Birth Yay!

Dari kejauhan Sam melihat adiknya yang sedang memeluk Afa. Dia merasa begitu cemburu. Pasalnya memang Sam menyukai Afa sejak dulu. Awalnya Sam ragu, tapi dia membulatkan hatinya ketika Shane mempertegas pada Sam bahwa Shane tidak memiliki perasaan apapun terhadap Afa.

Itu dulu, mungkin saat ini semuanya sudah berubah. Itu dulu saat Shane bahkan tidak tahu apa itu cinta. Tapi sekarang dua-duanya sudah menjadi dewasa. Tidak ada yang tahu apa yang Shane rasakan saat ini. Intinya, Sam selalu merasa cemburu melihat kedekatan Shane dan Afa. Terlebih saat Sam tahu bahwa Afa sudah putus dengan Artha, pasti Shane akan memiliki kesempatan yang sama untuk mendekati Afa jika memang Shane menyukai Afa.

“Shane!” Teriak Sam dari kejauhan.

Afa melepaskan pelukannya. “Kak, senyum ya. Afa janji, Afa nggak akan seperti tadi lagi.”

Shane pun membalas ucapannya dengan sebuah anggukan pertanda Shane percaya terhadap Afa. Setelah itu Shane dan Afa menghampiri Sam.

“Ngapain sih kalian berduaan gitu? Ingat loh, kalau berduaan yang ketiga adalah…”

“Lo!” jawab Shane dan Afa kompak memotong kalimat Sam.

“Sialan kalian berdua.” Umpat Sam yang sontak membuat semua orang tertawa.

Sekitar Jam 10 pagi pestanya berakhir. Mereka semua pergi dengan membawa urusan pekerjaannya masing-masing. Kecuali Sam, yang memilih untuk bermalas-malasan dirumah.

“Fa, aku pergi dulu ya.” Pamit Shane.

“Iya kak, jam 1 juga aku ada kelas kak. Nanti aku ijin mau ke kampus. Kakak hati-hati di jalan ya.” Jawab Afa.

“Iya, kamu juga nanti berangkatnya hati-hati ya.” Kata Shane.

Shane pun pergi ke kantor dengan mobilnya. Walaupun itu perusahaan miliknya, akan tetapi dia tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja. Tinggal tersisa Sam dan Afa dirumah itu. Karena Mami juga sudah pergi ke Rumah Sakit untuk bekerja.

Afa kembali melihat telepon genggamnya dan membaca satu per satu pesan yang bellum sempat dia baca. Ada pesan dari Mamanya Artha disalah satu daftar pesannya.

“Selamat ulang tahun sayang. Maaf jika Mas sudah berbuat salah sama Afa, semoga Afa bisa memaafkan Mas. Mama masih berharap Afa masih bersedia untuk menjadi menantu Mama. Mama sudah terlanjur sayang sama Afa dan lagi Mama hanya ingin Afa yang menjadi mantu Mama. Mama nggak suka Mas dengan Deby. Karena bagi Mama Afa satu-satunya yang paling cocok untuk Mas. Mohon maafkan Mas ya Afa. Nanti kita bicarakan baik-baik kalau pikiran kamu sudah tenang. Mama sayang Afa.”

Tetesan air mata hampir saja jatuh dari matanya yang sembab. Hatinya kembali berat saat Mamanya kembali membujuknya untuknya kembali bersama anaknya. Afa memang sangat menginginkan kasih sayang dari orang tua karena selama ini orang tuanya terlalu sibuk sampai tidak sempat memperhatikannya.

Dia sudah benar-benar memaafkan, hanya saja lukanya masih terbuka menganga. Dia tidak bisa dan tidak ingin menemui mantan tunangannya itu walaupun terkadang masih mengingatnya. Afa memberanikan diri untuk bisa tegas dan berani mengambil keputusan.

“Maaf Ma, Afa sudah nggak bisa melanjutkan lagi pertunangan ini. Seperti yang Mama tahu kalau Mas sudah memilih dan Afa sudah bisa menerima keputusan Mas. Jadi untuk kedepannya, semoga Mama bisa menerima Deby seperti Mama menerima Afa. Afa tetap sayang sama Mama, tapi untuk bersama Mas, Afa sudah tidak bisa. Sekali lagi, Afa minta maaf sudah mengecewakan Mama dan terima kasih atas ucapan ulang tahunnya Ma.” Balas Afa.

