Keesokan harinya, Lili sudah siap untuk pergi ke pengadilan. Sepanjang malam dia tidak bisa terlelap dan hanya memikirkan apa yang akan terjadi dipersidangan nanti.
"Ya Allah, aku yakin Engkau akan membantu hamba! Engkau akan tetap menyatukanku dan Zia."
Lili mengusap wajah dengan kedua tangan, dia kembali melambungkan segala do'a dan harapan agar semua keinginannya bisa terpenuhi.
Tin, tin. Lili segera membawa Zia keluar karna Arthur sudah menjemput mereka. Seperti seorang ojek yang sudah terbiasa dengan pelanggannya, begitu juga dengan Arthur yang selalu menghabiskan waktu bersama Lili dan juga putrinya.
"Sayang, nanti Zia di rumah Nenek sama Kakek dulu yah, karna Papa sama Mama ada urusan penting!"
Zia mengannggukkan kepala dengan bersemangat, dia sangat suka kalau ditinggal dengan otangtua Arthur.
Lili mengusap kepala putrinya dengan lembut seolah memberitahukan bahwa dia sangat mencintai Zia, tatapan sendu yang terpancar diwajahnya menyiratkan kalau dia tidak akan sanggup berpisah dari sang putri.
Arthur melirik ke arah Lili, dia tau kalau wanita itu pasti sedang dilanda kegelisahan dan kekhawatiran hari ini.
"Tenang saja, semuanya pasti akan berjalan sesuai dengan yang seharusnya!"
Lili tersenyum ke arah Arthur dengan penuh rasa terima kasih, dia tidak tau bagaimana jadinya kalau tidak ada lelaki itu di sampingnya saat ini.
Sementara Arthur yang melihat senyum Lili langsung mengalihkan pandangan karna jantungnya saat ini sedang berdegup kencang.
"sepertinya aku benar-benar sudah gila! kenapa aku jadi seperti ini sih?"
Arthur tidak tau apa yang sudah terjadi padanya, jantungnya sering berdegup kencang saat bersama dengan Lili. Dia juga merasa tidak suka saat melihat Lili diganggu oleh mantan suaminya.
"tapi tunggu, ja-jangan-jangan, aku sudah jatuh cinta padanya? what the hell?"
Arthur mulai menyadari perubahan yang ada dalam dirinya saat ini, dia menjadi panik dan tidak terkendali sehingga menyebabkan mobilnya oleng dan hampir menabrak pembatas jalan.
"Arthur! apa kau baik-baik saja?"
Lili mencengkram lengan Arthur dan menyadarkannya, Arthur lalu menepikan mobilnya sebelum terjadi sesuatu yang lebih buruk.
"ada apa? kenapa kau terlihat panik dan kehilangan konsentrasi?" tanya Lili, tangannya masih menggantung mencengkram lengan lelaki itu.
Arthur melihat ke arah Lili, dia menatap wajah cantiknya tanpa berkedip untuk memastikan apakah yang dia pikirkan benar atau tidak.
Lili yang ditatap sedemikian rupa tentu merasa gugup dan salah tingkah, tetapi anehnya dia tidak memalingkan wajah dari lelaki itu.
1 detik, 2 detik sampai 10 detik berlalu dan belum ada yang memenangkan tatap-tatapan itu, sampai seketika ...
"Cium, cium, cium!"
Zia menyoraki Mama dan Papanya sambil bertepuk tangan dengan semangat, dia tidak tau kalau saat ini Mama dan Papanya merasa sangat malu dengan wajah merah padam.
Arthur yang mencoba untuk bersikap biasa saja cepat-cepat melajukan mobilnya kembali, sementara Lili sendiri sedang melihat ke arah jalanan samping dan enggan untuk melihat ke arah depan.
"Dasar, Zia! bisa-bisanya dia menyoraki seperti itu, tau dari mana sih dia?"
Lili merasa harus lebih memperhatikan putrinya lagi, dia yakin kalau putrinya itu sering melihat adegan film yang membuatnya jadi seperti itu.
Tidak berselang lama, mereka sudah sampai di rumah keluarga Arthur. Terlihat Mama Mawar dan Papa Ari sedang duduk digazebo depan.
"Assalamu'alaikum!"
Arthur dan Zia mengucap salam sembari menyalim tangan mereka, sementara Arthur berlalu masuk ke dalam kamarnya untuk melakukan sesuatu.
"Wa'alaikum salam."
Mama Mawar dan suaminya menyambut kedatangan Lili dan Zia seperti biasanya, mereka sudah merasa nyaman sejak kehadiran wanita itu.
