"ada apa, Sayang?" Lili mengusap air mata yang membekas diwajah sang putri.
"Mama, Cia jatuh!" gadis kecil itu mengadukan apa yang sudah terjadi padanya dengan bola mata berkaca-kaca.
"Apa ada yang sakit?" Lili berjongkok dan memeriksa tubuh putrinya untuk melihat apakah ada yang terluka.
Gadis kecil itu menggelengkan kepala, dia lalu menunjuk kearah Arthur yang masih diam memperhatikan mereka.
"Kau!" Lili bangkit dengan tatapan tajam kearah Arthur.
Arthur yang baru sadar langsung gelagapan, dia merapikan pakaian dan rambutnya agar terlihat lebih rapi.
"tunggu! apa yang sedang kulakukan?" entah karna terkejut atau apa, Arthur malah merapikan diri seolah-olah sedang bertemu dengan kekasihnya.
"apa yang kau lakukan?" bertanya dengan tajam, dia melipat kedua tangannya di depan dada agar terlihat lebih garang.
"begini, Bu! saya ingin-"
"apa dia laki-laki, Ma?"
lagu-lagi ucapan Arthur terpotong, dia merasa kesal karna sepertinya semesta tidak mendukungnya untuk meminta maaf.
"Iya, Sayang! kenapa?" Lili tersenyum manis sembari mengusap kepala sang putri, dan semua itu sukses membuat hati Arthur bergetar.
"Papa!"
"hah?"
Lili dan Arthur sangat terkejut saat mendengar apa yang diucapkan Zia, gadis kecil itu bahkan saat ini sedang memeluk kaki Arthur membuat tubuh lelaki itu menegang.
"Zia, dia bukan Papa!" Lili menarik tangan putrinya agar melepaskan pelukannya dari kaki Arthur.
"kenapa? kata Mama kan, kalau Papa itu laki-laki?" gadis kecil itu terlihat bingung, dia lalu melihat kearah Arthur yang diam seperti patung.
"Sayang, tidak semua laki-laki itu Papa, dan yang menjadi Papa Zia itu bukan dia!" jelas Lili, rupanya putrinya itu salah memahami apa yang pernah dia katakan.
Zia mengangguk-anggukkan kepalanya, dia mencoba untuk memahami apa yang baru saja Ibunya itu jelaskan.
"jadi, Papa Cia mana?" tanyanya dengan polos, binar-binar kebahagiaan yang tampak diraut wajah gadis kecil itu terasa mengiris hati Lili.
Apalagi saat ini dia menatap wajah Lili dengan menggemaskan, bola matanya yang bulat dan jernih membuat perasaan Lili menjadi tidak tega.
"Papa, dia ...."
Untuk sepersekian detik, suasana menjadi hening. Sebenarnya sudah berulang kali Zia bertanya tentang keberadaan Ayah kandungnya, yang membuat hati Lili menjadi pilu.
Arthur yang tersadar dengan apa yang terjadi beranjak dari tempatnya, dia berjongkok tepat dihadapan gadis kecil itu membuat Lili sedikit kaget.
"Zia boleh memanggil aku Papa, tapi Zia harus janji tidak akan bertanya lagi pada Mama tentang siapa Papa Zia!"
Gadis kecil itu tersenyum lebar, dia lalu berteriak memanggil Arthur dengan sebutan Papa sembari memeluk leher lelaki itu.
Berbeda dengan Zia, Ibunya itu kini malah tampak murka dengan apa yang Arthur lakukan. Lelaki itu sudah sangat lancang karna mengatakan pada putrinya untuk memanggilnya dengan sebutan Papa.
"Papa di mana? kok enggak rumah?" Gadis kecil itu seperti lupa akan keberadaan sang Ibu dan asyik merangkul tubuh Arthur.
Arthur mencoba untuk memahami apa yang Zia ucapkan karna memang dia sedikit bingung dengan pertanyaan gadis kecil itu.
"Papa sedang-"
"Zia, ayo ikut Mama!"
Arthur yang baru ingin menjawab pertanyaan Zia kalah cepat dengan ucapan Lili, wanita itu lalu membawa Zia menuju mobilnya.
"Papa?" Zia melihat kearah Arthur seakan-akan sedang bertanya kenapa lelaki itu tidak ikut bersamanya.
Arthur yang melihat kepergian mereka tidak tinggal diam, dia harus segera mendapat maaf dari Lili sebelum nilanya tidak ada.
