Jijik

Artha membawa Afa ke sebuah tempat yang romantis. Tempat dimana mereka pernah merayakan ulang tahun bersama saat usia 17 tahun. Afa mulai mengingat kembali kenangan manis bersama Artha. Ada butiran air mata yang memaksa untuk keluar namun Afa tetap menahannya.

“Ini bukan malam jadi nggak romantis nggak apa-apa ya?” kata Artha dengan sangat canggung.

Afa hanya tersenyum sinis menandakan kekecewaannya sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Afa bukan kecewa karena pertemuannya tidak romantis. Hanya saja Afa masih tetap merasa kecewa tentang kejadian beberapa hari yang lalu.

“Jadi ada apa?” tanya Afa langsung ke pokoknya.

“Makan dulu Fa. Nanti kita ngobrolnya.” Pinta Artha.

“Langsung aja ke intinya ada apa?” tanya Afa yang mulai menaikan nada bicaranya.

“Fa, Deby ternyata udah punya pacar. Ntah emang dia pacaran duluan terus selingkuh sama Mas, ntah emang pacaran dulu sama Mas baru selingkuh.” Kata Artha sambil meletakan sendok yang sudah dia pegang.

“Terus hubungannya sama aku apa?” tanya Afa.

“Nggak ada sih Fa, cuma mau cerita aja. Mas menyesal sudah kecewain Afa.” Jawabnya lirih.

“Kecewa memang selalu datang terlambat.” Jawab Afa sambil tersenyum sinis dan membuang muka dari pandangan Artha.

“Fa, bisa nggak kita balikan seperti dulu lagi? Mas janji nggak akan buat Afa kecewa. Mas stress tau Fa mikirin Afa sampai-sampai mas nggak makan 2 hari.” Jawab Artha sambil memegang punggung tangan Afa.

“Stress? Nggak makan dua hari? Ko masih bengkak?” tanya seseorang yang sudah tidak asing lagi suaranya.

Itu adalah suara Sam. Ntah darimana asalnya dan kenapa tiba-tiba ada disini. Tapi Afa merasa bersyukur karena dengan kehadiran Sam, mungkin akan menguatkan keputusannya untuk tidak bersama Artha lagi.

“Sam? Fa? Ko ada Sam disini? Kamu menghubungi Sam?” tanya Artha kaget.

“Nggak menghubungi boss. Gue punya telepati dan bisa mendeteksi dimanapun cewek gue berada.” Jawab Sam sambil merangkul Afa dari belakang.

Afa tersenyum sinis kepada Artha. Sam kemudian duduk di kursi disamping Afa.

“Jadi, sayang. Kenapa kamu nggak ngabarin aku kalau kamu mau jalan sama mantan tunangan kamu yang tukang selingkuh ini? Untung hati aku sama hati kamu sudah menyatu sehingga ketika hatimu pergi, hatiku akan mencari medan magnetnya.” Perjelas Sam.

“Fa? Kamu sama Sam…”

“Iya pacaran. Kenapa? Nggak suka?” potong Sam.

“Fa, kalau kamu sama Shane, Mas percaya karena Shane orang yang baik dan lembut. Tapi kalau sama Sam…”

“Kenapa? Nggak cocok? Afa yang baik hati dan lemah lembut ini butuh perlindungan dari cowok seperti gue biar nggak di sakitin sama cowok kayak Lo lagi.” Potong Sam kembali.

“Eh dari tadi Lo motong terus kayak bajaj. Gue kan lagi ngomong sama Afa, bukan Lo. Bisa nggak sih Lo pergi aja dari sini?” tanya Artha dengan nada tinggi.

“Nggak bisa. Afa pacar gue. Mana ada seorang laki-laki yang rela pacarnya jalan sama mantannya?” kata Sam dengan raut wajah yang mengancam.

“Hebat kamu Fa. Ternyata diam-diam kakak beradik ini bisa kamu embat juga. Aku kira selama ini kamu perempuan baik-baik.” Kata Artha yang kesal karena Afa hanya diam.

“Plak!” Sebuah tamparan mendarat dengan sangat kencang diwajah Artha.

“Itu untuk mulut kamu yang nggak bisa nyaring kalimat.” Kata Afa menampar wajah Artha.

“Plak!” Masih di pipi yang sama tamparan kembali mendarat.

“Itu untuk hinaan kamu barusan.” Kata Afa dengan tatapan seperti ingin membunuh.

“Sayang, tangan kamu nanti sakit. Kalau kamu mau menghajar dia, bilang aja sama aku. Aku bahkan mampu bikin dia nggak bisa jalan lagi.” Kata Sam yang menunjukan wajah khawatir dan memegang tangan Afa yang mulai merah.

“Kalau gitu lakukan!” jawab Afa dengan tatapan datar yang tetap menatap Artha.

“Gimana?” tanya Sam kaget.

“Kalau gitu lakukan! Buat makhluk nggak tau diri ini nggak bisa jalan. Nggak! Buat makhluk nggak tau diri ini hidup enggan mati pun tak mau!” perintah Afa yang memunculkan tatapan membunuh.

“Apaan sih Fa? Dulu Afa yang aku kenal baik hati dan lemah lembut. Bukan yang seperti ini.” Jawab Artha yang mulai ketakutan.

“Dulu, dulu, dulu! Bukankah kamu bahkan tidak mengenal si wanita yang bukan perempuan baik-baik ini? Bukan perempuan baik ini bahkan bisa bikin kamu gila seumur hidupmu. Apakah kamu tahu itu? Jangan pernah datang lagi di hadapanku dan jangan pernah lagi menghubungiku walaupun lewat telepon genggam. Tidakkah kamu tahu seberapa menjijikannya kamu? Tubuhmu? Dimataku sekarang tubuhmu dipenuhi nanah. Dimataku, alat kelaminmu bahkan membusuk dan penuh dengan ulat pemakan bangkai. Dimataku, bibirmu sekarang sudah melepuh seperti tersiram air keras. Dimataku, wajahmu seperti setan gentayangan. Seburuk itu! Sampai aku enggan untuk mengaku pernah menyukaimu.” Jawab Afa dengan perasaan yang penuh rasa benci.

Sam menahan tawa mendengar kalimat Afa. Dia tahu perempuan itu sedang tidak baik-baik saja. Sam tahu bahwa Afa hanya mencoba menjadi tegar.

“Lo dengar itu kan? Bahkan wanitaku adalah cerminan diri gue sendiri. Brutal, nggak kenal ampun dan berani. Afa yang Lo kenal dulu, memang bukan Afa. Selamat! Lo telah membangunkan beruang kutub dari tidur panjangnya. Sekarang Lo harus siap diburu sampai mati.” Jawab Sam.

Kali ini Sam menunjukan wajah seriusnya. Itu membuat nyali Artha menjadi ciut. Artha tentu tahu selama ini sepak terjang Sam dari Afa. Sam adalah si pembuat onar tanpa titik lemah. Tapi Artha tidak menyangka bahwa mulai hari ini dia akan berurusan dengan Sam.

Artha pun meninggalkan tempat itu dengan sangat terburu-buru dan tanpa pamit. Itu menjelaskan dengan sangat gambling bahwa Artha tidak ingin berurusan dengan Sam. Sam tertawa terbahak melihat kepergian Artha.

“Cowok yang dulu selalu Lo banggakan itu nggak lebih dari cecunguk yang siap diinjak.” Sindir Sam.

Mendengar kalimat Sam, Afa menatap ke arah Sam. Sam melihat ada kesedihan di hatinya. Sam pun tersenyum dan berkata “Gue tau Lo nggak baik-baik aja. Makanya gue datang kesini.”

Afa hanya bisa menahan air matanya. Dia tahu bahwa dia tidak boleh menunjukan sisi terlemahnya ketika berada diluar rumah. Karena bisa saja sebenarnya Artha sedang memperhatikannya untuk mencoba menyentuh titik terlemahnya.

“Nggak tahu terbuat dari apa wajahnya. Nggak tahu malu banget udah nyakitin gue sekarang tiba-tiba datang lagi. Kenapa sih Tuhan menciptakan makhluk nggak tahu malu kaya dia. Bahkan ,elihat dia aja gue udah jijik banget. Saking jijiknya gue jadi ogah ada disini lagi.” Kata Afa merajuk.

“Ya udah kita pulang aja yuk. Kita main PES di rumah gue.” Jawab Sam mengajak Afa pulang ke rumahnya.

Afa pun menganggu dan menyanggupi ajakan Sam. Akhirnya mereka berdua pun ke parkiran lalu masuk ke dalam mobil untuk menuju rumah Sam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!