sekolah dasar, malas pulang kampung, Ia memilih honor disana. Biasanya kalau tidak sibuk, Rena sering turut membantu di toko.

Meysa sendiri tak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Selain karena pada saat itu hubungan kedua orang tuanya benar-benar memanas membuat ia tak bersemangat melakukan apapun. Bahkan selepas orang tuanya resmi berpisah beberapa bulan sebelum ujian akhir.

“Biar kutebak ....” Rena menelisik wajah Meysa dengan tatapan memicing, sudah seperti pakar ekspresi yang tengah mengamati raut wajah seseorang.

“Galau karena Bintang kecilmu itu lagi?”

Ya, tebakan Rena memang tak pernah meleset. Semenjak menjadi anak broken home, tak ada hal lain yang membua Meysa terlalu galau kecuali masalah keluarga, Uang dan Bintang kejora yang ternyata bisa hilang itu. Selebihnya ia sama sekali tak pernah ambil pusing.

Melihat Meysa tak protes atas jawabannya dan malah merebahkan kepala ke atas meja membuat Rena naik pitam. “Kenapa juga kamu masih ingat-ingat cowok itu, sudah nyata di depan mata ada yang suka tapi tetap saja mengharapkan yang semu, sadar Mey! Dia itu tidak nyata!"

“Move on, Mey, move on! Sudah setahun!”

“Jangan buang-buang waktu mengharapkan orang yang tidak menginginkanmu. Kamu bukan tujuannya!" ucap Rena dengan setengah ngegas. Salah sedikit sudah bisa ikut balap liar suara si Rena ini.

“Cowok itu sudah menghilang setelah berhasil baperin kamu lewat ketikan dan sajak-sajak bangsatnya itu! Jatuh cinta kok sama ketikan!" protes Rena tidak suka. Membuat Meysa yang masih setia menempelkan wajah di meja memutar bola matanya. Rena kalau sudah ngomel mengalahkan ibu-ibu galak.

“Cowok itu, cowok itu! Namanya Kai, Ren, Kai'ulani. Panggil saja Bintang!" sanggah Meysa. Gadis bodoh itu masih saja membela pria yang sudah hilang ditelan bumi. Sepertinya akal sehatnya sudah mati. Otaknya sudah dipenuhi cinta virtualnya itu. Sehingga sulit untuk menyaring omongan Rena yang mulutnya sudah berbusa karena harus memberinya siraman qalbu setiap saat.

“Masih saja dibela!" Rena memutar mata malas sambil menyentil kening sahabatnya yang begonya sudah stadium akhir.

“Auwwwh, sakit RenTenir!" pekik Meysa.

“Makanya sadar!"

“Tuh, kasihan anak orang sudah terlalu lama kamu gantung, kamu anggurin seperti jemuran!” tunjuk Rena pada sosok pria jakung yang selalu menyempatkan diri untuk menjemput Meysa setiap sore, sepulang kerja.

Meysa mengarahkan pandangan pada sosok Erza yang baru saja memarkirkan motor tepat di area parkir depan toko.

“Kasih kepastian padanya, Meysaroh! Jangan juga kau gantung dia terlalu lama. Jangan mentang-mentang si Bintang itu menyakitimu, lalu kamu juga balas menyakiti hati orang yang tak berdosa."

“Aih, Ren, kalau masih ingin ceramah, kamu ke mesjid lah, Ren!" Dengan santainya Meysa justru melangkah pergi saat melihat Erza muncul dari balik pintu kaca sambil menenteng sebuah kresek dengan senyum sumringah melangkah ke arah mereka.

“Aku ke toilet dulu."

Rasanya Rena ingin meruqiyah Meysa agar bisa keluar dari bayang-bayang pria itu, Rena tahu Meysa hanya sedang berusaha menghindari Erza. Sahabatnya itu memang selalu mendadak badmood tiap kali mengingat si Bintang. Padahal sudah banyak pria yang mendekatinya, tapi tak ada satupun yang Meysa beri kepastian. Ia selalu saja memberikan harapan-harapan palsu padahal ia sama sekali tak berniat menerima Salah satu diantara mereka. Hanya Erza saja yang masih sabar menanti dan berusaha meluluhkan hati Meysa yang sekeras batu itu.

.....

Hai- hai, selamat datang di cerita sederhana tentang sebuah perjuangan dua orang yang pernah menjalin hubungan virtual dan masih mengharapkan satu sama lain.😁

Ini ada biodata + visual dari tokoh utama dalam cerita :

_MeysaRoh

_BangKai

Happy Reading all.. Semoga suka yah🤗

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

pasti senang kalau punya sahabat seperti rena..

2023-02-20

0

auliasiamatir

auliasiamatir

ammpiuuunn rena, rasa peduli mu sama sahabat bikin aku greget, pengen tutup kuping hahhaja kayak mak mak yang ngoceh saat lainya salah naroh handuk basah

2023-02-20

0

auliasiamatir

auliasiamatir

cinta di dunia maya rupanya

2023-02-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!