Setelah beberapa saat, akhirnya Lili keluar dari kamarnya untuk menemui Arthur yang sedang duduk di ruang tv.
"mau apa kau datang ke sini?"
Arthur yang tadi sedang melamun sedikit terkejut saat mendengar suara Lili, dia lalu melihat ke arah wanita itu yang sedang bertolak pinggang.
"Aku datang karna mau menjemput Ibu!"
Arthur memalingkan wajah karna matanya tidak bisa di ajak untuk bekerja sama, isi kepalanya juga dipenuhi bayangan saat Lili memakai handuk.
"dasar gila! keluarlah kau dari pikiranku!"
"apa ini sudah maghrib?" tanya Lili, seingatnya Arthur mengatakan akan menjemputnya abis maghrib.
"Mama yang minta!"
Arthur bangun dan berjalan ke arah Zia, dia menggendong gadis kecil itu dan membawanya keluar.
"Tunggu! mau kau bawa ke mana Zia?"
Lili menyusul langkah Arthur yang sudah sampai di teras rumahnya, dia menarik lengan lelaki itu agar menghentikan langkah kakinya.
"mau ke rumahku lah, terus ke mana lagi!" jawab Arthur sembari memalingkan wajahnya.
Lili melihat lelaki itu dengan bingung, sepertinya Arthur sedang menghindarinya saat ini.
"tapi dia belum mandi, biar aku-"
"bisa mandi di rumahku!"
"Apa?"
Lili semakin bingung, entah kenapa dia dipaksa seperti ini. Sementara Arthur sendiri juga tidak ingin melihat ke arahnya seperti sedang terjadi sesuatu.
"apa dia menghindariku karna kejadian tadi? tapi kenapa? saharusnya kan aku yang menghindarinya!"
terserahlah, Lili merasa tidak peduli dan berlalu masuk untuk mengambil pakaian Zia.
"Hah!" Arthur bernapas lega saat melihat wanita itu pergi, jantungnya terus berdebar kencang dan tidak bisa dia kendalikan.
"Sebenarnya apa yang terjadi padaku? kenapa aku jadi seperti ini?"
Arthur mengusap wajahnya dengan kasar, dia tidak sadar kalau saat ini Zia masih berada di gendongannya dan itu membuat gadis kecil itu hampir terjatuh.
"Zia!"
Lili yang melihat Zia akan terjatuh dari tangan Arthur langsung berlari untuk menangkapnya, sementara Arthur yang baru sadar dengan apa yang terjadi segera mengendalikan tangannya.
Bruk! tubuh Lili menabrak tubuh Arthur menyebabkan mereka bertiga terjun bebas kerumput yang ada di halaman, untung saja Zia jatuh tepat di atas tubuh bagian kanan Arthur dan Lili jatuh dibagian kirinya.
Zia segera bangun dari tubuh Arthur, sementara Ibunya masih betah berlama-lama di atas tubuh lelaki itu.
Pandangan mereka berdua seolah sedang terkunci, mereka saling menatap satu sama lain hingga tidak sadar dengan apa yang terjadi.
Arthur memperhatikan garis wajah Lili yang tampak sangat cantik di matanya, mata bulat serta bulu mata yang lentik semakin membuat semua lelaki jatuh cinta saat menatap matanya.
Lili sendiri juga seperti sedang terhipnotis, dia terus memandang wajah Arthur yang kini semakin dekat dengan wajahnya.
Arthur semakin memajukan wajahnya saat melihat bibir seksi Lili, sungguh dia ingin mengecup bibirnya yang sangat menggoda itu.
Deg, deg, deg debaran jantung mereka seakan saling bersahutan, bahkan mereka sendiri dapat mendengar suara debaran jantung itu.
"Mama, Papa kebelatan tuh!"
Arthur dan Lili yang terkejut mendengar suara Zia langsung bangun dan menjauh, mereka kini saling membelakangi karna merasa sangat malu.
"Mama kok bangunnya lama, kan Papa kebelatan!"
Zia menarik celana Mamanya membuat Lili melihat ke arah putrinya itu, dia lalu menggendong Zia dan memasukkannya ke dalam mobil Arthur.
"ki-kita berangkat sekarang!" ajak Lili tanpa melihat ke arah Arthur.
Arthur lalu masuk ke dalam mobil dan duduk di balik kemudi tanpa berkata apa-apa dengan diikuti oleh Lili yang duduk tepat di sebelahnya.
Sepanjang perjalanan, tidak ada yang bersuara dimobil itu. Sesekali Zia bertanya pada Lili dan juga Arthur, mereka menjawab pertanyaan Zia dengan singkat tanpa berniat untuk membuka obrolan.
Tidak berselang lama, akhirnya mobil Arthur sampai juga ke halaman rumahnya. Arthur segera turun dari mobil dan berlalu masuk meninggalkan Lili dan Zia di halaman depan.
