Pasukan Lili saat ini sudah berada di ruang sidang, begitu juga dengan lawan mereka yang sedang duduk dikursi yang sudah disediakan.
Masya terlihat sibuk menyusun berkas di sana sini, sementara lelaki yang menjadi lawannya malah duduk santai sembari memperhatikan apa yang Masya lakukan.
Tidak berselang lama, Hakim dan para anggotanya tampak memasuki ruang sidang. Suasana yang semula berisik menjadi lebih tenang karna ke datangan mereka.
Langsung saja, moderator membuka proses persidangan itu dan memperkenalkan hakim serta para jajarannya yang bertugas pada sidang tersebut.
"Baiklah, langsung saja saya persilahkan kepada penggugat untuk menduduki kursi yang telah disediakan!"
Reza langsung berdiri dan berjalan maju kekursi yang ada di depan hakim, dia duduk sembari ditemani oleh pengacaranya yang berada tidak jauh dari tempatnya saat ini.
Kemudian moderator membacakan isi dari gugatan yang dilayangkan oleh Reza pada Lili, semua orang mendengarkan dengan khidmat. Tidak ada sedikitpun suara yang terdengar, hanya suara dari yang membacakannya itu saja yang menggema di ruangan itu.
Setelah mendengar seluruh isi gugatan Reza yang berisi permohonan untuk hak asuh Zia Anastasya, pengacara dari pihak tergugat dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan atau keberatan mereka pada penggugat.
"Terima kasih saya ucapkan pada yang mulia hakim beserta para jajarannya, saya ingin mengajukan keberatan, serta pertanyaan pada saudara penggugat!"
Masya langsung membuka lembaran-lembaran kertas yang sudah dia siapkan sebelumnya.
"Yang mulia hakim, klien kami merasa keberatan dengan gugatan yang dilayangkan oleh saudara Reza. Di dimana beliau mengatakan bahwa klien saya tidak ada waktu untuk mengurus anaknya, juga tidak bisa merawat anaknya dengan baik!"
Masya menarik napas panjang sebelum melanjutkan ucapannya, sementara Lili yang ada di samping Arthur mulai merasa gelisah.
"Tenanglah, semua akan baik-baik saja!"
Arthur menggenggam kedua tangan Lili yang sudah basah dengan keringat, wanita itu lalu menatapnya dengan sendu.
"Selama ini, klien saya sudah merawat dan membesarkan anaknya seorang diri. Usia putrinya sudah beranjak 2 tahun, dan selama 2 tahun itu pula, klien saya berjuang sendirian!"
Hakim menganggukkan-anggukkan kepala mereka, mereka sudah membaca data yang Masya suguhkan untuk mereka.
"Menurut peraturan yang berlaku dinegara ini, seorang anak yang masih di bawah umur 12 tahun, wajib diserahkan pada ibu kandungnya. Saya rasa sudah tidak ada lagi yang bisa diperdebatkan di sini yang mulia, sudah jelas semua hak asuh anak jatuh ke tangan klien saya!"
"Kami ingin menanggapinya, yang mulia!"
Masya melihat ke arah sang mantan kekasih, terlihat lelaki itu sudah berdiri di samping Reza.
"Silahkan, saudara Rival!"
Rival maju dan berdiri di samping Masya, untuk beberapa saat mereka saling pandang sebelum Masya mengalihkan pandangannya.
"Kami menyetujui peraturan yang telah ditetapkan oleh negara ini, seperti yang sudah dijelaskan oleh saudara Masya. Akan tetapi, jika seorang Ibu tidak bisa menjalankan kewajiban, maka hak asuh akan jatuh ketangan ayah kandung. Saya ingin menampilkan sebuah video pada anda, yang mulia hakim!"
Hakim mengganggukkan kepala, lalu Rival menghubungkan ponselnya dengan layar monitor yang ada di hadapan semua orang.
Dari video itu, terlihat Zia sedang diganggu oleh teman-teman bermainnya di tempat penitipan anak. Juga ada video saat Zia menangis karna dipukul oleh anak-anak yang ada dilingkungan rumah. Serta masih ada video lain yang memperlihatkan Zia sedang menangis dilingkungan rumahnya.
"Saya keberatan yang mulia!"
Lili mengangkat tangannya dan berdiri di hadapan hakim, selama ini dia tidak pernah melihat anaknya seperti yang ada dalam video itu.
"Anda lihat sendirikan, yang mulia! lingkungan yang disediakan untuk anak klien saya sangat buruk, itu semua akan berpengaruh pada pertumbuhan dan mental anak. Juga dari sisi ekonomi, klien saya jauh lebih mampu untuk memberikan yang terbaik!"
"Mohon izin yang mulai!"
Masya menatap tajam ke arah Rival, terlihat jelas bahwa mereka sudah menyiapkan video itu sebelumnya.
Hakim kembali mempersilahkan Masya untuk bicara, sementara itu dia meminta Lili untuk kembali duduk.
"Hak asuh anak akan jatuh ketangan ayah kandung jika Ibu tidak menepati kewajibannya. Dari video itu, apakah sang Ibu yang membuat anaknya menangis? apa Ibu yang melukainya? apa seorang Ibu yang mengejar-ngejarnya?"
Rahang Masya mengeras, urat-urat lehernya menonjol kepermukaan untuk melakukan perlawanan.
