"inikan ... Lili?"
Lelaki itu melihat data diri yang sedang dia pegang dengan serius, sementara Masya menaikkan sebelah alisnya karna tidak menyangka kalau lelaki itu mengenal kliennya.
"Kau mengenalnya?"
"Tentu saja, dia adikku!"
"Apa?"
Masya mundur beberapa langkah karna terkejut dengan pernyataan lelaki itu, dia bahkan menatapnya dengan sangat tajam seolah-olah tidak percaya.
"hubungi dia, aku ingin bertemu dengannya!"
Masya terpaku menatap lelaki itu tanpa berkedip, seolah-olah dia sedang kehilangan kesadarannya.
"Masya! kau dengar aku?"
"Hah, i-iya! aku, aku mendengarnya."
Tangan lelaki itu terlepas dari bahu Masya karna tadi dia sempat mengguncang tubuh wanita itu karna melamun, terlihat jelas kemarahan yang terpancar dimata lelaki itu saat ini
"ke-kenapa tidak kau sendiri saja yang menghubungi?"
Masya terlihat takut, selama setahun ini dia belum pernah melihat lelaki itu marah dan meninggikan suaranya. Lelaki yang biasa jahil dan suka membuat orang lain kesal, kini tampak jauh berbeda.
"Masya, sudah beberapa tahun aku tidak bertemu dengannya! Aku bahkan tidak bisa menghubunginya, aku sudah mencarinya ke mana-mana tapi dia tidak bisa kutemukan!"
Dada lelaki itu naik turun karna menahan emosi, wajahnya merah padam dengan rahang yang kian mengeras.
Susana menjadi hening, tidak ada di antara mereka yang mengeluarkan suara. Hanya helaan napas mereka saja yang kian memburu memenuhi ruangan.
Masya melirik ke arah lelaki itu, dia takut ingin bersuara karna saat ini lelaki itu benar-benar tampak menyeramkan.
"Masya, kau bisa menolongku kan?"
Masya menelan salivenya, dia ingin mengiyakan ucapan lelaki itu tetapi peraturan menahannya.
"Aku mengerti bagaimana perasaanmu, Ki! tapi kau tau sendiri kalau aku tidak boleh menyebarkan privasi dari klien ku sendiri!"
Masya merasa tidak enak, tapi begitulah peraturan yang harus dia junjung tinggi.
"lalu, kau bisa membawaku bertemu dengannya?"
Lelaki bernama Kiki itu memaksa, walau bagaimanapun dia harus bertemu dengan adiknya.
"besok datang saja ke persidangan, kau bisa bertemu dengannya di sana!
Benar, Kiki melupakan tentang itu. Dia lalu keluar dari ruangan Masya dengan membawa berkas berisi identitas Lili.
"Ada apa ini? semua sangat mengejutkanku!"
Masya memegangi jantungnya yang terus berdebar kencang, setiap hari dia mendapat kejutan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya sejak menerima kasus Lili.
Sementara itu, ditempat lain terlihat Lili sedang menemani Zia bermain. Dia mengawasi sang putri yang sedang aktif-aktifnya meloncat ke sana kemari bersama teman-temannya.
Tanpa sadar, air mata menetes membasahi wajah. Dia tidak bisa membayangkan kalau Zia pergi meninggalkannya, bahkan sedetikpun dia tidak akan sanggup kehilangan separuh hidupnya.
"Zia, tetaplah bersama Mama! Jangan pernah meninggalkan Mama!"
Tiba-tiba, sebuah sapu tangan terulur ke hadapan Lili membuatnya langsung melihat ke arah samping.
"Kau!"
Rasa sedih dan kekahawatiran yang sejak tadi dia rasakan berubah menjadi amarah, dia berdiri dan menatap tajam ke lawan bicaranya saat ini
"Mau apa kau?"
Reza tersenyum tipis melihat reaksi yang Lili berikan padanya, dia lalu melihat ke arah Zia yang sedang sibuk bermain.
Lili yang menyadari arah pandang Reza beralih ke hadapannya, dia menutupi penglihatan lelaki itu agar tidak bisa melihat Zia.
"Lili, sudah lama kita tidak bertemu! bagaimana kabarmu?"
Sapaan ramah Reza berikan dengan senyum yang tidak surut dari wajahnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara mereka.
"Aku sangat baik! tapi sejak kemunculanmu, aku merasa darahku seperti terbakar!"
Reza tertawa lebar, dari dulu wanita itu tidak pernah berubah. Selalu mengucapkan apa yang dia rasakan tanpa basa basi.
"benarkah? tapi kenapa? apa kau sudah tidak mencintaiku?"
"Tutup mulutmu, Reza! aku tidak sudi lagi membahas masa laluku bersama pria licik sepertimu!"
Lili berbalik dan pergi meninggalkannya, dia lalu memanggil Zia untuk kembali pulang.
"Mama, aku masih mau main!"
Bibir mungil Zia mengerucut sebagai tanda kalau tidak mau di ajak pulang, tangannya saling bertautan dan bergoyang ke sana kemari membujuk sang Mama.
"ini sudah sore, Sayang! besok kita bisa-"
"kenapa buru-buru? Anak kita kan masih mau bermain!"
Reza mendekat dan hendak memegang tangan Zia, tetapi Lili tidak tinggal diam. Dia menghempaskan tangan lelaki itu hingga menjauh dari anaknya.
"jauhkan tanganmu dari Zia! aku tidak mau anakku tersentuh olehmu!"
suara Lili tegas terdengar sampai orang-orang yang berada disekitar mereka mulai memperhatikan, begitu juga Zia yang menatap sang Mama dengan bingung.
"dia juga anakku, Lili! kau jangan berlebihan,"
"berlebihan kau bilang? tidak, dia bukan anakmu!"
"Kau benar-benar keras kepala, Lili! tapi aku tetap mencintaimu."
Lili mengepalkan kedua tangannya, dia benar-benar sudah tidak bisa menahan diri lagi untuk menghadapi laki-laki tidak tau malu itu.
"kau-"
"Hello, Sayang. sini, sama Papa!"
Zia mundur sampai tubuhnya berada di belakang tubuh Lili, dia mengeratkan tangannya kecelana sang Mama karna takut dengan lelaki itu.
"beraninya kau-"
"Diamlah, Lili! Ayo Sayang, ke sini sama Papa!"
Bukannya mendekat, Zia malah semakin menyembunyikan dirinya. "Mama, Papa Cia ada dua?"
Wajah Zia tampak bingung, tangan mungilnya meminta untuk naik kegendongan Mamanya.
"tidak, Sayang! jangan dengarkan-"
"Waah, Zia! tega-teganya kau bilang Papa ada dua!"
Bagaikan seorang pahlawan yang datang disaat yang sangat tepat, Lili tersenyum lebar dan langsung berlari ke arah Arthur.
"Sial! siapa sebenarnya laki-laki ini? kenapa dia selalu berada di sekitar Lili?"
Reza merasa penasaran dan tidak terima, dia tidak rela kalau sampai Lili dekat dengan lelaki lain.
"Zia, awas kau yah! teganya kau membuang Papa!"
Wajah Arthur cemberut, pipinya mengembang dengan bibir maju beberapa senti.
"Papa, Cia sayang Papa! Cia enggak mau Papa yang lain!"
Tegas melakukan pembelaan, bahwasannya hanya Arthur lah satu-satunya Papa yang dia mau.
Arthur kembali tersenyum, tapi sesaat kemudian senyumnya menghilang saat dia melihat ke arah Reza. Kakinya mulai melangkah mendekati lelaki itu yanh juga menatapnya tajam.
"Dengar, aku tidak ada urusan denganmu! tapi kalau kau mengganggu Zia dan Mamanya, maka kau akan berurusan denganku!"
Tangan Arthur mencengkram kuat bahu Reza, tetapi lelaki itu tidak tinggal diam dan membalasnya dengan menginjak kaki Arthur.
"kau tidak berhak melarangku, karna Zia adalah anakku! dan Lili, dia juga akan kembali padaku!"
"Apa? kau tidak salah? Hahaha!"
Arthur tertawa mendengar kata-kata terakhir yang Reza ucapkan, dia lalu menepuk-nepuk bahu lelaki itu sembari memutarinya.
"Mana mungkin dia mau kembali padamu saat ada laki-laki setampan aku dihadapannya!"
Jiwa narsis Arthur berkumandang, tetapi yang dia ucapkan memang benar. Dia lebih baik dari segi apapun dari pada lelaki itu.
Lili dan Zia yang masih memperhatikan mereka berdua hanya diam menjadi penonton, mereka juga tidak bisa mendengar apa yang dua laki-laki itu bicarakan.
"kau lihat saja! aku akan mendapatkan Lili dan Zia kembali!"
"Tidak tidak tidak! itu tidak akan terjadi, selama aku berada di sampingnya, dia tidak akan kembali padamu! selamat bertemu dipengadilan besok!"
Arthur mengibarkan bendera perang pada Reza membuat hati lelaki itu terbakar, dia bersumpah akan membalas apa yang Arthur katakan padanya.
"ka-kalian bicara apa?" tanya Lili, dia melihat Reza menatap mereka dengan tajam seolah-olah ingin melenyapkan mereka dari muka bumi ini.
"Tidak ada! ayo, kita pulang!"
Arthur mengambil Zia dari gendongan Lili, dan tanpa sadar dia menggandeng tangan wanita itu dan membawa mereka ke mobil.
"enak saja dia! sudah dikasi kesempatan sekali, kok masih mau lagi! sekarangkan giliranku, aku tidak akan membiarkan Lili kembali padanya!"
•
•
•
Tbc.
Terima kasih yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
TERNYATA KK LILI TMANNYA MASYA.
TU REZA MMG ANJING, PENIPU & PENJAHAT KELAMIN..
SEMOGA ARHUR BISA LINDUNGI LILI
2023-02-01
3
Babang Irfan
wkwkwkwk Reza, mengharapkan lily sama Zia kembali, mimpi 🤭🤭
2022-12-20
2
Erah R Zaelani
semoga arthur jodoh nya lily
2022-12-19
1