Artha

“huft…” helaan nafas keluar dari mulutnya karena hidung sudah merah dan tersumbat.

Dia tidak bisa tidur malam itu. Itu malam pertama dia tidak berbalas pesan dan mengucapkan selamat malam kepada Artha. Rasanya ada ruang hampa di dalam hatinya. Ada yang hilang padahal orang itu masih ada.

Masih teringat jelas bagaimana pertemuan pertamanya dengan mantan tunangannya itu. Saat itu mereka masih remaja dan masih belum paham bagaimana cara menjalani hubungan itu. Tapi mereka berdua berkomitmen untuk saling setia satu sama lain. Setidaknya itu yang Afa lakukan sampai detik kehancuran hatinya.

Kali pertama mereka bertemu juga sangat konyol. Itu pertama kalinya Artha mengaku pada orang tuanya bahwa dia sudah memiliki pacar. Orang tuanya tentu sangat senang. Ditambah Wanita yang disukai oleh anaknya adalah anak gadis yang cantik dan pintar.

Untuk pertama kalinya dia menemui Afa setelah satu tahun pacaran tanpa tatap muka. Dia menemui Afa bersama keluarganya. Iya, Papa, Mama dan Adiknya juga ikut serta. Pertemuan itu dibumbui dengan rasa malu-malu satu sama lain yang padahal mereka berdua sangat Bahagia.

Artha adalah anak pertama dari dua bersaudara. Artha dan Afa lahir di Bulan yang sama dan tahun yang sama. Hanya saja tanggalnya berbeda. Artha lahir di Bulan Agustus tanggal 1 sedangkan Afa tanggal 2. Dulu saat mereka LDR, mereka sering merayakan ulang tahun berdua bersama melalui telepon. Biasanya  mereka merayakan di jam 11 malam tanggal 1 menuju jam 12 malam tanggal 2. Itu berarti di jam terakhir hari ulang tahun Artha dan di jam pertama hari ulang tahun Afa.

Harapan mereka berdua selalu sama. Mereka ingin agar cepat hidup bersama. Namun sepertinya itu semua hanya harapan palsu. Mungkin doa Artha yang sebenarnya justru bukan itu.

Artha memiliki tinggi badan 170cm dengan berat badan 195kg sedangkan Afa memiliki tinggi badn 155cm dengan berat badan 45kg. Dia sering bercerita pada Afa bahwa berat badannya yang tidak ideal terkadang membuatnya malu. Afa tidak pernah menuntut lebih. Sesekali Afa memang pernah meminta Artha untuk berolahraga, tapi bukan karena dia malu. Afa ingin Artha menjadi lebih sehat, itupun jika Artha mau. Banyak alasan yang Artha lontarkan. Lelah dan tidak sanggup untuk berolahraga berat menjadi salah satu kendalanya. Tapi kembali lagi, Afa tidak akan memaksa. Sejujurnya di dalam hatinya, Artha adalah orang yang dia cintai tanpa syarat.

Artha berkulit gelap, berbeda dengan Afa yang memiliki kulit putih. Itu juga kerap kali menjadi bahan bullyan bagi teman-temannya. Kopi susu katanya. Tapi Afa hanya tersenyum. Sekali lagi, baginya Artha adalah orang yang dia cintai apa adanya.

Afa pun sering merasa bahwa dia memiliki banyak kekurangan. Dia tentu sadar bahwa dia bukan anak gaul Ibu Kota. Pakaian yang sering dia kenakan adalah kaos pendek dengan jaket dan celana jeans. Sedangkan jika Afa dibawa berkumpul dengan teman-temannya Artha, Afa melihat Wanita disana memakai rok pendek atau hot pants.

Mamanya Artha pernah meminta Afa untuk mengenakan rok pendek. Afa melakukannya walaupun sangat tidak nyaman. Itu semua dia lakukan demi membuat orang-orang yang dia sayangi senang. Sebenarnya Artha juga bukan tipe penuntut yang harus mengenakan ini atau itu. Hanya saja Mamanya lah yang menginginkan mendandani Afa setiap kali mereka bertemu. Meminta memakai baju lengan pendek tanpa jaket atau bahkan rambut diikat agar terlihat seperti gadis manis. Itu jelas bukan cara berpakaiannya Afa.

