Setelah semua makanan dan minuman siap untuk dihidangkan, Mama Mawar menyuruh Lili untuk memanggil Arthur dan juga Zia.
"Emm ... maaf Tante, aku-"
"Sudah tidak usah malu-malu! kamar Arthur bersih kok."
Mama Mawar mendorong tubuh Lili agar segera pergi ke kamar Arthur, padahal Lili merasa sungkan untuk menemui lelaki itu. Apalagi sejak kejadian di rumahnya hari ini membuatnya merasa malu dan canggung.
Karna tidak bisa lagi menolak suruhan Mama Mawar, akhirnya Lili pergi ke kamar Arthur yang telah ditunjukkan oleh Mama Mawar.
"Arthur! makanan sudah siap, ayo kita makan!" panggil Lili sembari mengetuk pintu kamar Arthur.
Beberapa kali Lili melakukannya, tetapi Arthur tidak juga muncul membuat Lili terpaksa masuk ke dalam kamar tersebut.
"Arthur!"
Lili masuk dengan perlahan ke dalam kamar Arthur, dia celingukan ke sana kemari untuk mencari keberadaan lelaki itu.
"Astaghfirullah!"
Lili membulatkan matanya saat melihat Arthur sedang tidur di atas ranjang, padahal sejak tadi dia terus memanggil lelaki itu tetapi dia tetap terlelap di alam mimpi.
"Arthur! ba-"
Lili tidak jadi membangunkan Arthur saat melihat putrinya juga sedang terlelap dalam dekapan lelaki itu, matanya tiba-tiba terasa panas karna melihat pemandangan yang ada dihadapannya saat ini.
Tubuh Lili membeku, dengan jantung berdebar keras. Dadanya mulai terasa sesak karna rasa sedih yang menyelimuti hatinya, bagaimana tidak, dia bagai melihat kehidupan rumah tangga yang seutuhnya yang tidak bisa dia berikan untuk Zia.
Beberapa bulir air mata mulai menetes, sungguh pemandangan yang terasa sangat menyayat hati. Dia tidak tau apakah dia bisa memberikan keluarga yang utuh seperti orang lain untuk putrinya.
Karna merasa tidak tahan berada di kamar itu, Lili berbalik dan hendak pergi dari sana.
"Ya Allah!"
Lili terlonjak kaget saat melihat Mama Mawar sedang berdiri di belakangnya, dia segera menghapus air mata yang masih membekas di wajahnya sebelum wanita paruh baya itu melihatnya.
"Ta-tante, mereka, mereka masih tidur!" ucap Lili.
Mama Mawar berjalan ke arah ranjang untuk melihat kedua bocah itu, dia tersenyum saat melihat Arthur dan Zia sedang terlelap.
"Biarkan mereka tidur sebentar lagi, lagipula Papanya Arthur juga belum pulang!"
Akhirnya Mama Mawar kembali mengajak Lili untuk keluar dari kamar, mereka lalu duduk di ruang keluarga untuk menunggu Arthur bangun dan dan juga Papanya pulang kerja.
"bagaimana pekerjaanmu, Lili? lancar?" tanya Mama Mawar, entah kenapa dia selalu lembut pada orang lain, tapi tidak dengan anaknya sendiri.
"Alhamdulillah lancar, Tante!"
Lili bersyukur karna tidak ada kendala apapun dalam pekerjaannya walaupun dia harus menjaga putrinya juga.
"Kalau kau sedang mengajar, lalu Zia dengan siapa?"
Mama Mawar sudah tau kalau Lili bekerja sebagai seorang dosen, dan dia khawatir dengan Zia saat Ibunya sedang bekerja.
"Zia aku titipin ditempat penitipan anak, Tante!"
Mama Mawar mengangguk-anggukkan kepalanya, memang lebih baik dititipkan ke tempat penitipan anak daripada menyewa seorang babysitter.
"kalau kau tidak keberatan, Tante bisa menjaga Zia!"
Lili terkejut mendengar ucapan Mama Mawar, dia tidak mungkin merepotkan orang lain yang pastinya akan membuat dia menjadi tidak nyaman.
"tidak apa-apa Tante, aku tidak ingin merepotkan-"
"merepotkan apa? Tante suka kok bermain dengan Zia, lagipula Tante enggak ada kerjaan!"
Lili tersenyum sungkan, dia merasa tidak nyaman untuk menerima bantuan orang lain secara cuma-cuma.
"mulai besok, kamu bisa antar Zia ke sini. Atau biar Tante saja yang menjemputnya!"
"ti-tidak perlu, Tante! biar Zia-"
"sudah, tidak boleh menolak!"
Lili kehabisan kata-kata, sepertinya sifat seenaknya sendiri yang ada dalam diri Arthur menurun dari Mamanya.
