Afa melihat ada pemberitahuan di telepon genggamnya. Sambil masih mengunyah makanan, dia membuka pemberitahuan itu.
“I’d climb every mountain and swim every ocean. Just to be with you and fix what I’ve broken. Cause I need you to see : That you are the reason.” Caption Shane yang juga menandai Afa dengan foto yang sama.
Berbeda dengan Shane yang kaget, Afa justru bersikap biasa saja dan mulai menggoda Shane.
“Aih keren. Sejak kapan agak bisa romantic gini kak?” tanya Afa dengan makanan masih dimulutnya.
“Sejak Afa jomblo.” Jawab Shane yang balik menggodanya.
“Wah keren ya aku. Sebagian penderitaanku adalah Langkah awal yang baik buat kakak. Kakak jadi bisa romantic. Selamat kak, kakak sebentar lagi nggak akan jomblo lagi.” Jawab Afa santai.
Mereka berduapun melanjutkan makan malam bersama dengan penuh canda dan tawa. Setelah makan malam bersama, Shane mengantarkan Afa pulang. Ini pertama kalinya Shane merasa senang karena dia tidak terbebani dengan status calon istri orang ketika mengajak Afa pergi.
“Oh, jadi benar bahwa sebenarnya kamu sudah punya selingkuhan sebelum memergokiku dengan Deby. Kamu hanya playing victim selama ini. Sungguh pintar kamu Afa bersandiwara. Akhirnya kamu menunjukan siapa simpananmu. Dari dulu aku curiga kalau kamu dan Shane ada apa-apa. Walaupun kamu bilang Shane hanya sahabat tapi aku sering ragu dan ternyata sekarang sudah terjawab.”
Pesan itu dikirim oleh Artha. Afa yang membacanya semakin melapangkan hatinya untuk pergi menjauhi Artha.
“Padahal kamu yang selingkuh, tapi kamu memutar balikkan fakta hanya karena unggahan media sosialku. Sungguh, Tuhan telah membuka mata dan hatiku untuk melihat siapa dirimu sebenarnya. Sekarang aku sudah tidak sakit kehilanganmu.” Ocehnya sambil melihat layar telepon genggamnya.
Afa merebahkan badannya diatas kasurnya. Terlukis senyum di bibirnya. Dia senang hari ini. Dia merasa beruntung melihat Artha dengan Deby hari itu. Jika tidak, mungkin dia akan sakit hati kelak saat sudah membina rumah tangga bersama Artha. Sekarang dia hanya tinggal memikirkan bagaimana cara membicarakan masalah ini dengan kedua orang tuanya.
“Kak, terima kasih untuk hari ini. Afa senang banget. Terima kasih juga sudah menyelamatkan Afa saat Afa benar-benar bertindak bodoh.” Afa mengetik pesan untuk dikirimkan kepada Shane, akan tetapi tidak jadi dikirimkannya oleh Afa.
“Ah, mending datang langsung aja deh ke rumah Kak Shane sekalian mau beli cemilan di minimarket untuk nanti malam.
*** Di Rumah Shane ***
“Jadi apa maksud Lo?” Tanya Sam yang langsung memukul Shane saat baru keluar dari mobil.
“Kenapa sih Bang?” Tanya Shane mencoba bangkit karena hantaman tangan Sam yang sangat kencang.
“Apanya yang kenapa? Lo tau gue suka sama Afa sejak dulu Shane. Sejak dulu! Kenapa Lo nikung gue?” Tanya Sam penuh dengan amarah dan melayangkan kembali kepalan tangannya diwajah Shane.
“Nikung apaan sih Sam?” Tanya Shane yang kewalahan dan kesulitan untuk bangkit.
“Lihat media sosial Lo sama Afa! Itu foto tangan kalian berdua kan? Brengsek!” hantaman yang lebih keras kembali menghujam wajah Shane.
Saat ini Shane sudah tidak berdaya. Pandangannya mulai kabur walaupun dia masih sadar. Shane sudah tidak bisa berkata-kata lagi karena pukulan Sam yang bertubi-tubi diwajahnya.
“Brengsek!” Pukulan Sam kembali menghantam wajah Shane.
“Kenapa Shane? Kenapa harus Lo yang jadi saingan gue selanjutnya? Kenapa bukan orang lain Shane? Kenapa?” lirih Sam.
Afa akhirnya tiba didepan gerbang rumah Shane. Terlihat pintu gerbangnya masih terbuka lebar. Afa pun masuk kedalam. Dilihatnya Shane sudah tidak berdaya terkapar disamping mobilnya.