“Selamat ulang tahun Princess. Kakak tahu harimu sangat berat tadi siang. Tapi ingat ya, permasalahan yang kamu hadapi adalah cara Tuhan untuk lebih mendewasakanmu. Semoga kamu Bahagia di hari berikutnya dan seterusnya. Semoga Tuhan selalu melindungi kamu ketika penjagaan Kakak tidak lagi sampai kepadamu.”  Bunyi tanda pesan masuk dari Shane adalah yang pertama kali masuk di telepon genggamnya. Afa membacanya dengan penuh air mata. Biasanya dia justru bersikap biasa saja karena tahun-tahun sebelumnya dia pasti sedang sibuk teleponan dengan kekasihnya dan baru akan membaca pesan masuk dipagi harinya.

Malam ini berbeda, ruang kosong yang hampa mulai terisi kembali. Bukan karena Afa menyukai Shane, tapi Afa bersyukur masih ada orang yang peduli kepadanya saat dia hancur.

Telepon genggamnya terus berbunyi. Ada pesan masuk atau justru panggilan masuk. Panggilan masuk itu dari Artha. Dia masih enggan untuk berkomunikasi dengan pria itu.

Satu per satu pesan dibuka oleh Afa. Di atas pesan Shane ada juga pesan dari Sam.

“Happy Birthdays burung beo. Jangan sedih terus ya. Soalnya yang gue tahu burung beo nggak pernah mau diem. Doa gue semoga setelah Lo jomblo, Lo bakalan mau terima cinta gue yang nggak akan pernah berhenti berjuang. Hahaha.”

Seperti biasa, Sam memang tengil. Afa tersenyum membaca pesan dari Sam. Afa tahu bahwa Sam pernah menyatakan perasaannya, hanya saja selain Afa takut menghancurkan persahabatannya, Afa juga tidak yakin manusia yang satu itu serius. Dengan sikapnya yang sering tengil tentu saja Afa merasa bahwa itu mungkin hanya sebuah candaan.

Masih ada pesan masuk dari teman-temannya yang lain. Hingga akhirnya dia menemukan pesan dari Artha.

“Selamat ulang tahun ya Fa. Maaf kalau Mas selama ini banyak salah sama Afa. Maaf Mas nggak bisa jaga cintanya Afa. Maaf Mas nggak bisa setia sama Afa. Maaf kalau mas nyakitin Afa. Maaf untuk semua yang sudah Afa kasih tapi Mas nggak bisa balas. Afa tahu kalau Mas sayang sama Afa. Tapi cinta Mas sudah bukan lagi untuk Afa. Mas tahu Afa pasti marah dan butuh waktu untuk sendiri. Semoga Afa mendapatkan yang lebih baik dari Mas ya. Mas sayang sama Afa.”

“Bullsyit! Hahaha!” suara tawa Afa menggelegar setelah membaca pesan dari Artha.

“Cinta Lo udah bukan buat gue lagi? Lo bahkan nggak berhak mencintai gue dasar bajingan! Lo nggak tahu gimana rasanya jadi gue karena Lo nggak pernah ada diposisi gue. Hebat Lo udah bikin gue merasa bahwa Lo adalah segalanya. Tapi ternyata ujung-ujungnya Lo sama aja seperti cowok lain! Dasar tukang selingkuh!” umpat Afa yang kemudian disertai tangisan.

Hatinya memang benar-benar hancur. Langit terasa seakan jatuh menimpanya. Dia sudah merasa sangat putus asa akan hidupnya. Sesekali dia berfikir untuk mengakhiri hidupnya. Tidak ada lagi alasan dia untuk bertahan hidup. Tapi dia juga memikirkan ganjarannya. Bagaimana mungkin dia akan mengakhiri hidupnya padahal yang memiliki banyak amal kebaikan saja belum tentu akan masuk surga?

Semuanya menjadi dilema. Permasalahan seolah semakin banyak menumpuk tanpa ada yang dia selesaikan satu pun. Ya, hidupnya benar-benar sudah sangat hancur karena seorang pria. Pria yang bahkan tidak layak untuk dia kasihi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!