Birth or Death Day?

Semuanya menjadi dilema. Permasalahan seolah semakin banyak menumpuk tanpa ada yang dia selesaikan satu pun. Ya, hidupnya benar-benar sudah sangat hancur karena seorang pria. Pria yang bahkan tidak layak untuk dia kasihi.

“Gue lagi di Fly Over. Disini indaaahhhhh banget. Semuanya terlihat dari atas sini. Kira-kira kalau gue mati semuanya akan terlihat indah nggak ya?”

Ponsel Sam berbunyi menandakan ada pesan masuk. Ini masih jam 4 subuh. Tentu dia sangat penasaran siapa yang mengirim pesan dipagi  buta. Dia pun membaca pesan yang ternyata itu dari Afa.

“Lo dimana? Jangan melakukan hal yang nggak-nggak deh.” Balas Sam kaget membaca pesan yang dikirmkan oleh Afa.

Percuma, pesannya hanya ceklis satu dan teleponnya tidak aktif. Sam segera berlari menuju kamar Shane.

“Shane! Shane!” Teriak Sam sambil mengetuk pintu kamar Shane.

“Kenapa?” Tanya Shane yang dalam keadaan ngantuk.

“Ikut gue!” Sam menarik tangan Shane menuju mobil.

“Apaan sih Bang? Gue masih pake boxer gini.” Tanya Sam yang sekarang sudah berada di dalam mobil.

“Lihat pesan dari Afa!” kata Sam yang sambil menyetir mobil dengan kecepatan tinggi.

Mata Shane seketika mebelalak melihat pesan yang dikirimkan oleh Afa. Dia mencoba menelepon Afa menggunakan telepon genggam Sam akan tetapi hasilnya nihil. Shane tidak bisa mengatakan apapun. Dia hanya bisa terus berusaha menghubungi Afa disaat jantungnya berdetak sangat kencang. Sam yang sedari tadi melajukan mobilnya dengan sangat cepat pun tidak dapat mengatakan apapun. Dia terus melajukan mobilnya ke arah Fly Over terdekat dari rumah Afa.

Terlihat dari kejauhan ada orang yang sedang berusaha menaiki dinding pembatas jalan di Fly Over. Sam langsung mengebut dan mengerem mendadak tepat didepan orang itu. Kepala Sam dan Shane terbentur tapi mereka tidak peduli. Mereka segera keluar dari mobil dan menarik kembali orang itu.

“Afa! Kamu mau apa?” kata Shine yang terjatuh di aspal karena menarik paksa Afa.

“Dasar bodoh!” umpat Sam sambil terengah memegang lututnya yang sedikit lemas.

“Fa, selama ini kamu yang selalu menguatkan kami disaat masa sulit kami. Sekarang sudah waktunya kamu bersandar dipundak kami. Jangan menanggung beban ini sendirian. Mungkin kami nggak bisa merasakan apa yang saat ini kamu rasakan, tapi setidaknya cobalah untuk berbagi. Agar beban itu sedikit berkurang.” Kata Shane sambil terengah dan menyandarkan tubuhnya ke pembatas jalan.

“Sebenarnya kalau Lo bunuh diri, nanti rohnya ada disini gentayangan. Tuhan nggak mau terima roh yang berbuat dosa besar diakhir hidupnya. Dengar ya! Kalau Lo mau bunuh diri ditempat ini, pas mati, Lo akan merasa hidup kembali. Lo merasakan sakit karena luka yang Lo terima, tapi Lo nggak bisa minta tolong sama siapapun karena nggak akan ada yang lihat Lo. Lo udah jadi setan yang mati penasaran. Hiii, serem.” Ledek Sam.

“Hua gue Cuma ingin hidup Bahagia kenapa sesulit ini? Kenapa orang yang gue sayang dan gue cintai justru berkhianat? Sebenarnya apa salah gue?” rengek Afa yang menangis histeris.

Shane pun mengajak Afa untuk masuk ke dalam mobil. Afa pun menuruti ajakan Shane. Kini Shane dan Afa duduk dibelakang sedangkan Sam menyetir mobil.

“Waduh, jidat gue berdarah.” Kata Sam sambil melihat keningnya melalui center mirror.

Afa melihat ke arah Shane dan Sam. Dia baru sadar bahwa mereka berdua keningnya berdarah.

