"Kau lihat saja, aku akan mengambil Zia dari tanganmu!"
Lelaki itu pergi dengan membanting vas bunga yang ada dimeja ruang tamu Lili membuat Zia yang tadi sedang tidur jadi terbangun.
"Mama!"
"Iya Sayang, sstt! bobok lagi yah!"
Lili mengusap-usap punggung Zia agar anaknya kembali tidur dan semua itu tidak lepas dari pengawasan Arthur.
Setelah Zia tidur, Lili segera bangun dan membersihkan vas bunga yang tadi dijatuhkan oleh Reza. Beberapa bulir air mata berhasil lolos dari matanya dan segera diusap agar tidak semakin menjadi.
Arthur terus memperhatikan apa yang Lili lakukan, sepertinya wanita itu tidak sadar kalau ada dia di dalam rumah itu.
"Astaghfirullah!"
Lili yang hendak membuang pecahan vas terjingkat kaget saat melihat Arthur, dia memegangi dadanya yang berdebar keras akibat keberadaan lelaki itu.
"apa yang kau lakukan di sini?" tanya Lili dengan tajam.
Arthur berjalan ke arah sofa dan duduk dengan nyaman tanpa memperhatikan kalau saat ini Lili sedang menatap tajam padanya.
"aku kan mengantar anda pulang, kok masih nanyak sih?"
Lili merasa kesal dengan jawaban Arthur, sementara lelaki itu merasa tidak peduli dan malah membaringkan diri di samping Zia.
"aku tau kalau kau habis mengantarku, yang ku maksud kenapa kau masuk kerumahku?"
Lili terlihat sangat geram, ingin sekali dia melempar pecahan vas itu kewajah Arthur.
"Aku lelah, Buk! aku butuh istirahat!"
Arthur memejamkan mata sembari memeluk tubuh Zia membuat Lili benar-benar merasa sangat kesal.
"Kau-"
Lili yang ingin mengusir Arthur mengurungkan niatnya saat melihat Zia menggeliatkan tubuhnya, dia takut kalau sang putri kembali bangun.
"Baiklah, lupakan saja! anggap dia batu!"
Lili berlalu pergi ke belakang meninggalkan Arthur dan Zia yang sedang berbaring di depan tv.
Selepas kepergian Lili, Arthur kembali membuka matanya. Dia tau kalau saat ini Lili pasti sedang tidak baik-baik saja dan butuh seseorang untuk diajak bicara, karna dia adalah makhluk yang paling peka jika berurusan dengan para wanita.
Setelah beberapa saat, akhirnya Arthur pergi dari rumah itu setelah beberapa kali diusir oleh Lili. Setidaknya dia bisa sedikit menghibur wanita itu walaupun Lili selalu kesal saat bersamanya.
Hari ini Arthur merasa sangat-sangat lelah, dia merasa energinya untuk seminggu kedepan sudah terkuras habis.
"aku mau tidur sampai malam, aku akan memakai earphone dan mengunci pintu agar Mama tidak bisa menggangguku!"
Itulah tujuan hidup Arthur saat ini, dia ingin mengembalikan energinya dengan tidur dari siang sampai malam.
"Arthur!"
Baru saja Arthur turun dari mobil tapi sudah mendengar suara teriakan Mamanya membuatnya serasa ingin mati saja.
"kok cepat sekali pulangnya?" tanya Mama Mawar saat melihat putranya sudah pulang.
Arthur berjalan malas kearah Mamanya. "Pulang cepat salah, pulang lama juga salah! aku memang selalu salah di mata Mama!" balas Arthur penuh drama.
Mama Mawar mencebikkan bibirnya saat mendengar ucapan sang anak. "Yah seharusnya kamu ngobrol-ngobrol dulu kan, sama Lili!"
Arthur menghela napas kasar, sekarang dia merasa kalau energi kehidupannya untuk setahun kemudian sudah habis.
"Aku sudah ngobrol, sudah tidur juga. Pokoknya udah semuanya!"
Arthur berjalan kearah kamarnya meninggalkan Mama Mawar, dia malas terus berada disitu yang nantinya akan semakin membuatnya kesal.
"Mama setuju!"
Arthur yang sudah naik ke atas tangga mengerutkan keningnya, dia melihat kearah Mamanya yang juga sedang melihatnya.
"Mama setuju kalau kau berpacaran dengan Lili!"
"Oh God! Tolonglah, Ma ...! bisa tidak, satu hari saja jadi Ibu yang baik dan benar!"
Arthur berjalan ke kamarnya karna sudah tidak tahan melihat tingkah sang Mama, ada saja tiap hari yang Mamanya lakukan untuk membuatnya kesal. Kini dia mulai bertanya-tanya, jangan-jangan tujuan Mamanya melahirkan dia hanya untuk membuatnya kesal.