"dan apa yang dilakukan sang Ibu saat kejadian divideo itu terjadi? dia sedang mengais rezeki untuk membesarkan anaknya, dia memikirkan masa depan anaknya seorang diri. Mulai dari mengandung, sampai berumur 2 tahun. Tidak ada sedikitpun bantuan dari mantan suaminya. Dia berjuang sendirian berperang peluh, berharap kalau anaknya akan selalu bahagia!"
Masya mencoba untuk menarik simpati semua orang, terlihat para hakim menyetujui apa yang dia katakan.
"tapi, yang mulia! Ibunya tidak ada waktu untuk memberikan perhatian dan kasih sayang pada anaknya, ibunya sibuk bekerja dan jarang menemani sang anak!"
"Keberatan yang mulia! Klien saya bekerja dari pagi sampai sore, dan setelah itu dia menghabiskan semua waktunya untuk sang anak! Apalagi yang bisa diharapkan, walau lelah melanda dia tetap mengulas senyum di hadapan anaknya!"
"tidak, yang mulia! kau masih saja keras kepala, Masya!"
"kau juga masih saja membela orang yang salah, Rival!"
"Baiklah, berhenti semuanya!"
Hakim mengetuk palu saat Masya dan Rival mulai memanas, dia lalu mempersilahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan.
Masya menatap Reza dengan tajam, ada beberapa pertanyaan yang akan dia layangkan pada lelaki itu.
"kenapa baru sekarang anda menggugat hak asuh anak anda setelah 2 tahun berlalu? ke mana saja anda selama ini?" tanya Masya pada Reza.
"selama ini saya dibohongi, saya tidak tau kalau mantan istri saya sedang hamil pada saat bercerai. Itu sebabnya saya tidak tau kalau ternyata saya punya anak, dan baru-baru ini saja saya mengetahuinya,"
"benarkah? apa anda tidak ingat kalau anda hanya menikah siri dengan klien saya?"
"walaupun saya menikah siri, dia tetap anak saya!"
"itu benar, tapi pada awal pernikahan, anda telah berbohong dan menipunya. Anda mengatakan kalau anda belum punya istri,"
"Tidak! saya sudah mengatakan kalau saya punya istri, itu sebabnya kami menikah siri,"
"Tidak, yang Mulia! dia berbohong!"
Lili tidak bisa tinggal diam saat difitnah seperti itu, dia lalu memohon agar dipersilahkan untuk bicara.
Hakim mengabulkan permohonan Lili, dia lalu maju dan berhadapan langsung dengan hakim.
"Dia berbohong, yang mulia! Dia mengatakan kalau dia belum menikah, dan kami menikah siri karna dulu kami bekerja di satu divisi yang sama sehingga tidak boleh menjalin suatu ikatan. Jika saya tau kalau dia-"
"Saya keberatan, yang Mulia! saya tidak berbohong, tapi dia yang berbohong. Sebelumnya saya sudah mengatakan kalau sudah menikah, tapi dia tetap mau bersama dengan saya!"
"Tutup mulutmu, Reza!"
Hakim terpaksa kembali mengetuk palunya saat keadaan mulai tidak kondusif, dia meminta Lili untuk lebih tenang.
Arthur beranjak bangkit dan memeluk tubuh Lili. "Sudah tenanglah, serahkan semuanya pada Kak Masya!"
Arthur membawa Lili yang sudah terisak kembali ke tempat duduk, dia tetap memeluk wanita itu dengan erat dan berusaha untuk menenangkannya.
"Baiklah, kami ingin meminta saksi untuk keterangan mengenai pernikahan itu!" ucap Hakim.
Reza menghadirkan istrinya sebagai saksi, wanita itu mengatakan kalau Lili sudah tau Reza memiliki istri tapi tetap meminta untuk menikah siri.
Sementara pihak Lili tidak bisa memberikan saksi soal pernyataannya, sampai seketika ada seorang lelaki yang duduk di sudut ruangan mengangkat tangannya.
"Saya adalah saksi dari pihak tergugat,"
Semua orang beralih melihat lelaki itu, termasuk Lili yang merasa sangat terkejut melihat Kakaknya ada di tempat itu.
"Anda siapanya saudara Lili?"
"Saya Kakak laki-lakinya!"
Bukan hanya Lili saja yang terkejut, tapi keluarga Reza juga demikian. Akhirnya Kiki menjadi saksi yang memperkuat keterangan Lili di sidang itu.
"Terima kasih atas kerja samanya hari ini, saya selaku hakim ketua memutuskan untuk memberikan hak asuh Zia Anastasya kepada ...."
Semua orang menunggu dengan gelisah, bahkan Lili terus menangis dalam pelukan Arthur karna tidak kuasa untuk mendengar keputusan hakim.
"Kami memberikan hak asuh Zia Anastasya kepada Ibu kandungnya!"
•
•
•
Tbc.
Terima kasih yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
𝐈𝐬𝐭𝐲
alhamdulillah hak asuh jatuh pada ibunya, aku bacanya ikutan tegang thor kayak nonton live.. 🤭🤣🤣
2022-12-24
1
Ning Mar
seru deh...mantan ketemu mantan..
lanjut thor
2022-12-12
1
mbok Darmi
reza suami lucknut
2022-12-12
1