“Sayang, Mas bisa berubah, percaya sama Mama. Mas akan kembali seperti dulu lagi. Mama mohon beri Mas kesempatan kedua ya!” balas Mamanya Artha.

Sam yang sedari tadi memperhatikan Afa, langsung mengambil telepon genggam milik Afa dan menelepon Mamanya Artha.

“Hallo!” jawab Mamanya Artha

“Heh! Manusia laknat! Anak Lo udah jelek, bego, tukang selingkuh pula. Nggak tahu diuntung! Sekarang malah ngemis-ngemis minta balikan. Kemarin waktu Afa nangis Lo kemana? Anak cewek di biarin terlantar pinggir jalan sendirian disaat pikirannya lagi kalut. Kalau Lo manusia yang punya hati, Lo pasti nggak akan ngebiarin anak gadis pulang pergi keluar kota sendirian. Sekarang nggak usah telpon Afa lagi! Afa sudah bahagia disini. Tanpa kalian para benalu nggak berguna.” Teriak Sam.

Afa yang mendengar cara bicara Sam tentu kaget. Sam sedang berbicara dengan orang yang lebih tua tapi amarahnya membutakannya. Afa mencoba merebut telepon genggamnya tapi tidak berhasil.

“Kamu kurang ajar ya! Bicara dengan orang tua kasar sekali. Memang kamu nggak diajarkan sopan santun sama orang tua kamu?” Jawab Mamanya Artha.

“Gue cuma diajarkan untuk menghormati orang yang bisa menghormati orang lain. Bukan sampah masyarakat kayak Lo dan anak Lo. Udah ketahuan selingkuh, mutusin hubungan secara nggak baik, pengecut dan milih cewek murahan, sekarang minta balikan. Emang Lo pikir Afa supermarket yang bisa lo beli hatinya dan datang Cuma disaat Lo butuh sesuatu? Gue Abangnya Afa, gue berhak melindungi adik gue! Kalau berani ayo kita bertemu. Bilangin anak Lo, bakalan gue hajar dia sampai mampus!” Amarah Sam semakin memuncak.

“Abang apa? Afa anak pertama! Abang ketemu gede? Jaga sikap kamu! Saya bisa laporin kamu ke polisi karena mengancam anak saya.” Jawab Mamanya Artha merasa terpojokkan.

“Lapor sana lapor! Percuma! Lo laporin gue juga paling nyawa anak Lo melayang. Gue Cuma dipenjara, sedangkan anak Lo udah gentayangan jadi jin tomang.” Umpat Sam.

Tiba-tiba Mamanya Artha mematikan teleponnya.

“Siapa yang berani nyakitin adik gue hah? Berurusan sama gue! Sampai neraka juga bakalan gue kejar! Lihat aja, gue bikin dia menderita.” Gerutu Sam sambil melihat ponsdel Afa.

Afa hanya tersenyum menyeringai melihat tingkah Sam. Bagaimana tidak? Afa yang patah hati tapi dia yang uring-uringan setengah mati.

“Kenapa senyum? Emang ada yang lucu? Nggak lihat gue lagi marah? Gue itu nggak suka kalau Lo masih berhubungan sama si keluarga dari bajingan itu. Bukannya gimana-gimana, tapi nanti bisa aja itu nyokap jin tomang menghasut Lo untuk kembali dengan anaknya yang pecundang. Nanti gue gagal jadi calon suami Lo.” Kata Sam yang mencoba untuk bersikap santai padahal sedang sangat mara.

“Nggak, gue nggak akan kehasut sama mereka. Sayap gue udah patah, bahkan hati gue udah cacat. Gue nggak akan membiarkan mereka melakukan hal yang lebih parah lagi. Jadi Lo santai aja! Cuma, kalau untuk jadi suami gue, gue juga tetap ogah. Itu udah keputusan final yang nggak bisa diganggu gugat.” Jelas Afa sambil sesekali terdengar meledek dan menertawakan Sam.

“Udah ah, gue mau ke kampus dulu. Lo nggak ke bengkel? Masa Bos malas-malasan di rumah. Bos macam apa?” tanya Afa sambil membereskan barang-barang miliknya.

“Ya udah gue antar ya. Sekalian nanti gue mau ke Bengkel.” Pinta Sam.

Afa dan Sam pun pergi bersama menuju kampus Afa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!