“Kalian kenapa?” tanya Afa sambil menangis tersedu-sedu.

“Aku nggak apa-apa ko. Kamu gimana? Ada yang luka Fa?” tanya Shane dengan sangat lembut.

“Aku juga nggak apa-apa ko kak.” Jawab Afa.

“Aduh! Kayaknya gue geger otak deh ini gara-gara Lo Fa. Gimana kalau ternyata gue jadi lupa ingatan dan nggak ada lagi yang naksir sama gue? Lo mau kan Fa jadi istri gue? Lo harus tanggungjawab sama gue Fa.” Rengek Sam sambil memegang kepala seolah-olah benar terluka parah.

“Apaan sih Bang nggak lucu. Kasihan kan Afa lagi pusing bisa tambah pusing gara-gara Lo.” Sahut Shane yang sedari tadi memperhatikan tingkah Kakaknya.

“Maaf, gara-gara aku kakak jadi kayak gini.” Kata Afa yang masih tetap menangis.

“Nggak apa-apa Fa. Kakak juga nggak kenapa-kenapa ko.” Jawab Shane.

“Tapi gue kenapa-kenapa nih. Aduh!” potong Sam.

Afa tersenyum melihat tingkah temannya yang satu itu. Manusia itu memang sungguh Ajaib. Selalu menempatkan candaan disetiap kesempatan.

“Fa, pulang ke rumah kakak dulu ya. Ada Mami ko di rumah. Kita juga nggak bakalan ngapa-ngapain ko.” Pinta Shane.

“Terserah, aku juga nggak tahu harus kemana? Tadinya mau ke Surga tapi nggak jadi.” Jawab Afa pasrah.

“Siapa yang mau ke Surga? Langit menolak, bumi pun enggan menerima yang ada.” Sahut Sam.

15 menit kemudian mereka sampai di kediaman Shane dan Sam.

“Masuk Fa.” Kata Shane sambil menuntun Afa masuk kedalam rumah.

“Kalian darimana pagi-pagi gini? Mana bawa anak gadis. Terus pakaian kalian itu pada kenapa? Yang satu masih pake boxer, yang satu masih pakai kaos dalam tapi nggak pakai luaran?” tanya Maminya.

“Mami. Maaf Afa bikin kegaduhan pagi-pagi begini.” Kata Afa yang matanya sudah terlihat sangat sembab.

“Nggak ko sayang, sini! Kamu kenapa? Mereka ngapain kamu sampai kamu matanya bengkak gini? Salah satu dari mereka atau dua-duanya yang kurang ngajar? Biar Mami hukum. Bisa-bisanya bikin anak gadis Mami nangis gini.” Tanya Mami sambil memeluk Afa.

“Nggak ko Mami, ini bukan salah mereka. Ini salah Afa. Kakak sama Abang juga keningnya berdarah Mami gara-gara Afa. Afa minta maaf.” Isak tangis Afa pecah melihat kedua sahabatnya kesakitan memegang kening masing-masing.

“Nggak apa-apa, mereka laki-laki. Paling parah Cuma geger otak ringan. Kamu nggak perlu khawatir. Sini ikut Mami ke kamar.” Ajak Mami.

Sekarang Afa tau darimana sikap konyol Sam menurun.

“Terus Sam gimana Mi? Yang anak Mami Sam atau Afa?” Teriak Sam yang melihat Maminya mulai melangkahkan kakinya menuju kamar.

“Afa. Mami nggak punya anak nakal kayak kamu Sam.” Balas Mami yang sudah membelakangi Sam.

“Untungnya kita nggak punya adik kandung cewek ya Shane. Kalau punya, pasti kita udah berakhir di panti asuhan atau mungkin kita sudah jadi pengemis jalanan yang direkrut oleh preman.” Kata Sam yang mengajak ngobrol Shane, namun Shane ternyata sudah pergi ke kamarnya.

“Sialan Shane. Gue ajak ngobrol malah ngilang.” Umpat Sam.

*** Di Kamar Mami ***

Afa terduduk dipojok kasur Maminya Shane dan Sam. Dia masih meneteskan air mata walaupun tidak banyak karena dia masih mencoba untuk menahan air matanya jatuh.

“Afa Kenapa? Ada masalah?” tanya Mami sambil memberikan segelas air dan secarik tissue karena sedari tadi Afa masih saja menangis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!