"Waah, coba lihat siapa ini?"
Zia segera berlari ke dalam pelukan Mama Mawar yang sengaja menyambut kedatangan mereka, sementara Lili berjalan pelan mendekati wanita paruh baya itu.
"Assalamu'alaikum, Tante!" ucap Lili, dia menyalim tangan Mama Mawar dan diikuti oleh Zia.
"Wa'alaikum salam, Sayang! ayo, kita masuk!"
Mama mawar segera membawa Lili dan putrinya masuk ke dalam rumah dan mereka duduk di ruang keluarga.
"Loh, di mana Arthur?"
Mama Mawar celingukan ke sana kemari mencari keberadaan Arthur, dia tidak melihat Arthur bersama dengan Lili.
"Arthur sudah masuk ke dalam, Tante!"
"Hah, kapan?"
Mama Mawar tidak melihat kapan Arthur masuk ke dalam rumah sementara dia tadi sedang berdiri di depan pintu.
Lili lalu mengatakan kalau Arthur sudah lebih dulu masuk sebelum mereka, lelaki itu berjalan tepat dihadapan Mama Mawar.
"iyakah? ah, mungkin karna Mama terlalu fokus pada kalian sampai tidak melihatnya!"
setelah sedikit mengobrol, Mama Mawar lalu membawa Lili ke dapur. Dia mengatakan kalau ingin mengajari wanita itu membuat kue kesukaan Arthur.
Walaupun Lili merasa tidak mengerti kenapa dia harus membuat kue kesukaan Arthur, tetapi dia tetap melakukannya karna dia juga suka dalam hal masak memasak.
Sementara itu, Arthur yang sedang berbaring di ranjang dikejutkan dengan kehadiran Zia di kamarnya. Dia lalu bangun dan menyuruh Zia untuk naik ke atas ranjang.
"Nah, kau harus menjaga Zia! Mama lagi sibuk membuat kue bersama pacarmu!"
Mama Mawar menyembulkan kepalanya dari balik pintu, ternyata dialah yang membawa Zia ke kamar Arthur.
"iya-iya, udah sana!"
"Cih!" Mama Mawar berdecak kesal karna diusir oleh Arthur, dia lalu kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.
Setelah Mamanya pergi, Arthur mengambilkan mainan untuk Zia walaupun hanya ada mainan laki-laki di dalam kamarnya.
"Papa, Cia mau punya adik!"
Bruk! Arthur yang sedang mengambil mobil-mobilan di atas lemari langsung terjatuh ke lantai saat mendengar ucapan Zia. Dia lalu bangun sembari mengusap-usap pantatnya yang terasa sakit.
"Zia, kenapa minta adik? minta yang lain saja!" seru Arthur sembari kembali naik ke atas ranjang.
Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya karna tidak mau menuruti apa yang Arthur katakan.
"kenapa Zia minta adik?" Arthur penasaran karna tiba-tiba putri Lili meminta adik darinya.
"kata teman-teman Cia, Cia enggak punya Papa! tapi telus, Cia bilang Cia punya. Kata meleka kalau cia punya Papa, belalti punya adik juga!"
Arthur terdiam mendengar alasan gadis kecil itu meminta adik, rupanya dia diejek oleh teman-temannya karna tidak mempunyai Ayah dan itu berhasil membuat hati Arthur terasa sakit.
"Zia, enggak semua orang punya adik walaupun mereka punya Papa! teman-teman Zia pasti ada juga kan, yang enggak punya adik?"
Zia menganggukkan kepalanya, dia ingat kalau salah satu temannya seorang anak tunggal.
"Tapi, Cia mau adik!"
Bola mata gadis kecil itu tampak berkaca-kaca membuat Arthur merasa tidak tega, dia lalu mengangkat tubuh Zia dan mendudukkannya dipangkuannya.
"kalau Zia memang mau adik, Zia harus bilang sama Mama! kalau Mama setuju, Papa pasti akan kasi adik untuk Zia,"
"benarkah?" wajah Zia langsung berseri-seri mendengar ucapan Arthur.
"Tentu saja, jadi Zia harus bilang sama Mama, oke?"
Zia menganggukan kepalanya. "Oke! nanti Cia bilang sama Mama!"
Arthur tertawa lebar mendengar ucapan Zia, dia sudah tidak sabar untuk melihat bagaimana reaksi Lili saat mendengar ucapan putrinya.
"Hehehe! Mamamu pasti akan kena serangan jantung kalau mendengarnya!"
•
•
•
Tbc.
Terima kasih yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
𝐈𝐬𝐭𝐲
modus bgt arthur.. 🤣🤣🤣
2022-12-24
2
Anik Widyawati
hadehhhhh modusss Arthur,...😄😄😄
2022-12-16
1
Suci Dewi
seru banget
2022-12-08
1