“Kakak! Kak Shane kenapa?” Afa berlari menuju arah Shane. Matanya masih terbuka, namun Shane tidak menjawab apapun.
“Kakak, bangun.” Kata Afa sambil mencoba membangunkan tubuh Shane.
“Kakak bisa berdiri?” Tanya Afa yang mencoba membantu Shane berdiri namun tidak mampu. Afa hanya mampu membuatnya terduduk.
“Tunggu sebentar, Afa panggilin Bang Sam dulu.” Kata Afa yang kemudian akan pergi meninggalkan Shane tetapi ditahan oleh Shane.
Shane terengah. Sesekali dia menyipitkan matanya tanda bahwa dia kesakitan. Namun dia belum berbicara apapun. Shane masih mengganggam pergelangan tangan Afa dengan sangat kencang. Afa pun langsung memeluknya untuk menenangkan Shane. Afa tidak tahu harus melakukan apa saat itu karena ketika dia akan masuk ke dalam rumah mengambil P3K, pergelangan tangannya kembali di tahan oleh Shane.
“Jangan lihat kakak, kakak sangat kacau.” Lirih Shane yang sedang dipeluk Afa.
“Apaan sih kak? Afa khawatir.” Afa mencoba melepaskan pelukannya namun ditahan oleh Shane.
“Maaf, kakak nggak bisa melindungi kamu.” Lirih Shane kembali.
“Kakak kalau ngomong jangan aneh-aneh. Kemarin yang menyelamatkan Afa juga kakak. Kakak itu Hero.” Jawab Afa yang mencoba menenangkan Shane.
“Bangun kak. Kita ke kursi dulu.” Lanjut Afa mencoba membantu Shane bangkit.
“Sebenarnya siapa yang jahat sama kakak?” Tanya Afa.
“Nggak ada, ini cuma kecelakaan kecil aja ko.” Jawab Shane.
“Ini sih bukan kecelakaan tapi abis dipukulin.” Ledek Afa.
Shane hanya tersenyum kecil karena bibirnya terasa sangat sakit. Afa pun masuk ke dalam rumah untuk meminta Bibi mengambilkan kompresan dan obat luka. Tidak lama kemudian dia keluar dari dalam rumah.
“Kakak sekarang udah jadi anak bandel ya kayak Sam? Pakai acara berantem segala. Kakak kan nggak bisa berantem.” Ledek Afa kembali sambil membersihkan luka
“Kata siapa? Kakak jago berantem juga ko.” Balas Shane.
“Ya kalau kakak jago, kakak nggak akan kayak telur dadar sekarang wajahnya.” Afa terus-terusan meledek Shane.
“Ngomong-ngomong kamu ngapain kesini? Bukannya sudah aku antar pulang? Ko kesini?” Tanya Shane yang penasaran kenapa Afa ada disini.
“Tadi aku mau beli cemilan ke mini market sekalian mampir kesini soalnya mau bilang terima kasih.” Jawab Afa yang masih membersihkan luka di wajah Shane.
“Terima kasih? Untuk apa?” Tanya Shane.
“Afa? Ngapain disini?” Tanya Sam heran yang keluar dari dalam rumah.
“Nih ngobatin Kak Shane.” Jawab Afa sambil melirik Shane.
“Oh, sekarang udah ngaduan. Baru dikasih pelajaran sedikit ngadu sama ceweknya.” Sindir Sam karena merasa kesal.
“Pelajaran? Ini Bang Sam yang mukulin Kakak?” Tanya Afa dengan nada tinggi.
“Iya. Kenapa? Nggak terima?” tantang Sam.
“Kalian Abang, ini kan adik Lo. Masa Lo pukulin? Emangnya dia salah apa?” tanya Afa dengan nada bicara yang semakin tinggi.
“Udah Fa.” Lirih Shane.
“Baru segitu sudah minta perlindungan. Kalau bukan karena Lo, gue nggak akan pukulin dia. Kenapa Lo nggak bisa terima cinta gue sejak dulu sedangkan sekarang baru sebentar Lo putus sama Artha, Lo udah bisa jadian sama Shane dan update di media sosial. Kenapa Fa? Apa gue seburuk itu dimata Lo sampai gue nggak berhak sama Lo sedangkan Shane bisa?” Sam semakin cemburu.
Sekarang Afa mengerti titik permasalahannya dimana. Sam cemburu kepada Shane. Tapi memukul Shane sampai babak belur tetap bukanlah hal yang bisa dibenarkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments