"apalagi kalau kau nanti menikah dengan Arthur, maka kau akan menjadi-"
"Mama!" Arthur berteriak dengan kencang membuat semua orang terlonjak kaget, terutama Zia yang sedang duduk dipangkuan Arthur sampai tubuh gadis kecil itu terbang beberapa senti ke atas.
"Kau pikir ini dihutan!"
Mama Mawar mengusap telinganya yang berdengung akibat teriakan Arthur, sepertinya dia tidak sadar kalau dialah yang menyebabkan Arthur berteriak seperti itu.
"ka-kalau begitu kami permisi pulang, Om, Tante! Zia sepertinya sudah mengantuk!"
Lili terpaksa memfitnah putrinya karna tidak bisa lagi berlama-lama di tempat itu, dia takut kalau Mama Mawar nanti akan semakin menjadi-jadi.
"Mama, Cia enggak ngantuk!"
Zia yang merasa difitnah oleh Mamanya melakukan pembelaan, dia bahkan sampai berdiri di atas kursi sambil menunjukkan matanya yang tidak mengantuk.
Lili ingin sekali membungkam mulut Zia, lalu menarik Zia agar kembali duduk di sampingnya.
"kan jam segini biasanya Zia udah bobok, Sayang! makanya, ayo kita pulang sekarang!"
"benar, ayo kita pulang!"
Arthur bangkit sembari menggendong Zia, dia lalu naik ke atas kamar untuk mengambil kunci mobilnya.
"Papa, Cia lupa sesuatu!"
Arthur yang sudah menaiki tangga menghentikan langkahnya. "Lupa apa?"
Zia segera turun dari gendongan Arthur dan berlari ke arah Lili yang masih duduk bersama kedua orangtua lelaki itu.
"Zia? kenapa lari-lari?" tanya Lili dengan nada marah karna Zia berlarian ditangga.
"Mama-Mama, Cia mau ngomong sesuatu!"
Semua orang tampak penasaran dengan apa yang ingin gadis kecil itu katakan, bahkan Arthur saja belum ke kamarnya karna ingin mendengar ucapan Zia.
"Mama, Cia mau punya adik!"
"Apa?"
Lili terlonjak kaget saat mendengar ucapan Zia, sementara Arthur sendiri sedang terkikik geli saat ini.
"Iya Mama, Cia mau Adik! kata Papa, Cia harus bilang sama Mama kalau mau adik, supaya Papa kasi Cia Adik!"
"Apa?"
Lili langsung mengalihkan pandangannya ke arah Arthur, sementara lelaki itu langsung cabut ke kamarnya sebelum melihat kemarahan Lili.
"dasar laki-laki itu! beraninya dia mengajari anakku yang tidak benar, awas kau!
"Mama, Mama mau kan?"
Zia menarik celana Mamanya saat Lili masih melihat ke arah Arthur pergi, dia terlihat sangat tidak sabar untuk punya adik.
"Zia, Mama-"
"tentu saja dong, Sayang! Mama sama Papa pasti bakal kasi Zia adik yang banyak!" seperti biasa Mama Mawar memotong tanpa permisi.
"Hore, hore!"
Zia melompat-lompat karna kesenangan, sementara Lili ingin sekali tenggelam ke dasar laut karna merasa malu dan marah saat ini.
"Papa, Papa!"
Zia yang melihat keberadaan Arthur langsung meloncat kegendongan lelaki itu, entah kenapa mereka tampak sangat akrab bagaikan ayah dan anak kandung.
"kenapa? ada apa? apa kau mau pulang sekarang?" tanya Arthur.
"Papa, kata Mama, Mama sama Papa mau kasi Cia adik yang banyak!
"Apa?"
Sekarang keadaannya terbalik, bukan lagi Lili yang kaget melainkan Arthur sendiri.
"Ka-kami permisi dulu!"
Lili langsung saja menyalim tangan kedua orangtua Arthur sebelum keadaan semakin tidak terkendali, dia harus meruqyah Zia dan Arthur jika sudah sampai di rumah nanti.
Setelah kepergian mereka, Mama Mawar dan Papa Ari kembali masuk ke dalam rumah dan duduk disofa yang mereka duduki tadi.
"Mereka sudah seperti sebuah keluarga ya, Pa! terlihat sangat harmonis!" ucap Mama Mawar.
Papa Ari melirik istrinya dengan malas. "Jangan yang aneh-aneh, Ma!" Papa Ari merasakan gelagat yang tidak baik dari istrinya.
"aneh-aneh apa sih! Mamakan cuma mengatakan yang sebenarnya, Arthur juga sepertinya sangat menyayangi Zia! padahal dia tidak pernah menyayangi orang lain seperti itu, bahkan dia aja gak sayang sama Mama!"
Mulai terjadi kecemburuan dihati Mama Mawar membuat Papa Ari memilih untuk pergi meninggalkan istrinya itu.
"Loh, Pa! tunggu Mama!"
Mama mawar menyusul kepergian suaminya yang sedang berjalan ke arah kamar mereka.
Sementara itu, suasana dimobil Arthur masih sama seperti saat keberangkatan mereka. Di mana tidak ada yang bersuara di dalam mobil tersebut, sampai ....