Setelah berada di dalam kamar, Arthur segera mengunci pintu dan memasang earphone ketelinganya. Dia harus mewujudkan tujuannya untuk tidur sampai malam.
Sementara itu, ditempat lain terlihat seorang lelaki sedang bersitegang dengan istrinya di rumah mereka.
Barang-barang yang tadinya tertata rapi kini sudah berserakan di atas lantai akibat amukan dari sang Nyonya rumah.
"bilang saja kalau kamu masih mencintai pelac*ur itu, makanya kau ingin meminta anaknya!" tuduh Meli, dia merasa sangat emosi saat suaminya mengatakan kalau dia ingin merebut hak asuh Zia dari Lili.
"aku hanya ingin anakku, Meli! dan kau tidak bisa punya anak!"
ucapan Reza telak menancap dihati Meli membuat wanita itu semakin murka, dia lalu berjalan kearah lemari dan mengeluarkan semua barang-barang mereka.
"Baiklah, kalau kau memang ingin bersama dengan anakmu. Maka sekalian saja pergi dari sini, aku tidak ingin lagi bersamamu!"
Meli melempar semua pakaian Reza tepat kehadapan lelaki itu, wajahnya merah padam menahan gejolak emosi yang sungguh sangat menggores hatinya.
"sebenarnya apa yang terjadi padamu, Meli? kenapa kau seperti ini? bukannya kau sendiri yang ingin mengadopsi anak?"
Reza berusaha untuk menahan diri, dia mulai menurunkan nada suaranya agar pertengkaran mereka tidak semakin melebar.
"aku memang ingin mengadopsi anak, tapi bukan berarti anakmu dengan pelac*ur itu!"
Meli sangat tidak senang dengan kehadiran Lili, apalagi wanita itu telah mengancurkan hidupnya dengan merebut suami yang sangat dia cintai.
"kenapa tidak?"
Tiba-tiba seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar mereka, dia mengelengkan kepalanya saat melihat kondisi kamar itu.
"Mama? apa yang Mama lakukan di sinu?" tanya Meli, dia tidak senang jika mertuanya ikut campur dengan urusan rumah tangganya.
"kenapa kau tidak setuju dengan rencana Reza? Dia kan ingin mengambil putrinya, bukan ingin kembali pada wanita itu!"
Mama Riri terlihat bingung, kenapa menantunya sangat tidak setuju dengan keputusan putranya.
"Heh! hanya mengambil anaknya Mama bilang? apa Mama lupa, kalau dulu putra Mama menikah dengan pelac*ur itu di belakangku?"
Mama Riri terdiam saat mendapat balasan dari Meli, dia tidak bisa membantah apa yang wanita itu katakan.
"tapi itu dulu, Meli! aku bersumpah tidak akan tergoda lagi dengannya!"
Reza mencoba untuk membujuk Meli, dia benar-benar merasa jenuh karna tidak adanya kehadiran anak dalam rumah tangganya.
"tidak! Kau sudah pernah mengkhianatiku, tidak mustahil kalau kau akan melakukannya lagi! apalagi pelac*ur itu pasti akan mencoba untuk menggodamu kembali!"
Meli tetap tidak setuju dengan rencana itu, keadaannya yang tidak bisa punya anak membuatnya takut jika harus kehilangan suaminya.
"aku bersumpah, aku tidak akan kembali pada Lili ataupun pada wanita lain! aku akan tetap bersamamu, dan hanya kau lah satu-satunya wanita dalam hidupku!"
Reza tetap berusaha keras untuk membujuk istrinya dengan segala cara, dia melirik kearah Mamanya untuk meminta bala bantuan untuk merayu Meli agar menuruti apa yang dia inginkan.
"baiklah, aku akan mengizinkannya! tapi kalau sampai kau berbuat macam-macam, maka kau tau sendiri akibatnya!"
setelah perjuangan panjang, akhirnya Meli mengizinkan Reza untuk mengambil hak asuh Zia, walaupun harus diancam seperti itu.
"Aku berjanji tidak akan macam-macam, Sayang! terima kasih."
Reza memeluk tubuh Meli dengan erat, dia merasa bahagia karna apa yang dia inginkan akan segera terwujud.
"kau tunggu saja, Lili! aku akan mendapatkan hak asuh untuk putri kita, dan aku juga akan mendapatkanmu kembali!"
•
•
•
Tbc.
Terima kasih buat yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Seni R Dewi
gak dijelasin Thor kenapa Reza bisa menikah sama lili
2022-12-06
3