"tunggu, Bu! Aku belum selesai bicara."
Lili terpaksa kembali menghentikan kakinya yang sudah akan masuk ke dalam mobil, dia lalu menyuruh Zia untuk masuk dan duduk diam di dalam mobil.
"Bu, aku ingin meminta maaf!" Setelah perjuangan panjang, akhirnya Arthur berhasil untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan.
Lili tidak menanggapi apa yang Arthur ucapkan, dia menunggu apa masih ada lagi yang ingin lelaki itu katakan atau tidak.
Sementara Arthur merasa bingung, dia tidak tau kenapa Dosennya itu tidak memberi reaksi apapun padanya dan berpikir kalau kesalahannya tidak bisa dimaafkan.
"apa aku sudah melakukan dosa besar? kenapa dia diam saja?"
Akhirnya mereka sama-sama menunggu untuk suatu kesalahpahaman yang tidak tau kapan akan berakhir.
1 menit, 2 menit, sampai 5 menit belum ada yang bersuara. Hanya pandangan mata mereka saja yang saling bertemu dengan mulut terkunci.
"apa kamu sudah selesai?" akhirnya Lili kalah dalam hal diam-diaman itu.
"sudah, Bu! apa Ibu sudah bisa memaafkanku?" Arthur melihat wajah Lili dengan senyum cerah yang bisa mengalahkan sinar matahari.
"Tidak!" Lili berbalik dan masuk ke dalam mobil membiarkan Arthur yang terkejut dengan jawabannya.
"Apa? tunggu!" Arthur mengetuk-ngetuk kaca mobil Lili agar wanita itu mau memaafkannya.
Tetapi sayang sekali, Lili merasa tidak peduli dan sudah kebal dengan tingkah laku Mahasiswa yang selalu berbuat seenak jidat mereka pada Dosen.
Zia yang sejak tadi diam merasa penasaran dengan apa yang terjadi, apalagi saat melihat Arthur mengetuk-ngetuk kaca mobil Ibunya sembari meminta untuk dimaafkan.
"sial! bisa gawat aku kalau sampai tidak dapat nila!" Arthur meremmas rambutnya dengan geram, jatah keuangan yang diberi oleh otangtuanya bisa raib karna dia tidak mendapat nilai.
"Papa!"
Arthur terlonjak kaget saat tiba-tiba ada yang menarik celananya, dia lalu melihat ke arah bawah dan tampaklah Zia yang sudah berdiri dihadapannya.
"Zia?"
"Papa mau masuk? kenapa enggak dari sana?" Zia menunjuk kearah pintu mobil yang tadi dia masuki, dia berpikir kalau Arthur ingin masuk ke dalam mobil.
Lili yang tidak sadar kalau Zia sudah tidak ada di sampingnya bersiap untuk melajukan mobilnya.
Tetapi, saat dia baru menyakan mobil. Tiba-tiba Arthur berjalan ke depan mobilnya sembari menggendong sang putri.
"Loh, itukan Zia!" Lili melihat kearah samping dan tidak mendapati putrinya duduk di dalam mobil.
"Dasar laki-laki itu!" Dengan kesal Lili kembali mematikan mobilnya dan keluar menemui Arthur.
"Zia! kenapa kau ada diluar?" tanya Lili dengan suara tertahan, dia tidak mau bersuara keras dihadapan putrinya.
Zia turun dari gendongan Arthur dan berjalan mendekati sang Ibu. "Cia mau bukain pintu untuk Papa, tapi kata Papa enggak mau!"
Lili beralih menggendong putrinya, dia menatap tajam kearah Arthur yang juga sedang melihatnya dengan tersenyum.
"awas, kamu yah!" geram Lili, dia lalu berbalik dan hendak kembali ke dalam mobil.
"wah wah wah, coba lihat siapa ini?"
Tiba-tiba ada seorang wanita yang sedang berjalan mendekati mereka dengan menggandeng seorang pria.
Lili mengalihkan pandangannya kearah samping untuk melihat siapa yang baru saja berbicara dengannya.
"di, dia?"
•
•
•
Tbc.
Terima kasih buat yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Ryta Maya
masih nyimak ak ya
2023-02-02
2
🧡🥑⃟🦆͜͡мυмυ𝓐𝔂⃝❥
maaf ka bom like😁😁😁😁
2022-12-06
2
Nayra Syafira Ahzahra
kayaknya mantan suami deee🤔🤔🤔 terus semangat thor 💪💪💪💪
2022-12-03
2