"bagaimana, Lili? apa kau sudah siap?" tanya Papa Ari, lelaki paruh baya itu sudah mendengar tentang kasus hak asuh yang sedang menimpa Lili.
"Insayallah, Om! saya siap!"
Lili tersenyum tipis, dia meyakinkan dirinya sendiri kalau apapun yang terjadi dia harus selalu siap.
"kau memang harus siap, Li! Tante yakin kalau kau akan memenangkan kasus ini, karna Masya pasti tidak akan membiarkan kau kalah!"
Mama Mawar juga tau kalau Masya lah yang menjadi pengacara Lili, gadis itu merupakan anak bungsu dari Kakak perempuannya.
"aamiin!" Lili mengaminkan segala do'a yang baik, agar apa yang diucapkan menjadi kenyataan.
Setelah Arthur kembali keluar, mereka lalu pamit untuk pergi ke pengadilan. Jarak antara rumah Arthur dan pengadilan sangat dekat, jadi hanya butuh waktu 10 menit saja untuk sampai ke tempat itu.
"bismillahirrahmanirrahim!" dengan mengucap basmalah, Lili melangkahkan kakinya masuk ke dalam Pengadilan Agama.
Masya yang sudah menunggu kedatangan mereka langsung berdiri dan berjalan mendekat.
"bagaimana kabar anda?" tanya Masya dengan ramah.
"alhamdulillah baik, walaupun merasa gugup dan gelisah!" Lili menjawab dengan jujur.
"Itu hal yang wajar, tapi kita harus tetap semangat! karna saya akan berusaha keras untuk memenangkan kasus ini!"
Lili menganggukkan kepalanya, kemudian mereka semua langsung masuk ke ruangan untuk menunggu proses sidang dilaksanakan.
Dari balik tembok yang ada di samping mereka, Kiki terus menatap Lili dengan mata berkaca-kaca. Dia yang sudah bertahun-tahun tidak bisa menemukan adiknya merasa senang dan juga marah.
"Dasar bodoh! ternyata selama ini kau ada di Kota ini, Lili! Kakak sudah mencarimu ke mana-mana!"
Kiki mengusap air mata yang sempat terjatuh, dia lalu melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam tempat itu.
Masya dan Lili terlihat sedang berdiskusi masalah persidangan yang akan terjadi nanti, begitu juga dengan Arthur yang tidak mau kalah dan ikut mendengarkan arahan Masya.
Dari kejauhan, keluarga Reza sedang berjalan ke arah mereka dengan angkuh.
"Wah, ternyata kau yah yang menjadi pengacaranya!"
Masya dan Lili mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara, begitu juga dengan Arthur yang langsung berdiri saat melihat keberadaan Reza.
"Selamat datang, Tuan, Nyonya! kita bertemu kembali!"
Wajah penuh senyum dan semangat Masya layangkan pada mereka yang dibalas dengan tatapan kemarahan.
"kau memilih pihak yang salah, Masya! kau pasti akan menyesal!"
"Terima kasih atas perhatiannya, saya merasa senang akan hal itu!"
Semua keluarga Reza melihat Masya dengan geram, sementara Lili dan Arthur merasa bingung dan tidak mengerti kenapa mereka seperti itu.
"Wah, Lili! aku tidak menyangka kau seberani ini, jangan salahkan kami kalau kau menangis darah dipersidangan nanti!"
Meli menantang, dia seakan sudah yakin kalau dialah yang akan mendapat hak asuh Zia.
Lili tersenyum mendengar ucapan wanita itu. "Kita lihat saja nanti, siapa yang akan menangis! aku yang tetap bersama anakku, atau kalian yang menangis karna tak tau malu!"
"Kau-"
"baiklah, cukup sampai di sini saja! Saya tidak mau membuang banyak energi sebelum sidang dimulai! benarkan, Senior?"
Masya bertanya pada pengacara yang mengambil alih kasus keluarga Reza, terlihat lelaki itu menarik sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman.
"Tentu saja, Junior! aku sudah tidak sabar untuk melihat Pengacara nomor satu di Kota ini beraksi!"
Tanpa Masya duga, ternyata yang menjadi pengacara dari lawannya sendiri adalah sang mantan kekasih.
Setelah perdebatan sengit itu, akhirnya mereka semua masuk ke ruang sidang karna proses persidangan akan segera dimulai.
•
•
•
Tbc.
Terima kasih yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
🧡🥑⃟🦆͜͡мυмυ𝓐𝔂⃝❥
waah semua yang terlibat ternyata masih ada sangkut-pautnya
sama" masa lalu🤣🤣🤣🤣
2022-12-12
3