"Mama! apa makanannya belum matang?"
Tiba-tiba Arthur datang sembari menggendong Zia membuat kedua wanita itu langsung melihat ke arahnya.
"kenapa? Zia sudah lapar?" tanya Mama Mawar.
"Bukan cuma dia aja yang lapar, tapi aku juga!"
Arthur terlihat kesal, perutnya sudah keroncongan sejak tadi tetapi Mamanya tidak juga memaanggilnya.
"suruh siapa kamu tidur!" balas Mamanya dengan ketus, Arthur hanya memalingkan wajahnya saja karna sebal melihat sang Mama.
Tidak berselang lama, Papa Ari pulang dari kantor. Mama Mawar dan Lili segera menyajikan makanan dan minuman ke atas meja makan untuk mereka semua.
"Papa, Cia enggak mau cayul!"
Arthur yang ingin memasukkan suapan pertamanya menjadi tidak jadi, dia beralih ke arah Zia yang sedang meminggir-minggirkan sayuran yang ada dipiringnya.
"Zia, kalau makan itu harus pakai sayur juga!"
Gadis kecil itu cemberut saat mendapat teguran dari Mamanya, dia memang sangat tidak suka dengan segala jenis sayuran.
"Kenapa Zia gak makan sayur? apa Zia itu karnivora?"
Klenting, sendok yang dipegang oleh Lili sampai terjatuh membentur lantai saat mendengar ucapan Arthur, sementara Mama Mawar dan Papa Ari terkikik geli mendengar ucapan putra mereka.
"Papa, kalkikula itu apa?" tanya Zia dengan polosnya membuat kedua orangtua Arthur semakin tergelak.
"Zia belum cukup umur untuk tau! sekarang Zia makan aja yah, kalau enggak mau sayur gak usah dimakan, letak dipiring Papa!"
Arthur terlihat sangat telaten saat melayani Zia, bahkan gadis kecil itu sepertinya sudah melupakan keberadaan sang Ibu.
"Pa, Arthur sudah cocokkan kalau punya anak?" bisik Mama Mawar sembari menyenggol lengan suaminya.
"Cocok dari mananya? dia bahkan belum bisa membedakan antara manusia dan hewan!"
Mama Mawar kembali tergelak saat mendengar ucapan suaminya, dia lalu kembali melanjutkan makannya sembari memperhatikan Arthur yang sedang melayani Zia.
Setelah selesai makan, mereka kembali berbincang ria. Banyak hal yang keluarga Arthur tanyakan kepada Lili, termasuk tentang statusnya yang sudah menjadi janda.
Lili terlihat ragu untuk menceritakan tentang apa yang sudah terjadi padanya karna memang selama ini dia selalu sendirian tanpa keluarga dan tanpa teman.
"Kalau enggak mau jawab, gak usah dijawab! Mama memang suka kepo!"
Mama Mawar cemberut saat mendengar ucapan Arthur, sementara Lili malah tersenyum melihat perhatian yang Arthur berikan.
"aku menjadi janda saat usia pernikahanku baru menginjak satu bulan, dan saat itu aku bahkan tidak tau kalau aku sedang hamil,"
suara Lili lirih terdengar, terlihat jelas bahwa saat itu adalah saat-saat yang paling menyedihkan untuknya.
Mama Mawar beralih duduk di samping Lili, dia mengusap punggung wanita itu membuat Lili tersenyum simpul.
"lalu, di mana keluargamu, Lili? apa mereka tidak tinggal di sini?" tanya Mama Mawar kembali.
Lili menggelengkan kepalanya. "Keluargaku tinggal di kota sebelah, dan aku sudah tidak pernah berkomunikasi lagi dengan mereka!"
Lili menundukkan kepalanya, dia merasa kembali merasa sedih jika mengingat tentang keluarganya.
Semua orang terdiam, bahkan Zia saja tidak mengeluarkan suaranya seolah-olah tau kalau Mamanya sedang sedih.
"Sekarang, jangan bilang lagi kalau keluargamu ada di Kota sebelah! karna sejak kau masuk ke dalam rumah ini, kami adalah keluargamu!"
Lili melihat Mama Mawar dengan mata berkaca-kaca, dia merasa tidak percaya karna ada seseorang yang mengulurkan tali kekeluargaan padanya.
"apalagi kalau kau nanti menikah dengan Arthur, maka kau akan menjadi-"
"Mama!"
•
•
•
Tbc.
Terima kasih yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Evi
ada ya mamanya ngebet kepingin punya mantu janda ank satu 🤣🤣🤣🤣🤣
2023-04-08
0
Ta..h
si mama 😂
2023-02-04
1
🧡🥑⃟🦆͜͡мυмυ𝓐𝔂⃝❥
mama mawar in the best lah🤣🤣🤣
2022-12-09
1