"Mama, jadi kapan Adik Cia ada?"
"Zia! berhenti membahas tentang adik!"
untuk pertama kalinya Lili meninggikan suaranya, terlihat Zia langsung mengkerut takut dan menundukkan kepalanya.
Lili yang melihat Zia langsung merasa bersalah, dia lalu menarik napas panjang agar bisa lebih tenang.
"kenapa marah? kan tidak salah kalau Zia minta adik!"
Lili yang tadi sudah tenang kini kembali merasa emosi. "Kenapa sih, kamu ngajarin Zia yang enggak-enggak!" Tatapan tajam terpancar ke arah Arthur.
Arthur mengerutkan keningnya, dia heran kenapa malah dia yang disalahkan oleh wanita itu.
"apa maksudnya? aku tidak melakukan apapun!"
"tidak melakukan apapun kau bilang? jelas-jelas kau yang mengajari Zia seperti itu!"
Otak pintar Arthur mencoba untuk mencerna apa yang Lili katakan, sepertinya wanita itu sudah salah paham padanya.
"bukan aku yang mengajari Zia seperti itu!"
Arthur langsung saja menceritakan apa yang terjadi pada Zia sampai gadis itu meminta adik pada mereka.
Lili terdiam, dia lalu melihat ke arah Zia dengan mata berkaca-kaca. Terlihat putrinya sedang meringkuk sembari menutupi wajahnya.
"Zia!"
Lili memalingkan wajahnya ke arah samping, beberapa bulir air mata berhasil lolos dari matanya seiring dengan rasa sakit yang ada dihatinya.
"Maafkan Mama, Zia! maafkan Mama!"
Arthur melirik ke arah Lili yang sedang terisak di sampingnya, dia tau bagaimana perasaan seorang single mom yang pasti merasa sedih dengan apa yang terjadi pada anak mereka.
Tidak berselang lama, mobil Arthur sudah sampai di halaman depan rumah Lili. Wanita itu bergegas turun dan membuka pintu mobil bagian belakang untuk menggendong Zia.
"Sayang, kita sudah sampai!"
Lili menarik tangan Zia dengan perlahan, ternyata putrinya itu sedang tidur.
"Biar aku saja!"
Arthur yang melihat Zia tidur langsung menggendong Zia dan membawanya keluar dari mobil.
"Maafkan Mama, Zia! andai Mama tidak salah mempercayai lelaki, pasti kau sudah bahagia sekarang!"
Mata Lili kembali basah, dia merasa bersalah pada putrinya karna telah salah memilih suami.
Arthur yang sudah sampai di depan pintu rumah Lili berbalik untuk melihat wanita itu, terlihat Lili sedang mengusap air matanya di samping mobil.
"kenapa dia menangis lagi? apa tidak takut kalau nanti air matanya kering?"
"Mau sampai kapan aku menggendong Zia? apa pikirnya tidak berat!"
Lili yang mendengar suara Arthur bergegas untuk membuka pintu rumahnya, agar Arthur bisa meletakkan putrinya ke dalam rumah.
Setelah membaringkan Zia di dalam kamar, Arthur bergegas pamit untuk pulang ke rumahnya.
"te-terima kasih! dan maaf karna aku sudah menuduhmu yang tidak-tidak!" ucap Lili dengan pelan.
Arthur tersenyum tipis. "sudah biasa! orang-orang memang selalu berpikir negatif tentangku!"
Arthur lalu berjalan ke arah mobilnya dengan diikuti oleh Lili yang ingin mengantar kepergian lelaki itu.
Namun, saat Arthur ingin melangkah keluar. Tidak sengaja kakinya menginjak sesuatu dan dia beralih mengambil apa yang dia pijak.
"Surat dari pengadilan?"
Arthur lalu menunjukkan amplop itu pada Lili, yang langsung diterima oleh Lili dengan bingung.
"Pengadilan agama?"
Lili bergegas membuka amplop itu untuk melihat apa yang tertulis dari pengadilan agama, terlihat Arthur merapatkan tubuhnya karna penasaran dengan isi amplop tersebut.
deg, jantung Lili terasa seperti ditusuk oleh ribuan anak panah saat membaca apa yang tertulis dalam surat itu hingga tubuhnya terhuyung ke belakang.
Dengan cepat Arthur menangkap tubuh Lili sebelum mencium lantai. "Ibuk tidak apa-apa?"
Surat dari Pengadilan Agama yang berisi tentang gugatan hak asuh Zia terjatuh begitu saja ke atas lantai.
•
•
•
Tbc.
Terima kasih yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
🍃yanni🍃
dri keseluruhan cerita yg kubaca hingga chaptr ini, tokoh sentralnya mienurutku mama mawar, selain dia clon mertua baik dia yg bikin masalah yg berujung kehebohan dn tentu saja aku senyum2 sendri bacanya
2022-12-24
2
Nayra Syafira Ahzahra
semoga Keluarga Arthur bisa menolong Lili ya🙏🙏🙏
2022-12-09
1
🧡🥑⃟🦆͜͡мυмυ𝓐𝔂⃝❥
diiih mantan nya Lili ngarep amaat sih
ayo Arthur bantu lili😁
2022-12-09
2